| 13 Views
Kecurangan UTBK, Bukti Rusaknya Sistem Pendidikan Sekuler Kapitalisme

Oleh : Siti Rodiah
Publik tengah dihebohkan dengan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025.
Menanggapi hal ini, panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) pun buka suara. Dalam keterangan resminya, panitia SNPMB menyayangkan dan mengutuk kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025. Pasalnya, hal ini dianggap mencederai prinsip keadilan, integritas dan kejujuran yang menjadi dasar seleksi nasional.
Terkait adanya dugaan soal yang bocor di berbagai platform media sosial (medsos), panitia menegaskan bahwa itu bukan bocoran soal, melainkan kecurangan oknum peserta yang merekam soal di sesi pertama UTBK. Lebih lanjut, panitia juga menyoroti adanya modus kecurangan baru oleh sejumlah peserta UTBK SNBT 2025, yakni memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang dan kancing baju. Dengan adanya modus baru ini, panitia berkomitmen untuk menggandeng sejumlah pihak untuk melakukan investigasi lebih lanjut. (Beritasatu.com, 25/4/2025)
Hal ini juga dikuatkan oleh survei KPK, yang menyebutkan banyak siswa SMA dan mahasiswa yang menyontek. Dikutip dari detik.com (25/4/2025), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah merilis laporan Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024. Laporan tersebut bertajuk Indeks Integritas Pendidikan 2024. Dalam survei tersebut, KPK menelusuri tingkat kejujuran akademik siswa di sekolah dan mahasiswa di kampus. KPK menemukan bahwa masih banyak kasus menyontek dan ketidakjujuran akademik lain yang dilakukan pelajar yang terlibat dalam survei, yaitu sebesar 78% terjadi di sekolah dan 98% terjadi di kampus. Dengan adanya data ini menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus.
Sungguh sangat disayangkan, ternyata masih banyak ditemukan kecurangan yang dilakukan para mahasiswa termasuk pelajar dengan memanfaatkan teknologi untuk mengakali test UTBK. Tentu saja hal ini menggambarkan betapa buruknya akhlak calon mahasiswa dan pelajar tersebut. Hal ini semakin mengukuhkan bahwa sistem pendidikan berbasis kapitalis yang diterapkan negeri ini telah gagal dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan memiliki keterampilan.
Produk sistem pendidikan ala kapitalisme juga bersifat materialistik, dengan manfaat atau materi saja yang menjadi tujuan, mengabaikan standar halal dan haram. Dalam pandangan kapitalisme, ukuran keberhasilan atau kebahagiaan berorientasi hanya pada materi semata bukan ridho Allah. Dalam sistem pendidikan kita saat ini, yang terpenting adalah mendapatkan nilai yang bagus, tidak peduli dengan cara apa. Sistem pendidikan yang bersifat materialistis ini tentu saja tegak di atas asas sekularisme liberal yang memisahkan agama dari kehidupan.
Materi Islam yang disampaikan pun hanya sebagai hafalan untuk mengejar nilai, bukan untuk diamalkan sebagai karakter muslim bertakwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, apalagi kuliah. Dengan adanya kebijakan efisiensi anggaran dari negara untuk sektor pendidikan sehingga menyebabkan kampus harus mandiri dalam pendanaan nya. Dan cara termudah untuk memperoleh dana adalah dari mahasiswa, yaitu dengan menaikkan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Jadi wajar saja dengan mahalnya biaya sekolah dan kuliah tersebut menjadikan orientasi peserta didik adalah memperoleh nilai semata, bukan demi ketaatan kepada Allah. Walhasil perilaku curang dalam dunia pendidikan tidak dapat dihindari imbas penerapan sistem sekuler kapitalisme. Harus ada perubahan yang sistemis dari kapitalisme ke sistem Islam agar tidak ada praktik curang dalam pendidikan.
Sistem pendidikan Islam merupakan bagian dari syariat Islam kaffah yang diterapkan oleh negara Islam (Khilafah). Rahasia keberhasilan pendidikan Islam berlandaskan akidah Islam. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian islami (syakhsiyyah al-Islamiyyah) dan membekali para peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan untuk membentuk generasi yang memiliki pola pikir Islami dan pola tingkah laku yang Islami. memiliki ketrampilan yang handal, dan menjadi agen perubahan. Dengan kuatnya kepribadian islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah, dan untuk meninggikan kalimat Allah.
Para siswa bersemangat menuntut ilmu demi meraih ridha Allah Taala karena Allah memerintahkan umat Islam untuk menuntut ilmu berdasarkan sabda Rasulullah saw., “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR Ibnu Majah no. 224).
Tujuan belajar adalah untuk meraih rida Allah, bukan keuntungan materiel. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhaan Allah Swt., (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat nanti.”(HR Abu Daud).
Kebahagiaan dalam pandangan Islam adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah. Negara Islam akan menjaga agar setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah sehingga terwujudlah masyarakat bertakwa dan jauh dari tindakan curang, termasuk dalam pendidikan.
Wallahu a'lam bisshawab