| 86 Views
Karakter Pemimpin Yang Peduli

Oleh : Mimin
Pemimpin negeri ini telah di tetapkan, hasil Pemilu 2024 diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada Rabu (20/3/2024). Penetapan hasil pemilu dilakukan setelah melalui proses rekapitulasi secara berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan terakhir nasional. JAKARTA, KOMPAS.com
Sudah nampak siapa-siapa yang akan memimpin negeri ini, sistem Kapitalisme sekuler selalu melahirkan pemimpin-pemimpin yang egois dan rendah tingkat kepeduliannya, seorang pemimpin harus memiliki karakter kuat, karakter baik dia akan memperhatikan bagaimana keadaan mereka yang ada di sekitarnya
Seorang pemimpin yang peduli akan terbiasa untuk menolong, meringankan, dan membantu kesulitan yang dialami oleh orang-orang. Itulah karakter atau dampak dari kepedulian yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Kita bisa membayangkan Ketika dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian yang baik, akan muncul suasana yang nyaman, tenang akan bahagia ketika dipimpinnya.
Sebaliknya ketika kita memiliki seorang pemimpin yang tidak peduli, maka tidak sedikit yang akan berujung kepada konflik.
Karena itu menjadi tanggung jawab kita bagaimana kita mendidik putra dan putri kita memiliki karakter peduli.
merasakan perhatian dan kepedulian yang tentu saja yang paling dekat adalah kepedulian perhatian dari orang tua. Seorang anak tidak mungkin akan peduli kepada orang lain, dia sulit untuk memperhatikan orang lain ketika pengalaman dia di dalam keluarga tidak mendapat perhatian orang tua, kurang mendapatkan perhatian orang tua.
Bahkan tidak sedikit di era kapitalis liberalis sekarang, banyak orang tua yang tidak memiliki waktu untuk memperhatikan dan peduli kepada keadaan anak-anaknya. Sehingga anak-anak yang kurang perhatian ini akan mencari perhatian orang lain. Tidak sedikit perhatian itu dari lingkungan yang justru menjerumuskan mereka. Ada dari mereka yang mendapatkan perhatian dari om-om, jadilah dia perempuan atau anak-anak gadis yang terlibat seks bebas. Kemudian ada yang perhatian dari mafia narkoba. Dia terjerumus ke dalam narkoba, minuman keras dsb.
Sebenarnya bisa saja di awali karena kurangnya perhatian dari orang tua. Anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua biasanya lahir menjadi generasi yang cuek. Dia tidak peduli kepada kesulitan kepada kesedihan kepada masalah orang lain. Bahkan tidak sedikit, kemudian mereka lahir menjadi generasi yang kasar/keras sehingga boleh jadi, awal mula dari bully/tawuran itu karena mereka tidak merasakan kasih sayang kepedulian orang tuanya.
Bagaimana mereka akan menjadi pemimpin yang peduli ketika mereka tidak memiliki pengalaman tidak mendapatkan sentuhan kepedulian itu. Yang terjadi mungkin seperti sekarang banyak pemimpin-pemimpin yang arogan, tidak peduli nasib rakyatnya yang penting kebutuhan atau kepentingan mereka terpenuhi maka nasib rakyat dikorbankan, ada pemimpin negara yang berani untuk menjual aset-aset negara, menjual harta milik rakyat sekalipun itu akan melahirkan kemiskinan akan membuat rakyat menderita. Tapi mereka tidak peduli.
Karena itu, penting bagi kita untuk melahirkan karakter peduli pada diri generasi pemimpin kita. Generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Setelah mereka mendapatkan sentuhan kepedulian dari orang tuanya, dari orang-orang di sekitarnya.
Kemudian berikutnya penting juga orang akan tidak cuek ketika kita tahu dampak atau bahaya kerugian dari sikap cuek itu. Ini juga harus kita beri tahu kepada anak bahwa kalau kita cuek maka tidak akan terbangun kerja sama dalam kepemimpinan itu, padahal salah satu tujuan kepemimpinan itu yaitu membangun kerja sama (soliditasin). Soliditasin bisa terpengaruh ketika yang memimpinnya itu adalah orang yang cuek orang tidak peduli.
Anak-anak kita harus faham sikap cuek itu akan melahirkan dampak buruk diantaranya sulit membangun kerja sama. Kalau sulit membangun kerja sama maka boleh jadi sesuatu yang mudah menjadi sulit, sesuatu yang sederhana menjadi kompleks, sesuatu yang dekat menjadi jauh.
kita juga harus faham kalau tidak melakukan kepedulian, sikap cuek itu bisa melahirkan konflik, solusi masalah menjadi jauh. Yang boleh jadi hal-hal yang kecil bisa terakumulasi menjadi masalah yang besar tentu saja ini akan berbahaya kepada kepemimpinan, yang paling penting ini kita harus faham bahwa sikap itu akan melahirkan pahala kebaikan yang kalau justru kita memiliki sikap kepedulian maka peluang pahala itu akan menjadi hak kita.
Bagaimana sabda RasulullahSAW, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
“Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” ( HR.Ahmad ). Ini adalah hal yang paling penting bagaimana kepedulian yang lahir pada diri anak kita kepedulian yang terbangun pada pemimpin itu bukan semata dorongan materi tapi dorongan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah.
Kalau karakter ini ada pada bangsa kita pada pemimpin umat kita ketika meria’yah rakyat, ketika meringankan beban umat, membantu masalah rakyat bukan transaksional bisnis.
Kenapa seorang pemimpin meringankan rakyatnya ? kenapa dia membantu urusan ranyatnya? Bukan karena mendaptkan keuntungan materi, bukan karena akan mengundang investasi, bukan akan melahirkan pemasukan negara yang luar biasa tapi karena dorongan dia akan melaksanakan urusan rakyatnya, memudahkan urusan umat yang dipimpinnya maka pada saat itu sebenarnya dia sedang membuka pintu pertolongan Allah.
Tentu saja, kalau seorang pemimpin negara memiliki karakter ini maka akan lahir seperti bagaimana Umar Bin Khatab. Umar Bin Khatab khilafah islam setelah Abu Bakar As-Shiddiq, beliau peduli dan memperhatikan nasib rakyatnya beliau tidak akan tidur ketika belum memastikan bahwa tidak ada rakyatnya yang menderita, tidak ada rakyatnya yang kesulitan makan waktu itu, tidak ada rakyatnya yang belum tidur karena masih membutuhkan sesuatu, beliau akan patroli.
Khalifah Umar Bin Khatab rela untuk keliling pada malam hari bahkan beliau dengan ringan hati memanggul karung gandum yang dibagikan kepada seorang perempuan miskin. Karakter Umar bin Khatab, karakter pemimpin muslim berbeda jauh dengan karakter pemimpin saat ini. Mereka lebih mengedepankan kepentingan dirinya, kepentingan keluarganya atau kepentingan organisasinya dibandingkan dengan kepentingan rakyatnya. Karena itu, hidup rakyat dalam kepemimpinan kapitalis liberalis jauh dari kesejahteraan.
Dan tentu saja kesejahteraan itu akan diraih ketika hadir pemimpin-pemimpin yang peduli, pemimpin-pemimpin yang diasuh oleh pendidikan islam, pemimpin yang melakukan kepemimpinannya itu karena dorongan ketaqwaan, dorongan ingin membantu ingin meringankan beban dari orang yang dipimpinnya karena dia yakin Allah akan meringankan beban dia.
Tidak mungkin lahir pemimpin yang peduli tanpa pendidikan yang baik, tidak mungkin lahir pendidikan yang baik ketika di dalam keluarga tidak melakukan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Drongan ketaqwaan yang sesuai dengan hukum syara dan akan sulit pendidikan keluarga itu menjadi lebih baik ketika tidak ada sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara yang baik juga yaitu sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidikan islam yang hanya terjadi di dalam Khilafah Islamiyah.
Karena itu ketika kita mengharapkan hadir pemimpin yang peduli maka pada saat itu kitapun berharap semoga lahir juga sistem yang akan menjalankan sistem pendidikan yang baik yaitu sistem khilafah islamiyah. Insyaallah. Meraih tsakinah dengan penerapan syariah secara kaffah.
Wallahu'alam bishawab