| 167 Views
Membela Palestina Tidak Cukup Dengan Retorika Belaka

Oleh : Dewi Yuliani
Pidato Presiden di Pertemuan Organisasi Kerjasama D-8 di Kairo menyatakan membela Palestina dan mengajak negeri muslim untuk Bersatu. Pembelaan terhadap Palestina membutuhkan tindakan nyata, berupa pengiriman pasukan militer karena sesungguhnya inilah yang dibutuhkan oleh Palestina.
PENGAMAT Timur Tengah Smith Alhadar menilai pidato Presiden Prabowo Subianto dalam forum KTT Developing Eight (D-8) yang menyerukan persatuan negara-negara Islam memang bagus. Namun, Prabowo terkesan mengurui dan abai terhadap apa yang telah dilakukan negara-negara tersebut.
Sesungguhnya seluruh negara Islam, khususnya negara-negara Timur Tengah, termasuk Turki, Iran, dan Mesir, sudah cukup keras mengecam Israel," kata Smith kepada Media Indonesia, Minggu (22/12).
Bahkan, Turki menghentikan kerja sama ekonomi dengan Israel dan ikut bergabung dengan Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ).
"Sementara apa yang dilakukan RI dipandang belum seberapa ketimbang apa yang sudah dilakukan negara-negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir. Jadi, bisa dipahami bila ada pemimpin yang tersinggung, lalu walkout," paparnya. Smith menambahkan Iran sendiri dua kali melancarkan serangan besar ke Israel. Sementara Mesir terus berusaha meloloskan gencatan senjata Hamas-Israel.
Prabowo sendiri (kalau saya tidak salah) tidak mengecam Israel dan hanya menyerukan persatuan negara-negara Islam," lanjutnya
Prabowo tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang perkembangan di Gaza dan apa yang telah dilakukan negara-negara di kawasan. Mereka umumnya mengalami gejolak politik dalam negeri akibat tidak berdaya menekan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Uni Eropa untuk segera mengakhiri genosida serta ethnic cleansing yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Dia tak memungkiri bahwa Indonesia begitu vokal membela dan mendukung Palestina di forum-forum internasional tetapi tidak berarti menampik tindakan yang telah dilakukan negara-negara Islam.
"Benar RI sudah cukup membela Palestina di forum-forum internasional, tapi tidak berarti yang dilakukan negara-negara Islam lain lebih kecil kontribusinya jika dibandingkan dengan RI. Jadi, tidak pada tempatnya Prabowo seolah menyalahkan negara D-8, khususnya Turki, Iran, dan Mesir, yang dianggap belum cukup berbuat untuk Palestina, termasuk dalam bantuan kemanusiaan," tegasnya.
Dia juga menyoroti kritikan Prabowo tentang ketiadaan solidaritas, kerja sama dan keterpecahan suara di antara sesama negara muslim. "Harus diakui, ada agenda dan kebijakan yang agak berbeda di antara sesama negara muslim terkait cara menghadapi Israel, tapi mereka satu suara dalam mendukung Palestina," ujarnya"Prabowo tidak cukup peka ketika ia mengatakan kita salalu menyatakan dukungan untuk Palestina, Suriah, tapi dukungan yang seperti apa?" Pada kesempatan itu, Prabowo juga mengeritik strategi devide et impera yang masih melemahkan solidaritas antarnegara Muslim," tambahnya.
Smith mengungkapkan dalam pidatonya, Prabowo menyebut konflik internal di beberapa negara muslim menjadi contoh nyata adanya konflik internal di antara sesama. Kritik ini sepertinya mengarah pada Turki dan Iran yang berseberangan terkait Suriah. Pasalnya, Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung oposisi pimpinan HTS. Secara substansi Prabowo tidak salah, tapi artikulasinya tidak diplomatis dan salah tempat. Tidak seharusnya KTT D-8 dijadikan ajang salah-menyalahkan," pungkasnya.
Tanpa pengiriman pasukan, maka pembelaan hanya sekadar retorika. Apalagi Indonesia mendukung solusi dua negara - yang berarti menyetujui tanah Palestina dirampok oleh Zionis- dan Palestina tetap tak akan merdeka sepenuhnya. Solusi tuntas penjajahan Palestina hanyalah dengan jihad dan Khilafah. Umat Islam harus berjuang untuk memahamkan umat tentang solusi hakiki persoalan Palestina ini Jika penyadaran umat akan solusi hakiki terwujud, maka thariqoh umat akan dapat terwujud dengan menuntut penguasa untuk mengirimkan pasukan membela palestina. Untuk itu perlu adanya kelompok dakwah ideologis yang mendorong para pemuda muslim untuk mengusir Zionis dari Palestina
Sebagaimana Perjuangan Rasulullah saw. dalam mendirikan Negara Islam di Madinah sudah selayaknya menjadi teladan bagi umat Islam. Beliau berusaha untuk menyebarkan pemikiran yang benar dengan membersihkan akidah masyarakat Arab jahiliyah dan menantang semua bentuk hukum yang tidak sesuai dengan syariat. Beliau menciptakan perubahan pemikiran secara mendasar (akidah).
Kegiatan politik Nabi saw. memiliki karakter yang unik. Beliau sangat menyadari bahwa masyarakat Quraisy saat itu sangat menghormati pemimpin mereka. Beliau berusaha memutus kepercayaan terhadap kepemimpinan kafir Quraisy dan mengalihkannya kepada Rasulullah saw.. Beliau juga aktif berkomunikasi dengan para pemimpin kabilah agar mereka mau menjadikan wilayahnya sebagai pusat penyebaran dakwah, serta mengajak para pemimpin kabilah untuk memeluk Islam.
Islam dan umat Islam merupakan dua kekuatan yang mampu membuat musuh merasa takut. Saat Rasulullah saw. melakukan hijrah dan mendirikan Negara Islam yang pertama di Madinah, beliau mulai melakukan berbagai manuver sebagai bentuk menunjukkan kekuatan dan mengintimidasi musuh. Saat itu, musuh-musuh umat Islam pun merasa gentar dan mulai memperhitungkan kekuataan Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah saw..
Saat ini pun musuh-musuh Islam sebenarnya sangat takut terhadap kehadiran Islam. Mereka berusaha untuk menghalangi persatuan umat melalui berbagai strategi pemikiran yang licik, termasuk konflik fisik seperti yang terjadi di Timur Tengah. Mereka menghalangi munculnya kekuatan Islam dengan berbagai perang pemikiran dan mencegah bersatunya umat Islam dalam Khilafah melalui kriminalisasi dan monsterisasi syariat Islam. Mereka memutarbalikkan narasi dan menggiring masyarakat dunia dalam opini sesuai kepentingan dan agenda penjajah.
Untuk melawan perang pemikiran, menyingkap opini sesat Barat, serta mengungkap cara pemimpin negeri-negeri muslim hari ini dalam memberikan loyalitasnya pada Barat, dibutuhkan kerja politis yang melibatkan seluruh elemen umat Islam. Dengan kata lain, diperlukan upaya penyadaran di tengah-tengah umat yang bertujuan untuk mengungkapkan secara gamblang pada umat mengenai musuh Islam yang sebenarnya.
Jika umat telah menyadari hal ini, umat akan menawarkan metode yang tepat untuk mengimplementasikan solusi Islam atas berbagai permasalahan umat, termasuk persoalan Palestina. Umat akan menyadari bahwa persoalan Palestina yang berkepanjangan ini hanya bisa diselesaikan dengan jihad dan persatuan di bawah naungan Khilafah. Umat pun akan menuntut penguasa di negeri-negeri muslim untuk mengirimkan pasukan militer untuk membebaskan Palestina.
Kondisi ini sejatinya sama dengan masa dakwah Rasulullah saw. yang mengawali langkahnya dengan upaya penyadaran, serta meletakkan dasar pemikiran di kalangan Arab jahiliyah pada waktu itu sehingga prinsip dasar Islam teguh dan kukuh pada diri umat Islam. Pengakuan pada konsep-konsep Islam yang Rasulullah dakwahkan ini lantas terimplementasi pada upaya untuk menerapkannya dalam konteks negara.
Saat itu Rasulullah saw. dan para sahabat berhimpun dalam kelompok dakwah yang senantiasa membenturkan pemahaman Islam yang sahih dengan kebiasaan Arab jahiliyah yang menyembah berhala. Metode dakwah yang Rasulullah saw. lakukan ini semestinya dapat diadopsi umat Islam untuk melakukan gerak-gerak terarah dalam satu kelompok dakwah (kutlah jama’i) dan melakukan penyadaran akan pentingnya persatuan umat Islam dan berjuang secara politis sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw..
Melalui kelompok dakwah ideologis ini pula, umat akan bergerak secara terorganisir dan memotivasi para generasi muslim di berbagai wilayah untuk berjuang bersama membebaskan satu per satu belenggu nation state dan membebaskan wilayah mereka dari cengkeraman kapitalisme.
Hari ketika Islam dan umat Islam kembali menggantikan peradaban kelam yang sangat hegemonik hari ini, keberkahan Islam akan hadir. Islam dan syariatnya akan menjadi rahmat yang hakiki bagi seluruh alam. Pada saat itu, bukan hanya negeri muslim seperti Palestina dan Suriah yang terbebaskan, tetapi juga seluruh dunia yang hari ini hidup tertindas dalam cengkeraman kapitalisme global.
Allah Swt. berfirman, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima taubat.” (QS An-Nashr [110]: 1–3).
Wallahualam bissawab.