| 163 Views

Pemimpin Baru, Harapan Baru? Sebuah Refleksi dalam Bingkai Sistem

Oleh : Irma Heryani, ST
Muslimah Pemerhati Umat

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden kedelapan dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-14 di Gedung Nusantara, kompleks parlemen (MPR/DPR/DPD RI), Senayan, Jakarta, pada Minggu 20 Oktober 2024. (Liputan6.com 20/10/2024). Setelah proses panjang yang melibatkan kampanye intens, debat publik, dan partisipasi warga negara yang antusias, Indonesia kini menyambut pemimpin barunya. Presiden terpilih ini diharapkan membawa angin perubahan, membawa visi yang segar, serta menjawab tantangan besar yang dihadapi bangsa, mulai dari ekonomi, politik, hingga isu lingkungan.

Pergantian kepemimpinan di sebuah negara seringkali disambut dengan harapan baru. Masyarakat cenderung melihat figur pemimpin sebagai kunci perubahan menuju masa depan yang lebih baik. Anggapan ini bukan tanpa dasar, mengingat sejarah mencatat bagaimana seorang pemimpin yang visioner dan berintegritas mampu membawa perubahan signifikan bagi negaranya.
Namun, apakah keberhasilan sebuah negara semata-mata ditentukan oleh sosok pemimpinnya? Atau ada faktor lain yang lebih mendasar yang turut mempengaruhi?

Pertanyaan ini menjadi semakin relevan ketika kita melihat realitas politik global saat ini. Banyak negara dengan pemimpin yang baru masih menghadapi berbagai permasalahan kompleks yang sulit dipecahkan. Dengan kata lain, keberhasilan sebuah negara dalam perubahan ke arah yang lebih baik tidak hanya dipengaruhi oleh person/individu tetapi juga sistem yang digunakan.

Sistem: Kunci Utama Perubahan

Pandangan yang lebih menyeluruh melihat bahwa keberhasilan sebuah negara tidak hanya ditentukan oleh individu pemimpin, tetapi juga oleh sistem yang dianutnya. Sistem politik, ekonomi, dan sosial yang berlaku akan membentuk kerangka kerja bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Jika sistem tersebut cacat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka seberapapun baiknya niat seorang pemimpin, perubahan yang signifikan akan sulit dicapai.

Demokrasi kapitalisme, yang menjadi sistem yang dominan di banyak negara merupakan sistem didasarkan pada prinsip persaingan bebas dan mengejar keuntungan pribadi, yang dapat memicu kesenjangan sosial dan ketidakadilan. Sistem ini adalah sistem yang cacat sejak lahir, sistem rusak dan merusak.

Krisis ekonomi global, perubahan iklim, dan konflik bersenjata yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadi bukti nyata dari kegagalan sistem ini dalam menjawab tantangan zaman.

Islam: Alternatif Sistem yang Komprehensif

Islam menawarkan sebuah alternatif sistem yang komprehensif dan berbasis nilai-nilai keadilan, persaudaraan, dan kesejahteraan. Kebaikan hanya akan terwujud dalam naungan sistem sahih, yaitu sistem Islam yang datang dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah Swt. Dalam Islam, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tetapi amanah yang berat. Islam menetapkan kriteria pemimpin sebuah negara (7 syarat in’iqad) yaitu Islam, Laki-laki, baliqh, berakal, adil, mampu, dan merdeka (bukan budak). Selain itu, Seorang pemimpin harus memenuhi sejumlah kriteria yang ketat, seperti memiliki keimanan yang kuat, pengetahuan agama yang luas, kepemimpinan yang adil, dan kemampuan untuk melindungi rakyatnya.

Tugas utama seorang pemimpin dalam sistem Islam adalah melaksanakan syariat Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah hingga muamalah. Dengan menerapkan syariat Islam, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Seorang pemimpin dalam Islam pun memiliki peran sebagai raa’in atau pemimpin rakyat dan junnah atau pelindung bagi rakyatnya.

Harapan dan Perjuangan

Pergantian pemimpin di Indonesia menjadi momentum bagi kita untuk merefleksikan kembali sistem yang kita anut. Apakah sistem demokrasi kapitalisme yang kita adopsi selama ini sudah mampu membawa kita menuju masyarakat yang adil dan makmur? Ataukah kita perlu mencari alternatif sistem yang lebih baik?
Islam menawarkan harapan bagi umat manusia. Dengan menerapkan sistem Islam, kita dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Namun, mewujudkan cita-cita ini bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan perjuangan yang panjang dan konsisten dari seluruh komponen umat.

Kesimpulan

Pergantian pemimpin memang membawa harapan baru. Namun, harapan tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya perubahan sistem yang mendasar. Islam sebagai agama yang sempurna menawarkan sistem yang komprehensif dan mampu menjawab segala tantangan zaman. Dengan kembali kepada Islam, kita dapat membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Wallahua'lam bishawab


Share this article via

101 Shares

0 Comment