| 18 Views
Kehancuran, Duka Gaza, Jihad Dan Khilafah Solusinya

Oleh : Verry Verani
Aktifis dakwah islam kaffah
Sudah 18 bulan genosida Israel berlangsung. Lebih dari 51.000 jiwa Palestina meregang nyawa. Kini, dua juta warga Gaza menghadapi kelaparan massal. PBB memperingatkan stok makanan di dapur-dapur bantuan akan habis total dalam hitungan hari. Harga pangan melambung tinggi, sementara pasokan makin langka. Air bersih tak lagi mudah didapat. Satu-satunya pabrik roti yang tersisa pun dibom oleh Israel.
Gaza runtuh, dunia bungkam ?
Infrastruktur hancur, dunia tak bergerak ? Tim penyelamat tak mampu mengevakuasi korban—bukan karena tak mau, tapi karena tak punya alat. Israel telah menghancurkan puluhan kendaraan penyelamatan. Mahmoud Basal, juru bicara tim pemadam Gaza, hanya bisa pasrah saat banyak nyawa terkubur di bawah puing.
Ini bukan sekadar perang. Ini pemusnahan.
Blokade total selama dua bulan terakhir—tanpa makanan, obat, dan bahan bakar—membuat Gaza berada di ujung kematian. Tapi dunia tak berkutik. Lebih menyakitkan lagi, para penguasa negeri-negeri Muslim memilih bungkam, bahkan sebagian berkhianat dengan menjalin hubungan resmi dengan penjajah.
Sampai kapan kita akan diam ?
Bersuara adalah kewajiban. Menyampaikan kebenaran adalah amanah. Dan mendukung perjuangan rakyat Palestina adalah bagian dari iman.
Siapa Peduli Gaza ?
Kondisi Gaza hari ini bukan hanya soal tragedi kemanusiaan, tetapi juga buah dari abainya dunia Islam terhadap perintah Allah.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Baqarah:190
Yang artinya :
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Jihad fi sabilillah adalah solusi syar’i atas penjajahan Palestina. Bukan diplomasi, bukan seruan kosong tanpa bukti. Namun sayang, penguasa-penguasa Muslim lebih memilih tunduk menyelamatkan dirinya dan keluarga dari tekanan Barat daripada membela darah dan kehormatan umat Islam.
Ketiadaan Khilafah dalam dunia islam menjadikan perjuangan kaum muslimin di Palestina tanpa komando sehingga kehilangan arah dan tujuan yang jelas.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa kekuatan politik Islam adalah kunci pembebasan wilayah yang akan dikuasai sebagaimana Rasulullah saw. menghadapi Yahudi di Madinah dan Salahuddin Al-Ayyubi membebaskan Al-Quds dalam Perang Hittin.
Jihad dan Khilafah Solusi Syar'i
Tegaknya kepemimpinan Islam dan terlaksananya Jihad demi membebaskan umat islam dari cengkraman penjajah kafir harbi fi'lan.
Solusi hakiki untuk membebaskan dari kekangan penjajah bukanlah sekadar gencatan senjata, negosiasi damai, atau bantuan kemanusiaan yang bersifat sementara. Itu semua hanya basa-basi tanpa mencabut akar persoalan.
Solusi hakiki berarti menyentuh akar permasalahan: menghentikan penjajahan secara total dan menegakkan kembali kedaulatan penuh umat Islam. Hal ini hanya dapat terwujud melalui jihad fi sabilillah yang dipimpin oleh kekuatan politik Islam, yaitu Khilafah.
Hanya Khilafah yang memiliki legitimasi syar’i, kekuatan militer, dan kesatuan umat untuk mengusir penjajah serta membebaskan negeri-negeri kaum muslimiin.
Solusi hakiki adalah jalan sistemik dan syar’i yang telah dicontohkan rosul dalam memimpin umat.
Beliu berdakwah membebaskan wilayah, membela umat dari kedzaliman penguasa melalui kekuatan jihad di bawah kepemimpinan negara Islam yang satu.
Menyatukan umat di bawah satu panji Al-liwa - Ar- Royah ( bertuliskan duakalimah syahadah). Serta dipimpin oleh satu imam/ khalifah dalam satu kebijakan negara pada satu- satunya negara diatas bumi.
Pentingnya persatuan sebagai sebuah prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara bukan sekadar slogan melainkan sebuah keniscayaan dan kewajiban syar'i yang menjadi fondasi kekuatan umat Islam.
Rasulullah saw. menegaskan bahwa keberadaan seorang Khalifah yang memimpin umat adalah bagian tak terpisahkan dari identitas Islam. Tanpa kepemimpinan tersebut, umat hidup dalam keadaan tercerai-berai, lemah, dan mudah dijajah. Karenanya umat ini telah disiapkan perangkat khusus berupa aturan bahwa umat selalu dilindungi pemimpinnya. Sebagaimana digambarkan dalam sabda beliau:
أنمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ، يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ
Artinya : Sesungguhnya imam (khalifah/pemimpin) itu adalah perisai, di mana orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya. (HR. Bukhari no. 2957, Muslim no. 1841)
Perintah untuk bersatu adalah salah satu perkara yang sangat urgent. Allah Ta’ala telah mewajibkan dan Rasul-Nya mengaplikasikan dan kehidupan. sebagaimana firmanNya :
“Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Allah, dan jangan sekali-kali kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 102)
Dalam ayat lain Allah swt juga berfirman:
Yang artinya : Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram. (QS. Ali Imran: 104-105).
Persatuan dan berpegang teguh dengan tali (agama) Allah Ta’ala adalah salah satu prinsip terbesar dalam agama islam, yang senantiasa diwasiatkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh manusia. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak kesempatan senantiasa mengingatkan ummatnya akan pentingnya hal ini, sebagaimana yang beliau lakukan disaat khutbah hari arafah, tatkala beliau bersabda:
"وقد تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به كتاب الله"
Artinya : Sungguh aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang tegun dengannya, yaitu kitab Allah (Al Qur’an). (Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah, dan hadts beliau ini diriwayatkan oleh imam Muslim, dalam kitab shahihnya 2/886/1218).
Islam tidak menginginkan umat berjalan sendiri-sendiri tanpa kepemimpinan. Satu panji berarti satu arah perjuangan. Satu imam berarti satu komando dalam mengatur urusan umat, termasuk jihad, ekonomi, hukum, dan hubungan internasional. Satu negara berarti kekuatan politik yang mewadahi seluruh kaum Muslimin di berbagai negeri agar bisa bergerak serempak melawan penjajahan dan menegakkan keadilan Islam.
Sebagaimana yang telah dicontohkan Rosulullah saw. Demikian pula umat wajib mengokohkan dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya Khilafah, artinya membangun kesadaran dan arah perjuangan umat atas dasar Islam yang murni, bukan nasionalisme atau kepentingan pragmatis.
Kutlah dakwah islam kaffah inilah yang layak membimbing umat agar siap menyambut perubahan besar, yaitu mengembalikan tegaknya Khilafah.
Menyiapkan generasi yang berpikir global, terikat dengan hukum Allah, dan siap berjuang demi kejayaan Islam di bawah naungan Khilafah dan panji Rasulullah saw.
Sebab perjuangan utama yang dibutuhkan kaum Muslimin bukan hanya membela Palestina atau negeri-negeri tertindas melainkan, juga menyiapkan generasi yang sadar akan panggilan agung Jihad fisabilillah sertamenyongsong tegaknya kembali sistem Islam secara kaffah.
Wallahu'alam bishawab.