| 74 Views
Mendidik Generasi yang Mumpuni, Menjadi Tanggung Jawab Keluarga dan Negara

Oleh : Haryani, S.Pd.I
Pendidik di Kota Bogor
Hari ini dunia pendidikan di negara Indonesia tidak sedang baik-baik saja, banyak kasus yang terjadi dan mencoreng kemuliaan misi pendidikan. Kesenjangan pendidikan menjadi salah satu pemicu rusaknya tatanan aturan dalam mendidik generasi saat ini.
Hilangnya adab dan rasa kesopanan yang menimpa para peserta didik bukti kuat bahwa tujuan pendidikan saat ini sudah sangat jauh melenceng dari tujuan utamanya, yaitu menciptakan generasi emas yang berperilaku mumpuni terhadap guru dan satuan pendidikannya.
Berbagai dugaan kasus yang terjadi di sekolah, seperti bullying, pelecehan seksual, penyalah gunaan obat terlarang. pungli dan kasus-kasus pelanggaran norma terhadap guru maupun sebaliknya menjadi blunder permasalahan yang sulit diatasi saat ini.
Melihat berbagai Kegagalan sistem pendidikan saat ini, akhirnya membuat pemerintah memutuskan membuat terobosan baru yaitu dengan membangun sekolah unggul yang berkualitas. Hal ini didukung dengan rencana Bapak Presiden Prabowo Subiakto, sebagaimana ditegaskkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) akan membangun sekolah menengah atas (SMA) unggulan khusus untuk siswa yang memiliki prestasi di atas rata-rata berdasarkan penilaian tertentu. Program pendidikan yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto itu diberi nama Sekolah Unggulan Garuda. (www.tempo.com) Dengan rencana tersebut sejatinya membuat sebuah kesenjangan dimasyarakat.
Dengan demikian kondisi tersebut semakin memperlihatkan bahwa pengaruh sistem ideologi kapitalis memperburuk pandangan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Bagi yang berduit tentu bisa memilih sekolah mana saja yang diinginkan, semakin kaya maka tentu saja sekolah mahal yang kualitasnya bagus akan dipilihnya. Sedangkan bagi rakyat miskin tidak bisa memilih yang sesuai keinginannya karena terbentur dengan kondisi ekonomi yang lemah.
Langkah praktis yang digagas pemerintah tentu saja bukan satu-satunya solusi yang jitu demi memperbaiki sistem pendidikan saat ini. Perlu dicermati oleh kita sebagai masyarakat yang menginginkan perubahan hakiki terhadap pendidikan generasi penerus bangsa ke depannya.
Pertama, yang perlu diperbaiki adalah sistem kurikulumnya. Kita ketahui bahwa kurikulum yang berlaku di negara ini sering berganti seiring dengan pergantian Menteri Pendidikan, gonta-ganti kurikulum membuat citivis pendidikan terbebani dengan aturan-aturan yang berlaku, seperti misalnya, guru disibukan dengan pembuatan administrasi sekolah sehingga melalaikan kewajibannya mendidik peserta didik.
Kedua, dari sisi kualitas kinerja guru, karena saat ini para guru lebih sibuk mengurus administrasi sekolah, sehingga tugas utamannya terkadang dilupakan, siswa lebih banyak diberikan tugas mandiri dibandingkan didampingi. Selain itu penghasilan guru yang relatif kecil membuat kinerja mereka terkesan setengah hati dalam mendidik siswa.
Ketiga, lamanya waktu menempuh pendidikan disetiap jenjangnya membuat peserta didik jenuh dengan pembelajaran yang diulang-ulang dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat kuliah, dan ini berdampak terhadap peluang kerja menjadi lebih kecil karena terbentur dengan aturan batas maksimal usia yang diterima disebuah perusahaan. Akhirnya tingkat pengangguran setiap tahunnya semakin tinggi.
Keempat, peran keluarga yang terabaikan. Saat ini para orang tua seutuhnya menyerahkan pendidikan anaknya kepada sekolah, sehingga ketika mengalami kegagalan dalam prosesnya, maka acap kali sekolah disalahkan. Menginginkan anaknya sholeh tetapi mereka tidak belajar menjadi orang tua yang sholeh.
Mencermati berbagai masalah yang semakin hari semakin pelik, tentu saja kita wajib berkaca kepada sistem pendidikan Islam yang sudah terbukti sukses mendidik para generasinya sehingga mengantarkan kepada generasi takwa yang cerdas, cemerlang dan mumpuni disegala bidang. Dimasanya lahirlah para ilmuan handal yang bukan hanya menguasai ilmu tertentu namun menjadikan mereka sebagai ulama besar yang hebat. Begitupun peran orang tua, tidak terlepas dalam mendidik putra-putrinya. Sebagai contoh yang mahsyur, seorang Muhammad Al Fatih yang sukses menaklukan Konstantinopel diusianya yang masih belia, tentu hal itu didorong dengan keyakinan dan didikan orang tuanya yang setiap hari memberikan stimulus positif agar mampu menjadi Sang Penakluk sebagaimana bisyarah yang pernah diucapkan oleh Rasulullah SAW berabad silam.
Sistem pendidikan Khilafah terbukti mencetak generasi Rabbani, beradab dan cerdas. Karena sejatinya kewajiban negara adalah mencerdaskan seluruh rakyatnya, melalui sistem pendidikan yang terbaik dan mampu menjadikan lulusannya berakhlak mulia dan mumpuni dibidangnya.
Saatnya kita berpikir cerdas dan merubah arah pendidikan generasi penerus menuju perubahan yang cemerlang.
Wallahu'alam.