| 122 Views

Masalah Rohingya Selesai, Kala Islam Hadir di Kehidupan Ini

Oleh : Mulyaningsih

Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga

Berbagai permasalahan melanda kaum muslim di seluruh dunia. Keberadaannya terus saja terusik karena sandangan minoritas pada sebuah negeri. Tentu akibatnya perlakuan tak adil kembali akan mereka dapati. Bahkan tak tanggung-tanggung, pengusiran pasti akan dialami oleh kuam bernama minoritas. 

Sebagaimana yang dirasakan saudara kita, muslim Rohingya. Mereka berkejaran dengan para aparat guna menyelamatkan diri. Aktivitas mengungsi ke wilayah atau negara lain menjadi solusi sementara bagi mereka. Dikutip dari sebuah laman nasional, para pengungsi Rohingya berdatangan ke wilayah Indonesia karena adanya konflik di tempat asalnya. Mereka bermodal nekad melakukan pelayaran bermodalkan kapal kayu. Dengan tujuan mendapatkan perlindungan di negara tujuan, Indonesia. Sebanyak 146 pengungsi Rohingya terdampar di Kecamatan Deli Serdang, Sumatera Utara setelah 17 hari berlayar dari Bangladesh. Mereka memilih Indonesia karena banyak saudara muslim dan berharap bisa ditampung sementara untuk kemudian dikirim ke negara ketiga. Hal tersebut disampaikan oleh M. Sufaid (salah satu pengungsi) ketika diwawancarai di Aula Camat. (kompas.com, 24/10/2024) 

Sebagaimana pemberitaan di media, awalnya para pengungsi Rohingya memilih Aceh sebagai tempat tujuan. Ketika itu mereka disambut baik oleh masyarakat Aceh karena mereka adalah tamu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perubahan sikap terhadap para pengungsi telah tampak. Masyarakat Aceh kini menolaknya dengan alasan makin banyaknya pengungsi (jumlahnya mencapai ribuan). Mungkin wajar kondisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Aceh, sebab mereka bingung dengan makin banyaknya pengungsi yang berdatangan. Selain itu, berbagai opini negatif para pengungsi kian santer di berbagai media sosial. Hal inilah yang membuat masyarakat Aceh kemudian enggan untuk menolong Muslim Rohingya. 

Belum lagi fakta yang telah diketahui bahwa kebaikan masyarakat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencari cuan. Kepolisian sendiri menemukan bahwa kedatangan para pengungsi tersebut erat kaitannya dengan sindikat perdagangan orang. Disinyalir pelakunya orang Rohingya berkewarganegaraan Bangladesh, Myanmar, maupun Indonesia. Ketika para pengungsi ingin mendapat jatah di kapal, maka membayar 100-120 Bangladesh (14-16 juta rupiah per orang). Salah satu pelaku perdagangan orang (Herman) menerima bayaran dari agen Malaysia 5 juta rupiah per pengungsi. Totalnya ia bisa meraup keuntungan 375 juta rupiah. Memang cukup besar cuan yang didapatkan dari bisnis ini. (Muslimahnews.)

Sedih memang melihat kondisi saudara kita muslim Rohingya. Permasalahannya tak kunjung selesai, hidup terlunta-lunta tak tahu harus berdiam di wilayah mana. Memang menjadi minoritas akan menjadi bulan-bulanan bagi mayoritas. Perlindungan tentu belum didapatkan. Bahkan meminta bantuan pada negara tetangga pun bukan solusi tepat bagi mereka. Mungkin wajar jika akhirnya fakta terjadi seperti gambaran di atas. Dengan dalih nasionalisme, negara lain tak bisa menolong dan membantunya walaupun sesama muslim. Kalaupun mau menolong, tentunya hanya individu saja bukan skala negara. Alhasil, tentulah individu penolong tadi tak sanggup membantu para pengungsi yang jumlahnya lumayan tadi. Belum lagi pihak pemerintah tampaknya bersikap enggan membantu mereka. Banyak biaya yang nantinya dikeluarkan jika menolong para pengungsi tersebut. Karena balik lagi, mereka bukan penduduk asli negeri ini. 

Sikap yang diambil pemerintah saat ini patut diduga karena imbas dari sistem yang diterapkan. Kapitalis telah menghasilkan manusia dengan hanya memikirkan persoalan asas cuan dan manfaat saja. Jika kedua hal tersebut tidak didapati maka pastinya pertolongan menjadi angan-angan belaka. Ditambah lagi dekat bangsa yang bernama nasionalisme membuat negara satu dengan yang lainnya tak peduli terhadap nasib manusia, padahal masih saudara muslim. 

Tentu hal tersebut berbeda jauh dengan konsep Islam. Di dalam Islam, aturannya lengkap lagi sempurna. Mulai dari mengatur persoalan manusia dengan dirinya sendiri, orang lain, bahkan Sang Khalik. Termasuk pada wilayah pengaturan sesama muslim. Islam mempunyai konsep bahwa antara muslim yang satu dengan lainnya adalah saudara. Jika saudaranya memerlukan pertolongan, maka saudara lainnya wajib membantu dengan maksimal. Ibarat satu tubuh, ketika kepala sakit tentulah anggota badan lainnya akan merasakan hal yang sama. Nah, itulah konsep bersaudara dalam Islam. 

Sebagaimana firman Allah "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Oleh sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat." (TQS. Al-Hujurat: 10) 

Dari terjemahan ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa sesama muslim itu saudara, tak memandang dari negara atau suku mana. Jika meminta bantuan atau perlindungan, maka kewajiban kita sebagai saudaranya adalah menolong serta melindungi. 

Perlindungan itu akan nyata jika negara menerapkan Islam secara sempurna dalam bingkai Daulah Islam. Karena pemimpinnya akan menjalankan amanah dorongan dari keimanan. Bukan karena cuan apalagi manfaat semata. Itu terwujud karena akidah yang kokoh mengkristal dalam benak individu-individu muslim. Negara akan mengayomi serta melindungi dengan sebaik mungkin. Termasuk memperhatikan segala kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan, serta pendidikan. Negara berkewajiban mengecek hal tersebut, apakah sudah diterima oleh seluruh rakyat atau belum. Bahkan negara dalam hal ini pemerintah harus memastikan hal tersebut per individu, bukan per kepala keluarga. 

Alhasil, masalah Rohingya akan tuntas jika Islam ada dalam kehidupan ini. Yang terbongkar dalam sebuah institusi Islam, Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

66 Shares

0 Comment