| 468 Views
Kapankah Tangisan Anak Palestina Berhenti?

Oleh : Nurenda
Aktivis Dakwah dan Pegiat Literasi
Israel terus gempur Gaza, menurut data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHH), selama 7 oktober 2023-7 maret 2024, warga jalur Gaza yang tewas akibat serangan Israel sudah mencapai 30.800 jiwa dan korban luka 72.298 orang (8 maret 2024), sedangkan menurut detiknews, Kementrian Kesehatan Gaza menyatakan jumlah korban tewas di Gaza palestina mencapai 31.045 orang, sebanyak 72.654 orang terluka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Dilansir Al jazeera, minggu (10/3/2024), sekitar 72 persen korban merupakan anak-anak dan perempuan. Sementara itu dalam 24 jam terakhir, serangan Israel terhadap warga Gaza mengakibatkan 85 orang tewas dan ratusan orang terluka. Banyak juga korban yang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi.
Menurut kesaksian seorang kakek yang dihantam serangan udara Israel, "Tidak ada zona aman diseluruh jalur Gaza," katanya. "Tidak ada satu inci pun yang aman, Israel berbohong kami diberitahukan bahwa arah selatan aman, kami terpaksa berlindung disini, kita semuanya adalah warga sipil, semua yang berada di dalam rumah adalah wanita dan anak-anak," ujarnya.
Lantas dimanakah tempat yang aman dan layak untuk berlindung bagi anak-anak, orang tua, ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusui?
Di Gaza yang dikoyak perang, bom-bom Israel bukan satu-satunya yang menewaskan anak-anak. Sekarang sebagian dari anak-anak di sana sekarat karena kelaparan akut. Malnutrisi umumnya berlangsung perlahan dan bisa menyebabkan kematian terutama pada anak-anak dan orang tua.
Namun ada faktor-faktor lain yang turut memperburuk situasi ini, misalanya ibu yang kekurangan gizi akan kesulitan memberikan Asi kepada anaknya. Menurut Anaradha Narayan, ahli nutrisi anak dari Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), penyakit diare yang sering terjadi di Gaza karena kurangnya akses air bersih dan sanitasi, mengakibatkan banyak orang sulit menyerap kalori yang mereka konsumsi, malnutrisi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko kematian akibat penyakit lain. Banyak yang akhirnya melahirkan bayi-bayi prematur akibat dari malnutrisi ini.
Istanbul (ANTARA) - selama bertahun-tahun, Alex de Waal telah meneliti dan menulis tentang krisis pangan dan bencana kelaparan di seluruh dunia, namun kondisi yang diciptakan Israel saat ini dijalur Gaza adalah sesuatu yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Pada Senin, inisiatif klasifikasi fase ketahanan pangan terpadu (IPC) mengeluarkan laporan baik yang memperingatkan bahwa kelaparan kini "Sedang terjadi " di Gaza, dengan 1,1 juta (setengah populasinya menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah). Dan banyak anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, begitu pula sebaliknya orang tua kehilangan anak-anak mereka, sungguh keadaan yang benar-benar miris untuk dilihat. Apakah yang bisa kita lakukan, upaya apa yang bisa kita perbuat.
Sebagai seorang muslim kita tidak boleh diam saja dengan kondisi saudara kita di Palestina. Islam mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama muslim lainnya, ibarat satu tubuh maka sesama muslim kita bersaudara. Jika ada muslim lainnya yang sedang sakit maka seharusnya kitapun merasa sakit. Jika ada muslim lainnya yang teraniya atau terzalimi maka seharusnya kitapun membantunya. Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasullullah saw., bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi diantara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim)
Penderitaan anak-anak Palestina terus terjadi bertubi-tubi. Siapakah yang dapat menolong mereka kecuali kita sesama muslim, kita harus cepat mengambil tindakan disamping bantuan sosial berupa pengadaan air bersih, makanan, obat-obatan dan yang lainnya. Tapi kita juga harus hentikan tangis mereka, hapus tangisan anak-anak Palestina, karena tragedi Palestina yang terus berulang amat menyayat hati, terlebih lagi menyaksikan sikap para penguasa Arab dan Muslim yang tak pernah berubah dalam respon tragedi di Palestina dari dulu sampai sekarang. Mereka hanya pintar mengancam dan mengutuk, sebagian lainnya diam membisu dan masih ada juga beberapa penguasa Arab dan Muslim yang tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Sebagian dari mereka memang mengirimkan bantuan kemanusiaan, tetapi kita pasti sangat faham semua itu hanya pencitraan terutama di hadapan rakyat yang mulai marah dan jengah, mereka kecewa terhadap para penguasa yang tak pernah berani mengambil opsi militer. Tak pernah mau mengirim pasukan untuk mengempur kaum Zionis Yahudi karena mereka pengecut, jelaslah kaum Zionis Yahudi sungguh sangat lemah, mereka tampak kuat lebih karena sikap pengecut para penguasa Arab dan Muslim, mereka memilih berdiam diri. Padahal jelas dengan kekuatan umat muslim semua itu bisa diatasi, tapi dimanakah mereka kemanakah mereka berpihak. Karena itu mustahil dapat mengeyahkan entitas Yahudi dari tanah Palestina tanpa kekuatan besar. Menyerahkan sepenuhnya perlawanan terhadap entitas Yahudi pada rakyat Gaza juga merupakan tindak pengecut dan tidak bertanggung jawab.
Pada titik inilah umat harus menyadari bahwa mereka membutuhkan eksistensi Negara Khilafah untuk melindungi Palestina dan menyingkirkan entitas Yahudi dari tiap jengkal tanah Palestina. Agar anak-anak Palestina kembali tersenyum mengembalikan keceriaan mereka masa depan mereka, jelas mereka butuh bantuan kita sesama muslim, butuh persatuan umat. Maka jelas umat membutuhkan jihad dan khilafah untuk mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina.
Wallahualam bissawab