| 84 Views

Mencintai Nabi Saw Dengan Sepenuh Hati

Oleh : Mba Irah

Tak terasa kita kembali berada di bulan rabiul awal, yaitu bulan dimana Rasulullah Saw di lahirkan. Seperti biasa peringatan hari kelahiran (maulid) nabi Muhammad Saw ramai di selenggarakan oleh kaum muslim di berbagai tempat dengan penuh kegembiraan.

Kegembiraan itu sungguh sangat wajar pasalnya kelahirannya Rasulullah adalah nikmat yang paling agung bagi umat manusia sebagaimana firman Allah yang tercantum dalam Al Qur'an surah (Ali Imron: 16 )

Peringatan Maulid Nabi Saw adalah salah satu wasilah untuk terus memelihara rasa cinta (mahabbah) kepada beliau. Karena mencintai beliau tentu tidak seperti mencintai sesama manusia. Kecintaan seorang muslim kepada beliau harus di atas kecintaan kepada yang lain. Nabi Saw bersabda " Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia menjadikan aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan segenap manusia (HR Al Bukhori).

Karena itu mencintai nabi Muhammad hukumnya wajib. Al Qur'an telah mengancam dengan keras siapa saja yang cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya ter palingkan oleh kecintaan kepada yang lain. Hal itu di cantumkan dalam firman-nya dalam (Al Qur'an surah at Taubah ; 24 )

Jika memang mencintai nabi setulus dan sepenuh hati, seorang muslim tidak boleh sedikitpun menyakiti hati beliau. Jika memang mencintai nabi setulus dan sepenuh hati, seorang muslim juga tidak boleh sedikitpun membuat beliau marah karena Allah telah mengancam dengan adzan yang keras atas orang yang menyakiti hati beliau.

Dengan demikian jelas bahwa bukti cinta hakiki kepada Nabi Saw adalah mentaati beliau dengan tidak bimbang dan ragu. Karena ketaatan seorang muslim kepada beliau kan mengantar kan mereka ke dalam surga Nya.

Jika memang demikian kenyataannya maka kaum muslim wajib menaati Rasulullah Saw dalam seluruh aspek kehidupan beliau.
Bukan hanya dalam aspek ibadah ritual dan akhlak beliau saja. Hal ini sekaligus menjadi bukti cinta hakiki kepada Allah Swt.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa cara meneladani nabi Muhammad Saw hakikatnya adalah dengan mengamalkan seluruh isi Al Qur'an, yang tidak hanya menyangkut ibadah ritual dan akhlak saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari akidah dan ibadah. Hingga berbagai muamalah seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan pemerintahan.

Sebab Rasulullah Saw sendiri tidak hanya mengajari kita bagaimana mengucapkan syahadat serta melaksanakan shalat, shaum zakat dan haji secara bebas. Beliau pun mengajarkan bagaimana mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi, menjalankan kehidupan sosial, menjalankan pendidikan, melaksanakan aktifitas politik, menerapkan sanksi-sanksi hukum bagi pelaku kriminal serta mengatur pemerintahan negara secara benar dengan syariat Islam.

Namun mengapa saat ini kita enggan meninggalkan riba dan transaksi batil. Enggan mengatur urusan sosial, enggan menerapkan sanksi bagi para pelaku maksiat, enggan mengatur pemerintahan/ negara, bukankah semau itu justru pernah di praktekkan oleh Rasulullah Saw selama bertahun-tahun di Madinah dalam kedudukannya sebagai kepala negara.

Pada akhirnya jujur harus kita akui peringatan maulid nabi Saw saat ini di tengah-tengah kaum muslim justru banyak ironi. Setiap tahun maulid Nabi Saw di peringati akan tetapi yang diterapkan dalam politik di negeri ini adalah sistem demokrasi yang diajarkan oleh ahli barat sekuler. Bukan sistem pemerintahan Islam yang diwariskan.

Nabi Saw yakni khilafah Islamiyyah dan di praktekkan oleh Khulafaur Rosyidin. Padahal Rasulullah Saw telah bersabda "Kalian wajib berpegang pada Sunnah-Ku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah pada Sunnah itu dan gigitlah itu erat-erat dengan gigi geraham (HR. Ahmad abu daud Ibnu Majah dan at Tarmizi).

Wallahu a'lam bish-shawwab


Share this article via

32 Shares

0 Comment