| 92 Views
Karut Marut Pilkada, Wajah Asli Demokrasi

Oleh : Eryati
Dalam sistem demokrasi, kekuasaan menjadi tujuan. Segala macam cara, akan dilakukan bahkan bisa menghalalkan segala macam cara demi meraih kekuasaan.
Idealisme pun bisa dikalahkan demi mendapatkan kemenangan. Salah satu kecurangan yang terjadi dalam pilkada 2024, yakni praktek politik dinasti, politik uang, hingga aparatur negara untuk kepentingan tertentu, Indonesia Corruption Watch (ICW) bersama dengan Themis Indonesia Law Firm - Yayasan Dewi Keadilan, menggelar diskusi dengan tema "kecurangan Pilkada 2024 dari dinasti calon tunggal dan netralitas ASN". Diskusi ini merespon tingginya potensi kecurangan yang bahkan sudah terlihat sejak saat ini.
Peneliti ICW Egi primayoga menyebut salah satu potensi kecurangan pilkada adalah politik uang. Egi menyebut trend politik uang selalu meningkat setiap pemilu bahkan kini telah terjadi secara masif selain politik uang kecurangan lainnya adalah politik dinasti kotak kosong dan pengerahan ASN. Pakar Hukum Tata Negara, Peri Angsari, menyebut pilkada kali ini diduga ada rekayasa calon tunggal yang dilakukan dengan memberikan mahar politik kepada seluruh partai dan menguasai parpol yang berbeda sudut pandang. (Tempo.co / Rabu, 13 Maret 2024)
Koalisi dibentuk dengan pertimbangan peluang kemenangan, meski berbeda 'Ideologi' dan pandangan politik. Demikian pula pemilihan figur semata dengan perhitungan kemenangan bukan pada kapabilitas apalagi integritas calon kepala daerah. Karena itu politik uang menjadi keniscayaan. Bagaimana tidak karut-marut, segala sesuatunya berpatokan pada kesenangan-kesenangan dunia saja.
Mereka beranggapan jika nanti mendapat kemenangan segalanya akan menjadi mudah walaupun cara yang ditempuh keluar dari aturan agama. Begitulah wajah asli demokrasi terlihat bagus dari kata-katanya ( dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people)), akan tetapi sebenarnya akan menghancurkan hingga terperosok dalam kubangan dosa.
Bagaimana tidak, salah satu prinsip demokrasi adalah kekuasaan sepenuhnya ada di tangan rakyat, kata-kata dari demokrasi ini terlihat bijaksana, akan tetapi pada kenyataannya tidak. Fakta yg terjadi kekuasaan sepenuhnya ada di tangan oligarki /penguasa dan pengusaha.
Jadi supaya bisa memberikan keuntungan, para pengusaha akan memberi modal kepada para penguasa untuk menjalankan ide-ide dan kepentingan mereka. Penguasa pun diuntungkan, karena dengan modal dari pengusaha, mereka terpilih untuk jadi penguasa. Simbiosis mutualisme istilahnya.
Namun ini mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat dan membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi. Sistem kapitalis yang mereka pakai, meraih keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada batasan. Tanpa peduli merugikan siapapun dan apapun.
Islam menetapkan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Kekuasaan juga hanya untuk menerapkan aturan Allah dan RasulNya. Seperti firman Allah di surat An- Nisa ayat 59 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian"
Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang tunduk dan patuh pada syariat islam yang akan membawa perbaikan di muka bumi ini. Di Indonesia mayoritas umat islam, tentunya bagi seorang yang beragama islam harus yakin bahwa kekuasaan itu adanya di tangan Allah bukan yang lainnya.
Jika kekuasaan ada di tangan manusia tentu saja yang akan diutamakan nafsu belaka seperti yang sedang terjadi saat ini. Kesenjangan ekonomi sangat terlihat, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Penguasa harus memiliki kapabilitas dan integritas karena ia akan menjadi pengurus rakyat yang bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan rakyat dan mampu menyelesaikan berbagai problem kehidupan dengan berlandaskan syariat islam. Hanya seorang pemimpin yang mempunyai jiwa keibuan yang bisa mengurus rakyat layaknya anak sendiri.
Tentunya pemimpin yang takut kepada Allah dengan terikat kepada syariat islam. Pemimpin seperti inilah yang dirindukan oleh rakyat mereka, tidak haus akan jabatan, harta dll yang berbau dunia.
Ingatlah para pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT di yaumil akhir nanti. Umat membutuhkan perisai, yakni pemimpin yang takut kepada Allah dan berpegang teguh pada syariat islam. Wallahualam.