| 118 Views
Palestina Butuh Bantuan Tentara, Bukan Kecaman atau Seruan Belaka

Oleh : Eka.LA
Sudah hampir genap satu tahun Zionis melakukan genosida terhadap Palestina. Pembantaian yang tiada henti, bahkan memakan waktu hampir setahun, menunjukkan betapa tidak seriusnya dunia memandang permasalahan ini.
Hanya kecaman demi kecaman yang mampu mereka lakukan. Hanya sidang formalitas yang bisa mereka jadikan senjata. Sementara zionis tetap tuli dan buta meski hukum internasional menentangnya.
Apakah diplomasi dan seruan cukup membantu menyelesaikan masalah?
Sudah sering kita melihat pernyataan dari para pemimpin tentang betapa mereka mengecam genosida yang dilakukan Zionis. Tapi sampai saat ini, apakah Zionis mau berhenti hanya karena kecaman? Upaya berupa persidangan internasional yang jelas-jelas menuntut agar Zionis berhenti pun tak mampu menyelesaikan masalah.
Bisa kita lihat para pemimpin yang tidak berani dalam menangani permasalahan ini. Terlihat dari kebijakan mereka yang hanya bisa mengambil jalan diplomasi. Padahal Zionis dan sekutunya jelas-jelas tidak bisa diajak berdiskusi. Hal ini menunjukkan adanya keharusan mengirim bantuan tentara secara langsung sebagai bentuk bantuan nyata.
Dilansir dari tvonenews.com, baru-baru ini pertemuan Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) yang dibuka oleh Ketua DPR RI Puan Maharani dan dihadiri Menlu RI Retno Marsudi telah digelar. Namun lagi-lagi pertemuan itu lebih menekankan tentang penyelesaian secara dialog dan diplomasi. Padahal Puan juga menjelaskan bahwa kebijakan negara tentang perang atau damai bisa ditentukan oleh parlemen. Yang artinya sebenarnya mereka mampu memberi perintah untuk membantu Palestina secara militer, namun pada akhirnya tidak pernah terlaksana. Hanya kecaman yang bisa mereka lontarkan.
Sistem yang salah menjadi penyebabnya
Melihat pernyataan Puan Maharani bahwa dalam sistem demokrasi, parlemen memegang kebijakan tentang negara untuk perang atau damai. Namun di samping itu, faktor keuntungan tentunya juga menjadi ciri khas sistem ini. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebenaran saja tidak cukup mendorong mereka untuk membantu secara militer. Mereka mempertimbangkan keuntungan saja. Jika mereka merasa sebuah keputusan membuatnya rugi, maka jangan harap mereka memilihnya. Kekuatan zionis yang didukung barat dan sekutunya membuat mereka takut kehilangan keuntungan atau merugi. Sehingga upaya mereka pun hanya seadanya yaitu mengecam atau menyeru.
Sistem Islam jawabannya
Tidak ada ikatan yang paling kuat selain ikatan atas dasar akidah. Islam dengan tegas mengajarkan bahwa persatuan ummat adalah yang terpenting dalam menghadapi musuh. Kebenaran juga menjadi patokan utama dalam memutuskan sesuatu, bukan keuntungan semata seperti dalam sistem demokrasi. Terbukti sistem saat ini membuat ummat tidak menyadari kewajiban mereka untuk membela kebenaran karena sistem negara kita saat ini bukanlah Islam.
Ya, dengan menerapkan sistem pemerintahan Islam merupakan jawaban dari kacaunya sistem dan segala permasalahannya yang ada saat ini. Jika melihat sejarah diterapkannya sistem Islam dahulu, negara memiliki peran penting dalam mengajarkan jihad dan dakwah, serta tentang berpolitik. Sehingga jihad merupakan hal yang mudah mereka lakukan, atas dasar akidah dan iman. Mereka tidak tergiur dengan harta yang ditawarkan. Mereka tidak takut syahid karena akidah dan iman mereka yang kuat.
Hanya sistem pemerintahan Islam yang mampu menyelesaikan segala permasalahan. Sistem yang ada saat ini membuat para petinggi ketakutan jika harus melawan Zionis dan sekutunya. Mereka hanya mampu memberi kecaman, seruan, atau mengadakan sidang. Padahal ketiga hal itu tidak akan mampu menyelesaikan masalah. Satu-satunya jalan terakhir yang pantas dilakukan adalah mengirim pasukan tentara. Tapi, apakah sistem saat ini mampu melakukannya? Jika tidak, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah mengubah sistemnya menjadi sistem Islam.