| 100 Views

Negara dan Tentara untuk Anak-anak Gaza

Oleh : Raodah Fitriah

Dilansir dari Republika, 29/12/2024 menurut PBB keadaan masyarakat Gaza semakin mengkhawatirkan. Setiap jam ada satu anak yang meregang nyawa. harus kehilangan seorang anak. Ditambah lagi saat ini mereka menghadapi resiko kematian karena cuaca dingin dengan kondisi tempat tinggal yang tidak memadai, logistik yang terbatas dan pakaian seadanya. 

Dunia Internasional hanya Mampu Mengecam Israel

Kondisi Gaza terutama anak-anak semakin mengenaskan. Tahun 2024 menjadi tahun terburuk bagi anak-anak di Gaza bahkan tidak akan terlupakan dalam sejarah. Menurut UNICEF, jumlah anak yang tinggal di daerah konflik meningkat dari 1990 hanya 10%, saat ini meningkat hampir 19%. Dari data terbaru, ada sekitar 47,2 juta anak mengungsi karena konflik dan kekerasan pada akhir tahun 2023. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat, salah satunya karena anak-anak di Gaza terus dibunhi dengan kejam (CNN Indonesia, 28/12/2024). 

Komisioner Jenderal PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan, Israel melanggar peraturan perang di Gaza dalam waktu 14 bulan terakhir. Israel telah melakukan banyak serangan militer yang menelan korban jiwa hingga kurang lebih 45.000 orang, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan perempuan. Saking bengisnya, Israel tidak melewatkan kesempatan untuk menyerang sekolah dan rumah sakit. Atas hal itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant atas perang yang tidak manusiawi di Gaza (Tirto.id, 23/12/2024). 

PBB Tidak Berpihak pada Gaza

Kaum muslim Gaza dan yang ada di seluruh penjuru dunia seolah tidak tahu harus berharap kepada siapa lagi atas kekejaman zionis Israel. Dunia internasional, termasuk para pemimpin mereka kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi 2 negara sebagaimana arahan Barat (pengusung kapitalisme). Solusi ini jelas tidak bisa menyelesaikan perang, yang sejatinya adalah perang ideologi ini. 

PBB sebagai organisasi yang konon berfokus pada perdamaian dunia dan menaungi lebih dari 100 negara di dunia, nyatanya tidak mampu menyelesaikan solusi atas genosida yang terjadi di Palestina. Yang ada justru PBB hanya mampu mengecam, menghardik atau mengkritik dengan mengeluarkan surat peringatan saja. 

Solusi perang Israel–Palestina yang diserukan adalah dibentuknya "dua negara untuk dua warga" yang dicetuskan oleh Komisi Peel yang dibentuk Inggris sebagai pemegang kekuasaan di Palestina pada tahun 7 Juli 1937. Masyarakat Gaza tetap bertahan untuk negaranya dan tidak setuju atas perjanjian tersebut, bahkan Israel pun sebenarnya tidak setuju, mereka mau menguasai semuanya sendiri. 

Telah tampak ketidakadilan dalam sistem kapitalisme, bahkan sistem inilah yang telah memberikan jalan kepada penjajah zionis untuk membantai anak-anak Gaza. Data kematian anak Palestina menjadi kabar gembira bagi zionis. Sebenarnya itulah yang mereka inginkan dan dunia diam tanpa berkutip apa-apa.

Dakwah dan Khilafah Jalan Pembebasan Palestina 

Kaum muslim harus punya agenda sendiri, yakni harus menyatukan pemikiran dan perasaan kemudian menggerakkan pemuda-pemuda di Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim mereka dan bergerak ke Palestina untuk membebaskannya. Dengan bersatunya pemikiran dan perasaan sesuai dengan ajaran Islam, maka tentu kaum muslimin tidak akan rela atas penerapan kapitalisme di negeri-negeri Islam termasuk Palestina.

Aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik ideologis yang mengambil fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode) dakwah sesuai ajaran Rasulullah Saw. Gerakan seperti ini akan memiliki kemampuan untuk membaca dan mencari solusi untuk menyelesaikan konflik Palestina dan tetap istiqomah membimbing umat dengan mengenalkan kembali tentang konsep negara dalam Islam yang bertugas sebagai perisai (junnah) dan pengurus (raa'in).  

Para pemuda harus dibuat rindu dan semangat berjuang untuk tegaknya khilafah (daulah Islam) dan mengangkat seorang khalifah (pemimpin). Ia lah yang akan memimpin seluruh kaum muslimin untuk pembebasan Palestina. Karena dengan khilafah, Palestina bebas dari kekejaman zionis Israel. Agenda ini harus menjadi topik pembahasan yang terus menerus yang dibicarakan oleh pemuda muslim, bahkan harus ada dalam list cita-cita hidup. 

Wallahu a'lam.


Share this article via

32 Shares

0 Comment