| 158 Views

Kelangkaan dan Harga Beras Melonjak, Bukti Gagal Sistem Kapitalis

Oleh : Nita Fadilah
Aktivis Muslimah

Hidup di zaman sekarang serba sulit. Kelangkaan dan kenaikan beras yang makin hari makin tinggi terjadi di berbagai daerah. Seperti dilansir dari IDXChannel, Minggu (18/2/2024), Stok beras di beberapa agen beras dan mini market belakangan terjadi kelangkaan. Agen beras menduga kelangkaan tersebut karena musim kampanye Pilpres dan Pileg yang memborong beras untuk bantuan sosial (bansos).

Tak hanya terjadi di Jakarta, di daerah lain pun diketahui terjadi kelangkaan dan kalaupun tersedia harganya lebih tinggi dari biasanya. Seperti di Kabupaten Bandung, Rizal salah seorang agen beras mengatakan banyak faktor, salah satunya jumlah pasokan dari produsen yang berkurang.

Kelangkaan ini juga dibarengi kenaikan harga. Baik beras dengan kualitas standar, menengah maupun tinggi mengalami kenaikan harga yang beragam. Menurut informasi, kenaikan harga juga dikarenakan pihak penggilingan sudah mematok harganya lebih tinggi dari biasanya.

“Kelangkaan ini terjadi ditambah lagi dengan masa kampanye. Bantuan sosial dari Pilpres dan Pileg juga kan besar untuk dibagi-bagi ke masyarakat. Bukan hanya beras aja sih, telur juga sama,” ujar Rizal.

Kelangkaan dan mahalnya harga beras tidak lepas dari tata kelola penyediaan pangan atau tata kelola pertanian yang bersandar pada sistim kapitalis, yang telah menjadikan aspek produksi hingga distribusi pangan dikuasai oleh para kapitalis. 

Alih fungsi lahan pertanian telah terjadi secara masif, sehingga merugikan ketahanan pangan negara dan kebanyakan juga dilakukan untuk industri dan perumahan akibatnya lahan pertanian kian tergerus. Bahkan lahan pertanian yang lokasinya strategis dan memiliki infrastruktur irigasi mengalami alih fungsi, penguasaan ini juga membuat terjadinya monopoli pasar yang merugikan para petani. 

Mahalnya bahan pokok saat ini terutama beras bukanlah hal yang baru, artinya persoalan yang terus berulang. Kenaikan ini terjadi karena rusaknya rantai pendistribusian beras yang dikuasai oleh penguasa atau ritel. Beras merupakan salah satu bahan pokok utama yang di butuhkan oleh masyarakat, maka seharusnya negara memberikan jaminan agar bisa terpenuhi bukan sebaliknya kebutuhan rakyat dipolitisasi seperti pembagian beras bansos. Solusi bansos beras atas kenaikan harga beras sejatinya tidak menyentuh akar persoalan dan tidak memberikan solusi.

Dengan demikian pengelolaan bansos dalam rangka untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara pandang kapitalis tidak akan pernah mendapatkan hasilnya. 

Abainya penguasa dalam sistem kapitalis,sekaligus menunjukan bahwa negara telah gagal dalam menjamin kebutuhan pangan yang murah dan terjangkau untuk masyarakat dan menunjukan ketidaksigapan pemerintah mengatasi semua persoalan. Penguasa tidak akan mengubah keadaan apapun Selama sistem yang di pakai sistem kapitalis maka harga-harga akan terus naik hingga akan memberatkan beban masyarakat. 

Dalam Islam, pemimpin melayani (raa'in) rakyatnya. Dengan memudahkan rakyatnya dalam segala hal, seperi memenuhi sandang, pangan dan papan. Menjamin kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. 

Negara pun akan mengawasi harga-harga pangan tetap terjangkau oleh rakyat dan mengondisikan penduduk yang ada pada penerapan sistim Islam menjadikan motivasi terbesar hidupnya adalah dalam rangka untuk meraih rida Allah SWT. Termasuk di dalam mengentaskan kemiskinan bahwasanya merupakan tanggung jawab penguasa dengan menerapkan sistem ekonomi Islam para pejabat akan menjadikan pengelolaan negara sesuai dengan syariat Islam.

Memastikan bahan pangan mengikuti mekanisme pasar dan menghilangkan distorsi pasar seperti penimbunan, kartel, monopoli dan sebagainya. Dengan begitu masyarakat akan tetap bisa menjangkau harga pangan. Bansos juga akan lebih profesional jika diiringi dengan penerapan sistem Islam secara keseluruhan. 

Hanya sistem Islam yang mampu mengatur tentang segala aspek kehidupan dan memberikan solusi masalah semua problematika hidup umat. 

Wallahualam bissawab


Share this article via

66 Shares

0 Comment