| 200 Views

Kejutan Ultah Berujung Duka

Oleh : Meilani Afifah
Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah

Nasib tragis dialami oleh Ketua OSIS SMAN 1 Cawas Klaten, Jawa Tengah Fajar Nugroho, 18 tahun meninggal dunia akibat tersengat listrik karena menginjak kabel listrik dari mesin pompa kecil yang berada di kolam sekolahnya pada Senin 8 juli 2024. Peristiwa nahas ini terjadi di hari ulang tahunnya setelah teman temannya ingin memberikan kejutan ultah dengan memberinya tepung dan menceburkannya ke kolam.

Pihak keluarga lebih memilih untuk tidak melanjutkan proses hukum dan menganggapnya sebagai musibah dan takdir.

Peristiwa tragis yang dialami Fajar memang merupakan musibah yang tidak disangka, namun begitu tetap harus ada evaluasi menyeluruh agar peristiwa ini tidak terjadi lagi ke depannya. 

Memberikan kejutan ultah sudah menjadi trend dan hal yang biasa pada remaja saat ini, mulai dari menaburkan tepung, melemparkan telur, menceburkan ke kolam bahkan memberikan prank kejutan yang kadangkala hal tersebut memberikan efek trauma bagi korban, cedera serius bahkan berujung kematian seperti yang dialami oleh Fajar.

Selain itu, hal ini terjadi sebagai bentuk mengekspresikan eksistensi diri di kalangan remaja yang sudah di luar batas kenormalan. Eksistensi diri remaja hari ini ditunjukkan dengan aksi-aksi yang nyeleneh bahkan cenderung berlebihan dan membahayakan. Semua dilakukan berlandaskan untuk keseruan dan hura-hura. Hal ini menggambarkan perilaku remaja remaja saat ini yang spontan tanpa berpikir panjang atas risiko tindakan mereka. 
Penyebabnya karena mereka tidak memahami kaedah berpikir dan beramal yang benar. Serta tidak memahami bahwa setiap perbuatan yang mereka lakukan akan ada pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Seharusnya mereka mampu berpikir bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang senantiasa taat kepada Allah, memahami tujuan mereka diciptakan yakni untuk beribadah kepada Allah ta'ala. Hidup di dunia hanya sementara bak tempat singgah sebelum kembali menghadap Allah di akhirat kelak.

Dengan berpikir seperti ini akan menuntun mereka menyadari untuk beramal shalih dan bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya. Namun, kaidah berpikir seperti ini telah dirusak dan dihancurkan oleh akidah sekularisme yakni akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Menjadikan manusia tidak terikat dengan aturan Penciptanya, bebas mengatur kehidupannya sendiri, bebas berprilaku dan bertindak tanpa berpikir adanya risiko akan pertanggung jawaban di akhirat kelak. Agama dianggap sebagai ibadah ritual belaka bukan sebagai sistem kehidupan.

Akibatnya masyakaratnya berperilaku liberal, tidak takut akan resiko setiap perbuatannya, menganggap hidup hanya untuk bersenang-senang belaka.

Sistem pendidikan yang diterapkan juga sekuler sehingga agama hanya dijadikan pelajaran bukan sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Akibatnya yang dihasilkan adalah generasi yang jauh dari Islam.

Hal ini berbeda dengan kehidupan masyarakat yang diatur dengan akidah Islam dalam naungan khilafah. Akidah Islam menjadikan manusia memahami dirinya adalah hamba yang diciptakan oleh Allah, sehingga rela dan ridho diatur oleh aturan Penciptanya. Segala perbuatannya bersandarkan aturan Allah. Masyarakat yang ada memiliki kesadaran tidak menormalisasi kebiasaan-kebiasaan buruk di tengah-tengah mereka dengan aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar.

Negara juga menerapkan sistem pendidikan Islam yang mewujudkan lahirnya generasi unggul yang bertakwa, cerdas, berakhlak mulia dan berkarakter pemimpin.
Wallahu a'lam bi ashhowab.


Share this article via

92 Shares

0 Comment