| 121 Views
Memiliki Rumah Layak Huni, Bagai Ilusi

Oleh : Neng Saripah S.Ag
Pegiat literasi
Siapa sih yang tidak ingin memiliki rumah layak huni? Semua masyarakat indonesia pasti sepakat itu adalah impian kita semua. Namun saat ini memiliki rumah layak huni bagaikan pungguk merindukan rembulan, seperti mimpi tak berkesudahan. Sulit sekali dicapai dan diwujudkan.
"Menurut statistik pemerintah, kurang lebih ada hampir 11 juta keluarga yang antre untuk mendapat rumah yang layak, hampir 11 juta," kata Hashim di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Berdasarkan sumber yang sama, Hashim juga menyebut ada sebanyak 27 juta keluarga yang tinggal di rumah yang tidak layak huni. (DetikFinance 4/12/2024)
27 juta masyarakat tentu bukanlah angka yang kecil, maka masyarakat sebanyak itu tinggal di rumah - rumah kumuh, lantainya bisa jadi dari tanah, airnya kurang bersih, banyak kuman bakteri dan virus. Maka tidak heran kalau angka stunting masih signifikan.
Mengapa demikian? Karena kondisi rumah yang tidak layak huni rentan menimbulkan persoalan stunting. Dalam artian Rumah yang tidak layak huni, tutur Hashim, memiliki tingkat kesehatan yang rendah. (DetikFinance 4/12/2024)
Kendati demikian Presiden prabowo, dikutif dari Tempo (1/12/2024) Direktur Utama Perum Perumnas, Budi Saddewa Soediro, menyampaikan bahwa perusahaan siap mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto dengan memanfaatkan aset yang dimiliki pemerintah. Budi Sebagai pengembang milik pemerintah, beranggapan Perumnas memiliki tanggung jawab untuk mengelola asetnya secara optimal demi mendukung realisasi program tersebut.
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa dari total tiga juta rumah yang direncanakan, dikutip dari Antara, sekitar 20 persen akan dialokasikan sebagai rumah bersubsidi, sementara sisanya dikembangkan untuk hunian komersial. Pembangunan ini mencakup dua jenis hunian, yaitu rumah tapak yang direncanakan untuk wilayah dengan ketersediaan lahan luas dan rumah vertikal, seperti apartemen serta rumah susun, yang difokuskan untuk wilayah perkotaan.
Sungguh menggelitik, faktanya dalam sitem Kafitalis negara hanya berperan sebagai regulator yang tugasnya yaitu memuluskan pihak swasta guna mengendalikan pembangunan perumahan rakyat untuk mendapatkan keuntungan (kapitalisasi).
Maka tidak heran jika harga rumah, sekalipun katanya subsidi tapi harganya cukup fantastis. Dan tidak sesuai dengan pendapatan riil masyarakat. Mirisnya negara menggunakan narasi yang seolah olah sedang berusaha memenuhun kebutuhan rakyatnya akan rumah layak.
Padahal negara sedang berniaga dengan masyarakat. Guna mendapatkan pundi pundi rupiah dari hasil penjualan rumah tersebut.
Sedih memang, ketika kita mengetahui bahwa dalam pandangan Islam, rumah adalah salah satu kebutuhan asasiah, disamping sandang, pangan, pendidikan kesehatan serta keamanan yang wajib dijamin oleh negara melalui penerapan sistem politik ekonomi islam.
Negara seyogyanya menjadi support system , agar rakyatnya bisa dengan mudah memiliki rumah layak huni. hal ini sebab penguasa muslim berfungsi sebagai raa'in dan pemimpin yg demikian hanya didapat dari sistem kepemimpinan islam.
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: "Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR al-Bukhari).
Wallahualam bishawab.