| 176 Views
Maraknya Tercipta Anak Durhaka buah dari Sistem Kapitalisme

Oleh: Rasmawati Asri
Pemerhati Sosial
Ditemukan seorang pedagang di toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur viral di sosial media. Berdasarkan hasil penyelidikan polisi pelaku adalah dua anak kandungnya (Liputan 6, 23/06/2024).
Seorang anak yang berinisial K dan P, berusia 17 tahun dan 16 tahun.
Seorang anak yang tega membunuh ibunya tanpa ada rasa kasihan.
Beberapa hari sebelumnya terjadi kejadian serupa. Menurut laporan Tribun Lampung (13-6-2024), SPA (19), seorang warga Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, melakukan penganiayaan terhadap ayah kandungnya yang menderita strok. Akibat penganiayaan tersebut, korban tergeletak bersimbah darah dan tidak sadarkan diri. Pelaku melakukan tindakan tersebut karena tersulut emosi saat diminta korban untuk membantunya ke toilet. Setelah sempat dirawat inap, korban meninggal dunia keesokan harinya.
Rusaknya Generasi
Generasi yang seharusnya menjadi kebanggaan keluarga menjadi penghancur hidup orangtua. Tangannya ringan melakukan perbuatan keji tanpa rasa bersalah. Hal ini bukan proses yang tiba-tiba muncul, melainkan ada faktor lain yang mendukung.
Memisahkan agama dari kehidupan, terjadinya pergaulan bebas, tontonan yang tidak bermutu membuat generasi menjadikannya contoh.
Sekularisme telah menghasilkan individu yang lemah iman, tidak mampu mengendalikan emosi, dan rapuh secara mental. Gaya hidup sekuler sejak dini telah menciptakan generasi yang merusak, yang menjauhkan mereka dari Allah. Bahkan lebih parah, mereka menjadi generasi yang juga merusak orang lain.
Di sisi lain, kapitalisme menempatkan materi sebagai tujuan utama hidup, menyebabkan banyak anak mengabaikan kewajiban berbakti kepada orang tua (birrul walidain). Ini diperparah oleh sistem pendidikan sekuler yang gagal membentuk mereka menjadi individu yang baik dan saleh yang memahami pentingnya birrul walidain.
Jika ada tindakan orang tua yang melukai perasaan kita sebagai anak, apakah layak nyawa mereka diambil oleh kita? Bukankah lebih banyak kebaikan yang telah orang tua berikan dibandingkan kesalahan mereka? Oleh karena itu, maaf dan amar makruf nahi mungkar harus lebih dikedepankan.
Islam memuliakan Orangtua
Posisi orangtua di dalam agama sangatlah tinggi. Ridho Allah tergantung ridho orangtua. Wajib bersikap lemah lembut, tidak boleh menyakiti perasaannya, dan wajib memuliakannya.
Kisah Luqman di dalam Al-Qur’an saat menasihati anaknya adalah contoh terbaik. Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah saw., “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR At-Tirmidzi).
Tidak sebatas itu, Islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara, sebagaimana firman Allah Taala dalam ayat, “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS An-Nisa [4]: 14).
Islam pun sangat menghargai sebuah nyawa. Tidak boleh sembarangan membunuh kecuali yang hak dibunuh. Sebagaimana firmanNya;
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang hak (benar).” (QS Al-Isra’ [17]: 33).
Wallahu'alam.