| 127 Views
Kejahatan Terus Berulang, Tanggung Jawab Siapa?

Oleh: Umi Fahri
Akhir-akhir ini banyak terjadi aksi diskriminasi, perundungan, hingga kekerasan seksual. Ini terjadi akibat munculnya gaya hidup bebas, ditambah tontonan tidak mendidik yang dipublikasikan. Sehingga dari sinilah terjadi banyak kekerasan, tidak hanya orang dewasa saja yang mampu berbuat seperti itu. Akan tetapi, anak usia dini pun sudah mengerti perbuatan yang jelas-jelas merusak jati diri mereka. Kekerasan secara verbal, psikis, maupun sosial, semuanya itu dapat terjadi akibat rendahnya nilai moral seseorang dan kondisi lingkungan sekitar.
Lantas dampak apa yang ditimbulkan dari kekerasan, akibat perundungan maupun kekerasan seksual pada anak usia dini? tentu akan sangat membekas sampai menyebabkan trauma secara psikologis anak. Kemudian mereka takut untuk bersosialisasi, bahkan depresi sampai ingin mengakhiri hidupnya. Semua kejadian itu akan terekam dalam memori ingatannya.
Fakta yang terjadi saat ini tidak hanya sebatas perundungan dan kekerasan seksual saja. Akan tetapi, rusaknya tatanan kehidupan di sistem sekuler, menjadikan manusia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Kekerasan dapat terjadi di manapun, kapanpun, oleh siapa bahkan keluarga terdekat sekalipun. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi seluruh anggota keluarga, akan mudah hancur dengan persoalan yang ada. Di mana ayah dan ibu bisa menjelma menjadi predator bagi anak-anaknya, begitu pun sebaliknya.
Banyak fakta mengejutkan sering kita dengar di berbagai berita maupun di media sosial, terkait perundungan, kekerasan seksual, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Ada anak tega membunuh ibu kandung bahkan ayahnya. Ibu tiri menghabisi nyawa anak balita, kakak membunuh bahkan memperkosa adik kandung dan masih banyak lagi. Sehingga, rumah bukan lagi tempat teraman untuk bisa saling menjaga dan melindungi.
Kehidupan sekuler benar-benar telah merusak bangunan keluarga. Di mana manusia dapat kehilangan makna kehidupan, terkait untuk apa mereka diciptakan serta apa yang harus dilakukan selama di dunia. Inilah akibat agama dijauhkan dari manusia, sehingga dengan mudahnya tersulut amarah yang menyebabkan terjadinya berbagai macam kejahatan. Tanpa harus memikirkan konsekuensinya, dengan bebas mereka melakukan segala sesuatu demi memuaskan nafsu semata. Karena hilangnya agama dari pedoman hidup, sampai-sampai menjadikan hubungan antar manusia penuh dengan kerusakan.
Sungguh sangat ironis, regulasi yang lahir dari hukum saat ini tidak dapat mencegah aksi kekerasan, baik dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun keluarga. Kebijakan yang ada seakan mandul, disebabkan solusi yang diprogramkan mungkin dapat menyelesaikan, akan tetapi tidak menyentuh akar masalah. Terbukti dengan semakin banyaknya aksi kekerasan dan kejahatan kembali terulang.
Maraknya tindak kekerasan dan kejahatan, dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyebabkan semua itu terjadi:
Pertama, sistem pendidikan sekuler.
Dengan tidak menjadikan agama sebagai dasar dan acuan pendidikan, maka pendidikan hanya berfokus pada akademik semata, sehingga mengabaikan nilai-nilai agama. Urusan pendidikan agama selayaknya filosofi dan hakikat penciptaan manusia, yakni sebagai hamba yang mengemban tugas di dunia untuk beribadah kepada Sang Pencipta.
Kedua, adanya faktor keluarga.
Keluarga yang tidak dibangun atas ketakwaan, akan menjadi malapetaka bagi anggotanya. Seperti halnya ayah memperkosa anak kandung, bahkan ibu yang tega menjual anaknya di prostitusi online. Sungguh kontradiktif dengan peran mereka sebagai orang-orang yang seharusnya terdepan dalam melindungi buah hatinya dari kejahatan.
Ketiga, faktor media sosial.
Hal ini memicu terjadinya tindak kejahatan di kalangan masyarakat, termasuk anak-anak. Sebab dengan mudah dapat mengakses internet yang menyuguhkan tontonan pornografi, tindak kekerasan, pembunuhan, dan masih banyak lagi. Jauhnya mereka dari agama, sehingga apapun yang ada di media sosial dapat dengan mudah ditiru tanpa filter dan pemahaman yang benar.
Inilah sistem kehidupan kapitalis sekuler, menimbulkan sejumlah persoalan termasuk kekerasan seksual, perundungan, maupun kejahatan yang lainnya. Sebab regulasi yang dibuat tanpa merujuk pada persoalan utamanya, yaitu penerapan sistem sekuler liberal tidak akan membawa perubahan apa-apa. Alih-alih menyelesaikan masalah, yang terjadi justru sebaliknya.
Dari itulah, sudah seharusnya kita memperjuangkan sistem yang benar dan pasti akan membawa perubahan dalam kehidupan, yaitu sistem Islam. Sudah jelas Islam menjadikan akidah sebagai asas, wahyu Allah sebagai pijakan, serta mempunyai aturan sangat rinci dan sempurna. Islam menetapkan bahwa keselamatan anak dari bentuk kejahatan ataupun keterlibatan sebagai pelaku kejahatan, bukan tanggung jawab keluarga dan lingkungan masyarakat semata. Akan tetapi negara wajib mewujudkan anak-anak berkualitas, memiliki kepribadian Islam yang tangguh, serta menjadikan kecintaan kepada Allah SWT di atas segala-galanya.
Selain itu negara akan menjaga agama dan moral, juga menghilangkan setiap hal yang dapat merusak dan melemahkan akidah serta kepribadian kaum muslimin, seperti peredaran minuman keras, narkoba, pornografi, termasuk tayangan yang merusak. Karena dalam Islam, negaralah satu-satunya institusi yang dapat melindungi anak, serta mampu mengatasi persoalan kejahatan secara totalitas.
Demikianlah sangat jelas, bahwa tindak kejahatan yang dilakukan baik anak-anak maupun orang tua akan terus terjadi, bahkan semakin sadis, jika sistem kehidupan yang ditegakkan adalah sistem buatan manusia. Sudah seharusnya negara dan masyarakat belajar bahwa terus berulangnya kasus serupa membuktikan, jika sistem saat ini yakni sekuler kapitalisme telah gagal membentuk generasi berkepribadian mulia. Semua permasalahan dapat diselesaikan jika seluruh kalangan turun tangan, baik individu, keluarga, masyarakat, dan yang paling utama adalah negara, untuk melakukan perubahan secara mendasar agar tidak terulang kasus-kasus yang sama dengan motif berbeda.
Wallahu a'lam bishawab