| 335 Views
Maraknya Anak Durhaka, Akibat Sistem Kapitalisme

Oleh : Ruji'in Ummu Aisyah
Pegiat Opini Lainea Konawe Selatan
Sejatinya seorang anak adalah titipan dari Allah SWT yang harus kita jaga. Oleh karena itu sejak usia dini kita harus bekali dengan akidah keimanan yang kuat agar kelak tidak mudah tergoyahkan dalam dunia fana'. Namun saat ini melihat realita yang ada telah berbanding terbalik dengan Islam. Pemikiran anak remaja saat ini begitu bobrok dan rusak hingga banyak menyaksikan seorang anak yang begitu tega sampai membunuh kedua orang tua kandungnya. Di manakah hati dan kesadarannya? Sungguh sangat menyayat hati.
Seperti dilansir di liputan 6.Com, viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku adalah anak kandungnya sendiri, Minggu (23/6/2024).
Terungkap juga di Magetan, Jawa Timur, Desa Terung, seorang anak tega menganiaya ibu kandungnya hanya karena terlambat menyalakan obat nyamuk. Kemudian sang ibu melaporkan ke polisi.
Sungguh miris, saat ini begitu jarang sekali di antara manusia yang menjadikan AL-Qur'an dan Assunah sebagai rujukan dalam kehidupannya khususnya dalam mendidik. Padahal Islam sebagai rahmatan lil'alamin mempunyai metode dan cara untuk memperbaiki dan mendidik anak. Namun nyatanya sistem kapitalisme sekulerisme telah berhasil menanamkan pendidikan yang rusak pada remaja saat ini.
Perilaku seorang anak kepada orang tua saat ini sangat jauh dari nilai-nilai agama. Kewajiban dan ketaatan kepada orang tua sudah tidak dianggapnya lagi. Kian hari maraknya anak durhaka semakin bermunculan. Bukan durhaka karena tidak sopan, namun menjadi tersangka dalam pembunuhan orang tua kandungnya sendiri. Hal ini menunjukkan rusaknya generasi muslim saat ini. Sehingga fitrah dan akal tidak terpelihara. Sistem sekularisme kapitalisme telah merusak dan merapuhkan penerus generasi muda. Sistem pendidikan yang tidak memadai dan pergantian kurikulum yang tidak menjadikan anak didik bukan semakin cerdas dalam beramal baik namun justru semakin terjerumus dalam kenakalan remaja dan kesesatan serta jauh dari iman dan takwa. Begitulah sistem sekulerisme yang hanya melahirkan kemiskinan dalam iman.
Inilah makar sistem sekulerisme kapitalisme yang mereka sengaja cekokan kepada penerus generasi bangsa ini untuk menjauhkan agama Islam dari kehidupannya. Serta membius para generasi dan kaum Muslim agar phobia terhadap Islam itu sendiri. Lantas di mana letak keIslamannya mereka, jika penerus generasi Islam acuh kepada hukum Allah SWT? Seharusnya di sinilah letak tanggung jawab negara untuk mengurusi rusaknya generasi saat ini, dengan membentuk kepribadian para generasi.
Kita ketahui birul walidain (berbakti kepada orang tua) adalah hal yang wajib yang harus diterapkan dalam kehidupan. Apabila dilanggar akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Sesungguhnya ridho Allah tergantung kepada ridho orang tua. Ketika sang anak durhaka maka akan menjauhkan hubungannya kepada sang Pencipta. Padahal Allah SWT telah memerintahkan dalam Q.S. Luqman:14, yang berbunyi: "Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah dan menyapihnya dalam usia 2 tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada aku kembalimu".
Sungguh saat ini yang menjadi acuan adalah bagaimana mereka mendapatkan kesenangan berupa materi yang sebanyak-banyaknya. Sehingga mereka memanfaatkan orang tua dengan sewenang-wenang tanpa memandang halal dan haram. Sedangkan negara abai terhadap pembentukan kepribadian warga dan generasi masa depan.
Namun ketahuilah Islam tidak memandang seperti itu. Islam akan membentuk kepribadian kaum Muslim dan generasi muda menjadi lebih bermoral dan jauh dari nilai nilai yang buruk. Islam akan selalu mengontrol masyarakat, bagaimana menghadapi jiwa dan hati yang mudah terbawa emosi sehingga mereka tidak terjerumus kedalam hawa nafsu yang penuh dengan kesesatan. Islam mewajibkan berbakti kepada kedua orang tua, sehingga tidak ada perkataan dalam bantahan ucapan walau hanya "ah", kekerasan maupun pembunuhan terhadap orang tua. Serta melalui Islam generasi dididik berlandaskan akidah Islam, sehingga akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam. Maka dengan mudah mereka bisa membedakan halal dan haram. Inilah mekanisme Islam dalam membentuk keimanan berkepribadian dalam Islam.
Waallahu'alam Bhisowab.