| 423 Views
Mencetak Generasi Terbaik Dengan Sistem Pendidikan Islam

Oleh : Siti Nur Hadijah
Freelance Writer
Maraknya remaja menjadi pelaku kekerasan belakangan ini menjadi fenomena yang memprihatinkan di masyarakat. Faktor-faktor seperti pengaruh lingkungan, media sosial, kurangnya pendidikan karakter, serta lemahnya pengawasan orang tua sering kali menjadi pemicu utama. Banyak remaja yang terjerumus dalam perilaku agresif karena ingin mencari pengakuan, melampiaskan emosi, atau meniru apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar.
Seperti yang baru saja terjadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Seorang anak tega menusuk ayah, nenek dan ibu dengan sebilah pisau. Peristiwa ini menyebabkan ayah dan nenek tewas. Sedangkan ibu pelaku mengalami luka parah. Mirisnya Pelaku merupakan remaja berusia 14 tahun.
Kapolsek Cilandak, Kompol Febriman Sarlase, menyatakan bahwa ayah dan nenek pelaku ditemukan tewas bersimbah darah di lantai dasar rumah. Sementara itu, ibu pelaku mengalami luka berat dan telah dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati untuk mendapatkan perawatan. Pelaku telah ditangkap tak lama setelah kejadian dan kini menjalani pemeriksaan untuk mengungkap motif di balik pembunuhan tersebut. Insiden ini masih dalam penyelidikan intensif oleh Polsek Cilandak. Suara.com, 30/11/2024.
Fenomena maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak usia belia ini menggambarkan bahwa ada yang salah pada sistem yang mengatur dan diterapkan saat ini. Tingginya tingkat kekerasan hingga pembunuhan oleh anak mengindikasikan bahwa adanya kegagalan pendidikan dalam membentuk kepribadian generasi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang akan menjadi benteng dalam menjalani kehidupan. Masa remaja yang seharusnya di isi dengan belajar dan mengembangkan potensi kepada hal-hal yang bermanfaat, tapi malah justru terjebak dalam pergaulan yang bisa merusak pola pikir dan karakter diri.
Sejatinya, faktor penyebab prilaku sadis tersebut bersumber dari sistem kapitalisme-sekuler. Sistem pendidikan yang alih-alih mampu mencetak generasi berkualitas yang memiliki kepribadian kuat, tetapi justru melahirkan generasi yang banyak masalah dan tidak mampu mengarahkan para pelajar untuk bersikap baik dan beradab. Mustahil apabila mengharapkan kepribadian yang mulia pada anak, jika aturan dan sistemnya masih dibawah kendali kepitalisme-sekuler yang telah nyata menjauhkan generasi dari ajaran dan peran agama sebagai pembentuk kepribadian yang Islami, sehingga berakibat pada rusaknya hubungan mereka dengan Allah.
Peran keluarga tidak kalah penting dalam membentuk kepribadian yang unggul, sebab dalam keluarga akan dibangun pondasi keimanan. Pendidikan agama ditanamkan dan dikenalkan sejak dini didalam keluarga, sehingga terbentuk kekuatan ruhiyah yang lahir dari pemahaman terhadap agama yang akan membentengi diri dari hal-hal yang dapat merusak moral dan rusaknya pergaulan.
Penerapan sistem sosial dan pergaulan dalam Islam, menjaga dan mencegah generasi dari pergaulan bebas serta berbuat maksiat. Oleh karena itu, dibutuhkan fungsi dari masyarakat sebagai kontrol sosial yang akan dilaksanakan melalui edukasi secara berkala kepada masyarakat untuk membina keimanan mereka, sehingga menjadi pembiasaan untuk ber-amar ma'ruf nahi mungkar.
Sesungguhnya problem generasi akan tuntas dibawah kepemimpinan Islam yang memposisikan khalifah sebagai raa'in yang bertanggung jawab atas rakyatnya. Upaya pencegahan tindak kejahatan dan kekerasan dapat direalisasikan dengan meningkatkan ketaqwaan individu dan keluarga agar ta'at dengan aturan Islam secara keseluruhan sehingga bisa melindungi diri dari tindak kemaksiatan.
Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang dan berkualitas. Negara khilafah wajib menjamin kehidupan dari kemungkinan berbuat dosa, yakni dengan menegakkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Sistem pendidikan Islam yang akan mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islami serta taat syariah, termasuk berbakti dan hormat kepada orang tuanya.
Dalam Islam, sistem pendidikannya harus berlandas kepada akidah sebagai dasar pemikirannya. Sebab, tujuan utama dari sistem pendidikan Islam adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, sehingga akan menghasilkan peserta didik yang bertaqwa, kukuh keimanannya, mendalam pemikiran Islamnya, menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta berjiwa pemimpin.
Negara khilafah menjadikan pendidikan sebagai layanan gratis, dengan kurikulum berbasis Islam, fasilitas memadai dan tenaga pengajar profesional yang akan menciptakan generasi unggul yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Semua ini hanya akan tercapai dengan hadirnya penguasa yang wajib memberikan perhatian penuh dalam kemajuan ilmu dan peradaban Islam serta penerapan peraturan syariah Islam yang dilaksanakan secara kaffah dan sempurna.
Wallahu A'lam Bishawab.