| 330 Views

Ketika Nurani Sang Putri Tergerus Sistem Demokrasi

Oleh : Putri Efhira Farhatunnisa 
Pegiat Literasi di Majalengka

Pembunuhan kian marak terjadi dengan berbagai motif. Entah berapa nyawa yang melayang tiap menitnya di negeri ini, yang diketahui pun hanya yang di ekspos ke publik. Dibalik itu bisa saja banyak sekali pembunuhan yang terjadi. Tentu hal tersebut bukan tanpa sebab, pasti ada berbagai faktor pendorong. 

Pembunuhan kali ini, seorang ayah menjadi korban dari tindak kejahatan anaknya sendiri. Ia ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Pelaku merupakan dua putrinya sendiri yang berinisial K(17) dan P(16). Pelaku melakukan penusukan menggunakan sebilah pisau karena sakit hati dimarahi setelah kedapatan mencuri uang korban (liputan6.com, 23/6/2024).

Di manakah hati nurani sang putri? Dengan teganya menghabisi nyawa ayah kandung sendiri hanya karena emosi sesaat. Mungkin memang terdapat faktor lain yang menyebabkan mereka tega melakukannya. Namun tindakan keji seperti itu tetap tidak dibenarkan. Apalagi terhadap orang tua sendiri yang seharusnya dihormati dan disayangi. 

Kejadian anak yang menghilangkan nyawa orang tuanya sendiri memang bukan pertama kalinya terjadi. Maka kita harus membuka mata, hati dan pikiran selebar mungkin untuk memperhatikannya. Mengapa ini bisa terjadi? Marak sekali anak durhaka bermunculan, tentu ada penyebab dari fenomena ini. 

Sekulerisme Merusak Moral Remaja 

Dulu mungkin kita hanya mendengar banyak kisah anak durhaka dari negeri Barat sana. Moral mereka sudah ambruk, apalagi ketika sudah menginjak usia tujuh belas tahun yang sering dirayakan dengan slogan "sweet seventeen". Mereka merasa ketika usianya telah dewasa, maka orang tua tak berhak mengatur kehidupan mereka lagi.

Namun sekarang hal itu tidak hanya terjadi di sana, karena sekulerisme menggunakan materi sebagai asas untuk melakukan aktivitas ataupun dalam memandang segala hal. Maka orang tua pun bisa menjadi objek tersebut, ketika dianggap sudah tidak bermanfaat baginya ataupun menghalangi pencapaiannya, maka hormat dan sayang akan hilang, orang tua akan dibuang.

Yang terjadi di negeri kita sekarang ini sungguh memprihatinkan, berapa banyak kita mendengar kasus kedurhakaan seperti kasus pembunuhan tadi? Sudah tak terhitung jumlahnya. Penyebabnya? Karena kita sudah membawa dan mengizinkan budaya Barat masuk ke negeri ini. Norma-norma sosial dan agama dilabrak sudah, dengan dalih moderenisasi. Beginikah yang dikatakan modern dan maju? 

Yang terpampang nyata hanya kemunduran moral dan etika. Inilah yang terjadi ketika kita membiarkan Sekulerisme masuk dan menjalar di tengah masyarakat, termasuk anak-anak. Pemikiran ini menyelinap dalam benak. Mempengaruhi alam bawah sadar, hingga menganggap rendahnya moral dan etika adalah suatu hal yang biasa, bahkan dianggap maju dan keren karena telah sama dengan negara adidaya yang diikuti.

Akankah kita membiarkan ini terjadi terus menerus? Tentu hal ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan keturunan kita, sebuah lingkungan toxic yang tak layak untuk seorang muslim. Bagaimana jadinya masa depan negeri ini ketika orang tua saja tak lagi dihormati? Maka diam bukan pilihan, solusi harus segera ditemukan. 

Islam Solusinya

Ketika sistem bermasalah, maka yang harus diganti ialah sistemnya. Islam memiliki sistem yang dapat menangani hal ini. Karena dalam Islam, durhaka pada orang tua adalah sesuatu keharaman, sedangkan menghormati dan melayaninya menjadi suatu kewajiban. Individu akan dibentuk oleh sistem pendidikan Islam agar memiliki kepribadian Islam, karena Islam pun mengatur perihal cara kita memperlakukan orang lain, terutama orang tua.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'uff' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra [17]: ayat 23)

Makna 'uff' menurut Abu Manshur, guru dari Ibnul Jauzi ialah:

معنى «الأف» : النَّتَن، والتضجر

Makna uff adalah tidak enak dirasa, berkeluh kesah. (Tafsir Zadul Masir, 4/156).

Merujuk makna bahasa, perkataan 'uff' berarti suatu kalimat buruk paling rendah yang tidak disukai orang tua. Menurut al-Anbari kata 'uff' artinya meremehkan atau menganggap kecil. Kata ini lebih rendah dari membentak. Jika sesuatu yang lebih rendah dari bentakan saja sudah dilarang, apalagi dengan memukul atau membunuh orang tua, sudah jelas keharamannya.

Islam memandang bahwa ridla Allah adalah sesuatu yang harus dicapai oleh setiap individu muslim, setiap aktivitasnya diniatkan untuk menggapai keridlaan dari Allah. Maka apa yang Allah perintahkan akan berusaha dilakukan, dan berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang olehNya. Termasuk dalam hal memperlakukan orang tua, orang tua dipandang sebagai ladang pahala untuk mendekatkan diri pada Allah.

Dengan begitu orang tua tidak dianggap sebagai beban, individu muslim akan berusaha memperlakukan orang tuanya sebaik mungkin karena itu kewajibannya kepada Allah. Meskipun orang tuanya memperlakukan dia dengan buruk, kewajiban itu tetap harus dilaksanakan. Islam sangat memperhatikan setiap individunya dari mulai urusan akhlak atau perilaku hingga kebutuhannya. Semuanya diatur dalam Islam, ketika ada pelanggaran sudah ada sanksi tegas yang menanti. Maka tak ada lagi sistem yang sempurna dalam mengatur kehidupan selain Islam. Wallahua'lam bishawab.


Share this article via

74 Shares

0 Comment