| 57 Views
Kelaparan dijadikan Alat Genosida, Bukti Betapa Lemah dan Pengecutnya Zionis Israel

Oleh : Siti Rodiah
Zionis Israel terus melakukan genosida terhadap warga Gaza, Palestina dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Tentu saja hal ini semakin menambah jumlah korban yang terluka dan meninggal di pihak Palestina. Dikutip dari republika.co.id (17/5/2025) bahwa setidaknya ada 53.272 warga Palestina telah meninggal dunia dalam perang genosida yang dilancarkan Israel sejak Oktober 2023, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu (17/5/2025).
Pernyataan kementerian tersebut menyebutkan bahwa 153 orang tewas dalam serangan Israel di daerah kantong tersebut dalam 24 jam terakhir, sementara 459 orang lainnya terluka, sehingga jumlah korban luka mencapai 120.673 orang. Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalanan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka, tambah pernyataan itu. Militer Israel juga kembali melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada 18 Maret lalu, meninggalkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada Januari.
Selain itu, zionis Israel telah dengan sengaja memblokade masuknya bantuan makanan dan membiarkan kaum muslim di Gaza dalam keadaan kelaparan yang parah. Blokade ini sudah berlangsung lebih dari dua bulan yaitu sejak 2 Maret kemarin. Pemblokadean itu meliputi seluruh pasokan makanan, air dan obat-obatan yang akan memasuki Gaza, sehingga menciptakan krisis buatan manusia. Sungguh cara perang yang sangat keji dan tidak ksatria. Organisasi kemanusiaan pun mengatakan bahwa penduduk Gaza beresiko mengalami kelaparan massal.
Mirisnya, dalam kondisi demikian, penguasa negeri-negeri muslim belum juga melakukan pembelaan secara nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah yang keji ini. Seruan jihad yang bergema di seluruh penjuru dunia tak mampu membuka hati para pemimpin muslim. Mereka hanya sibuk beretorika kesana kemari, melangsungkan beberapa pertemuan-pertemuan, dialog atau diskusi guna menyelesaikan masalah Palestina, tapi toh tetap saja tidak ada hasil yang berarti. Palestina masih terus dibantai. Sejatinya penguasa negeri-negeri muslim masih cinta dan gila kekuasaan, jadi mereka takut kehilangan kursi kekuasaan nya jika tidak tunduk pada keinginan "tuan" mereka yaitu kafir barat penjajah yang ingin menguasai Palestina seutuhnya dan memusnahkan rakyatnya.
Kondisi mengenaskan ini tak mungkin terjadi jika umat Islam memiliki pelindung berupa negara Khilafah. Karena Khilafah akan menjalankan perannya sebagai rain (pengurus ) dan junnah (perisai) untuk melindungi umat Islam dari penjajahan dalam bentuk apapun, sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Mu'tasim Billah yang pernah mengerahkan pasukan hanya untuk menolong satu orang muslimah yang diganggu kehormatan nya oleh bangsa Romawi. Beliau memobilisasi seluruh kekuatan negara untuk membebaskan tawanan muslimah tersebut. Sebuah teladan yang menunjukkan bahwa khilafah adalah pelindung sejati umat.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim).
Sayangnya hari ini Khilafah belum ada, sehingga Palestina tidak ada yang membela. Sudah 100 tahun lebih umat hidup tanpa khilafah. Umat Islam terpecah menjadi lebih dari 50 negara bangsa yang lemah dan tak berdaya, serta tidak mempunyai keberanian dalam menghadapi musuh-musuhnya. Padahal kalau umat Islam bersatu kekuatan militernya akan menjadi kekuatan militer yang dahsyat dan tidak tertandingi. Dengan begitu kita akan mampu mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina.
Oleh karena itu harus ada perjuangan untuk menegakkannya kembali. Perjuangan ini sudah diawali oleh partai islam ideologis. Umat harus terus dibangun kesadarannya agar siap berjuang bersama partai ini, karena hanya partai inilah yang konsisten memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kaffah dalam wadah Khilafah Islamiyah.
Tanpa khilafah umat akan terus menjadi bulan-bulanan kafir penjajah. Tanpa khilafah juga seruan jihad hanya akan menjadi gema tanpa arah. Namun dengan tegaknya khilafah umat akan memiliki kepemimpinan sejati yang siap berkorban, bukan hanya sekedar berdoa dan bersimpati saja. Al-Aqsha benar-benar bisa dibebaskan hanya dengan khilafah, yang dengan itu juga akan menorehkan dan mewujudkan kembali kemenangan Islam yang sejati.
Wallahu a'lam bisshawab