| 142 Views
Live Bullying, Kondisi Generasi Kian Genting

Oleh : Erna Ummu Azizah
Ngeri, kondisi generasi hari ini kian bobrok dan tak manusiawi. Banyak kasus kriminal terjadi. Salah satunya, remaja di Bandung yang melakukan aksi perundungan dengan live Tiktok.
Aksi remaja tersebut viral, sebagaimana dikutip dari laman berita online, "Aksi perundungan remaja di Kota Bandung viral di media sosial Instagram. Pelaku melakukan perundungan dengan cara memukul hingga korban menjerit, dan menyiarkannya secara langsung di akun Tiktok." (IDN Times, 27/4/2024)
Dalam video yang beredar, tampak pelaku meminta seorang anak laki-laki membuka aplikasi WhatsApp di ponselnya. Namun karena tidak dituruti, pelaku melakukan perundungan dengan memukul kepala korban dengan botol kaca. Akibatnya, korban yang terluka lalu menangis. Usai video perundungan tersebut disiarkan, pelaku membuat video lain yang isinya dia mengaku punya saudara seorang jenderal. Dan tidak masalah jika dirinya dibui." (Kompas, 28/4/2024)
Kasus seperti ini tentu bukanlah yang pertama. Betapa banyak kasus serupa yang kian hari hanya menambah deret panjang tanpa berkesudahan. Semakin ke sini justru semakin mengerikan. Ini yang terungkap, sedangkan yang tidak, mungkin lebih banyak.
Mirisnya, jika dulu bullying dilakukan sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan dan kena hukuman. Namun saat ini, bullying justru dilakukan secara terang-terangan bahkan secara live.
Tak hanya itu, pelaku bahkan menantang dan dengan berani mengakui bahwa dirinya tak takut dibui. Hal ini jelas menggambarkan kejahatan tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk, bahkan wajar dan keren. Na'udzubillah mindzalik.
Inilah buah buruk penerapan sistem sekulerisme. Agama hanya dianggap masalah individu yang tidak boleh mengatur urusan masyarakat apalagi negara. Alhasil, generasi hari ini rusak, mereka berbuat seenaknya tanpa lagi memikirkan takut akan dosa.
Begitupun sistem pendidikan hari ini. Karena asasnya sekuler, maka tak heran jika pendidikan agama hanya mendapat porsi yang minim. Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang memang bertujuan untuk membentuk syakhsiyah (kepribadian) Islam. Maka anak didik akan diajarkan sepaket, yaitu akidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Sehingga sistem Islam mampu mencetak generasi yang tak hanya hebat urusan dunia, namun sukses urusan akhirat.
Generasi dalam sistem Islam akan senantiasa diarahkan bahwa hidup untuk ibadah kepada Allah. Di dunia kita wajib beramal sholeh sebagai bekal kehidupan abadi di akhirat nanti. Sehingga generasi pun tidak akan menghabiskan waktunya untuk hal yang sia-sia, apalagi berbuat maksiat dan dosa.
Maraknya aksi perundungan atau bullying, tak hanya potret buram sistem pendidikan saat ini. Namun efek lemahnya tiga pilar penegak aturan, yaitu individu, masyarakat dan negara. Ditambah lagi, bebasnya media massa, juga lemahnya sistem sanksi.
Dalam sistem Islam, ketakwaan individu akan senantiasa dibangun. Tentunya dengan kewajiban thalabul ilmi (menuntut ilmu) dan beramal sesuai syariat. Selain itu kontrol masyarakat akan senantiasa dijaga dengan adanya kewajiban amar makruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran).
Dan yang tak kalah pentingnya adalah peran negara dalam menerapkan aturan. Tentunya aturan yang diridhoi oleh Allah SWT, yang akan membawa manusia hidup aman, damai dan sejahtera. Tidak hanya bahagia di dunia, namun di akhirat juga.
Negaralah yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh dalam semua aspek kehidupan). Sehingga kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi indah, berkah dan generasi pun terjaga. Wallahu a'lam bish-showab.[]