| 166 Views
Kapitalisme Meniscayakan Kemiskinan

Oleh : Nur Hasanah, S.Kom
Aktivis Dakwah Islam
Kemiskinan masih menjadi masalah utama yang dialami oleh banyak negara di dunia. Ironisnya, meski upaya pengentasan kemiskinan telah dilakukan, hingga kini kita masih jauh dari tujuan akhir yang diharapkan. Dunia yang sejahtera tanpa kemiskinan hanyalah angan-angan. Bahkan negara memaksa rakyat untuk berjuang sendirian demi memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka.
Padahal setiap tanggal 17 Oktober, dunia memperingati Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional, yang diresmikan sejak 1992, sebagai momentum untuk merefleksikan kemajuan maupun kegagalan dalam mengurangi angka kemiskinan. Namun, walaupun hari khusus ini diperingati tiap tahun, kenyataannya kesenjangan sosial terus melebar, dan kemiskinan tetap menjadi momok bagi banyak negara, terutama negara-negara berkembang.
Gagalnya Upaya Internasional Mengentaskan Kemiskinan
Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah lama berupaya menanggulangi kemiskinan melalui program-program global yang dirancang untuk memberikan bantuan kepada negara-negara miskin. Sayangnya, hingga kini upaya ini belum membuahkan hasil yang diinginkan. Masalahnya bukan pada kurangnya bantuan atau ketidakmampuan para pemimpin negara, tetapi lebih pada kerangka solusi yang ditawarkan.
Sistem kapitalisme yang diterapkan di seluruh dunia memberikan keuntungan kepada para kapitalis, sedangkan masyarakat umum seringkali tidak menerima manfaat yang signifikan dari pertumbuhan ekonomi yang ada. Sumber dari ketimpangan yang terus membesar ini adalah sistem yang mengandalkan keuntungan dan akumulasi kekayaan oleh segelintir orang yang memegang modal, sementara rakyat dibiarkan berjuang sendirian.
Dalam kapitalisme, ukuran kesejahteraan suatu negara seringkali ditetapkan berdasarkan pendapatan per kapita, sebuah ukuran semu yang seringkali tidak mencerminkan kondisi kesejahteraan masyarakat secara nyata. Pendapatan per kapita hanya menggambarkan nilai rata-rata, bukan kondisi individu per individu yang mungkin hidup dalam kesulitan ekonomi. Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa sistem kapitalisme tidak mampu mewujudkan pemerataan kesejahteraan, bahkan seringkali memperburuk keadaan.
Anggapan Keliru tentang Solusi Kemiskinan
Berbagai solusi yang ditawarkan seringkali tidak membahas akar permasalahan. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa mengganti pemimpin atau bahkan mendorong pemberdayaan perempuan dalam posisi-posisi strategis bisa menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan.
Sistem kapitalisme yang mengatur struktur ekonomi, politik, dan sosial masih tetap menjadi penghalang utama. Bahkan, meski banyak lulusan yang belajar ke luar negeri, kembali ke negaranya, dan membawa ilmu baru, pengentasan kemiskinan tetap sulit dicapai tanpa perubahan sistem yang mendasar.
Studi yang dimuat dalam International Journal of Educational Research Volume 128 tahun 2024 menunjukkan bahwa lulusan yang kembali ke negara asal mereka setelah belajar di luar negeri memang memberikan dampak pada pengurangan kemiskinan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, (detik.com 19/10/2024).
Namun, hasil ini belum cukup mengubah keadaan ekonomi secara keseluruhan karena terbatas pada beberapa sektor tertentu saja. Kemiskinan yang dihadapi sebagian besar masyarakat bukan sekadar akibat kurangnya pendidikan, melainkan lebih disebabkan oleh struktur ekonomi yang tidak adil.
Kapitalisme sebagai Akar Masalah Kemiskinan
Kapitalisme, sebagai sistem yang dominan saat ini, menjadikan kapital atau pemilik modal sebagai penentu utama dalam aktivitas ekonomi. Sistem ini memungkinkan segelintir orang yang memiliki modal besar untuk mendominasi pasar dan memengaruhi kebijakan pemerintah demi keuntungan mereka sendiri. Dalam kapitalisme, negara seringkali hadir hanya sebagai pengawas atau fasilitator, bukan sebagai pelindung yang memastikan rakyatnya terpenuhi kebutuhannya. Akibatnya, oligarki atau para pemilik modal semakin kaya, sedangkan masyarakat kecil semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Kapitalisme mengabaikan aspek kesejahteraan individu. Orang yang hidup dalam kemiskinan seolah harus bergantung pada "sisa" kekayaan yang mengalir dari atas, sebuah konsep yang disebut trickle-down effect. Namun, konsep ini terbukti tidak efektif. Kekayaan justru semakin terkonsentrasi pada segelintir orang, sedangkan mayoritas rakyat kesulitan untuk bertahan hidup.
Islam sebagai Solusi Alternatif Mengentaskan Kemiskinan
Berbeda dengan kapitalisme, Islam menawarkan solusi yang menyeluruh dan adil dalam mengatasi masalah kemiskinan. Dalam sistem Islam, pemimpin atau kepala negara (khalifah) berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan memastikan kesejahteraan mereka secara merata. Islam tidak hanya berfokus pada angka atau data semu, melainkan menempatkan kesejahteraan individu sebagai fokus utama. Dalam Islam, ukuran kesejahteraan tidak ditetapkan secara kolektif, tetapi berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu, seperti pangan, sandang, dan papan, serta akses terhadap pendidikan dan kesehatan.
Penerapan Islam secara menyeluruh atau kaffah mengamanahkan negara untuk menjadi ra’in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Negara bertanggung jawab penuh dalam mengelola sumber daya alam demi kepentingan masyarakat umum, bukan untuk keuntungan segelintir kapitalis. Konsep kepemilikan dalam Islam membedakan antara kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara, sehingga distribusi kekayaan dapat berjalan secara adil.
Dalam sistem ekonomi Islam, sumber daya alam yang vital, seperti air, gas, dan tambang, tidak boleh dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu untuk kepentingan pribadi. Rasulullah SAW bersabda,
"Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: padang rumput, air, dan api (energi)."
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Sumber daya ini dikelola negara dan hasilnya digunakan untuk kepentingan rakyat. Misalnya, hasil tambang dapat dialokasikan untuk subsidi pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Dengan begitu, rakyat tidak perlu khawatir akan mahalnya biaya hidup karena negara hadir sebagai penanggung jawab utama.
Kapitalisme adalah sistem yang telah terbukti gagal dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat secara merata. Islam menawarkan solusi yang lebih riil dan terfokus pada kesejahteraan individu. Sistem Islam yang mengatur ekonomi dengan cara yang adil, mengutamakan kepentingan rakyat, dan menempatkan negara sebagai pengurus dan pelindung rakyat, mampu mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan yang merata.
Wallahualam bissawab.