| 223 Views
Jakarta Sang Metropolitan

Oleh : Taruka Sarah
Siapa yang tidak mengenal Jakarta? Sang ibu dari para kota di Indonesia, kota pentolan rakyat Indonesia, metropolitannya Indonesia. Katanya mah, Jakarta itu kota yang makmur alias kota paling sejahtera di Indonesia. Namun ternyata Jakarta ini, meskipun julukannya metropolitan, tapi nyatanya ia tak pernah bisa lepas dari topik polusinya yang semakin parah. Maka tak heran Sob, gelar metropolitan milik Jakarta banyak dilencengkan orang-orang menjadi metropolutan.
Menurut data pada awal Oktober 2023 lalu, Jakarta menduduki peringkat kedua kota dengan udara terburuk di dunia, dengan indeks kualitas udara (AQI) 163 (unhealthy). Pengukuran ini dilakukan oleh perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, iQAir. Menurut pengukuran yang telah dilakukan, sumber polutan utama adalah dari particulate matter (PM) 2.5 yang berukuran 2,5 mikron atau lebih kecil. Polusi ini bisa berasal dari debu, asap pembakaran motor, asap industri, dan asap pembangkit listrik tenaga batu bara. Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta 15,6 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Bahkan pada tahun 2020 lalu, PM 2.5 telah menyebabkan 160 ribu kematian di lima kota besar dunia.
Udara Jakarta memang pernah membaik pada Ahad, 15 Oktober lalu. Dengan AQI 133 (unhealthy for sensitive groups) sebelum pada akhirnya memburuk kembali selama tiga hari berturut-turut yakni , Senin sekitar 152 (unhealthy), kemudian pada hari Selasa meningkat menjadi 153 (unhealthy), dan puncaknya pada hari Rabu 157 (unhealthy).
Menurut DLH DKI (agustus) sumber-sumber polusi Jakarta berasal dari transportasi (67,04 %); industri (26,8%); pembangkit listrik (5,7%); perumahan (0,02%).
Walaupun udara di Jakarta sangat buruk, tapi Indonesia juga punya kota lain yang polusinya lebih parah dari Jakarta, yaitu Jambi (AQI 213, level bahaya), Palembang (AQI 192, unhealthy), Pekan Baru (AQI 156, unhealthy). Menurut analisis, polusi di daerah ini bersumber dari karhutla bukan asap kendaraan dan diduga polutan dari PLTU.
Disamping parahnya polusi di Jakarta, pernahkah kalian melihat hutan atau sekedar pepohonan disana? Jarang atau bahkan justru tidak pernah. Mungkin lain cerita kalau produksi polusi di Jakarta diseimbangkan dengan adanya hutan disana. Bisa jadi polusi yang ditimbulkan tak akan menjadi separah itu. Namun apa daya, hutan-hutan banyak dibuka untuk lahan atau sekedar membangun pabrik produksi. Walhasil keberadaan hutan di Indonesia menjadi langka, sebab pemanfaatan nya yang berlebihan. Pemerintah sendiri tidak mengambil tindakan serius dalam menangani hal ini. Maka jangan heran jika banyak penebangan illegal disana-sini. Bahkan bukannya memberi solusi tuntas mengenai polusi ini, pemerintah justru memanfaatkan kondisi ini untuk berbisnis alat penyaring udara.
Jadi sudah jelaskan, kalau penyebab parahnya polusi di Jakarta adalah karena ulah manusia sendiri. Coba kalau manusia tidak serakah dan mengimbangi pembukaan lahan dengan pelestarian hutan, pasti Jakarta ngga bakal separah sekarang. Bener banget firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum (30) : 41, bahwa kerusakan di bumi disebabkan oleh tangan-tangan manusia sendiri. Allah SWT pun, telah melarang berbuat kerusakan sebagaimana dalam firmannya pada QS Al-Baqarah (2) : 11.
Maka inti masalah dari polusi ini adalah keserakahan manusia. Dan yang bisa mengatasi hal ini dengan instan hanyalah negara, sebab negara memiliki tangan besi pembuat hukum yang bisa mengatur rakyatnya tanpa banyak protes. Namun masalahnya, pemerintah pada sistem kapitalisme ini tidak dapat diandalkan untuk mengatasi hal ini. Sebab kepentingan yang mereka prioritaskan bukanlah kesejahteraan rakyat, namun kesejahteraan diri mereka dan golongan mereka sendiri. Rasanya tak pantas lagi bagi kita berharap pada sistem yang rusak ini untuk memperbaiki kehidupan kita. Namun bila tak pada sistem ini, kepada siapa lagi kita akan bernaung?
Islam punya solusinya. Islam menawarkan sistem mulia yang aturannya eksklusif langsung tanpa biaya ongkir dari Sang Pencipta. Jangan salah, aturan yang dimiliki Islam itu bukan sekedar ibadah spiritual aja, tapi mencangkup banyak hal. Dari aturan bangun tidur sampai bangun negara itu ada semua. Bahkan bila menelisik dari sejarah yang pernah terjadi, pemerintahan Islam dinilai tak pernah gagal menyejahterakan rakyatnya. Kalau rakyat yang bejibun itu bisa sejahtera, maka masalah polusi udara ini bisa selesai jauh lebih cepat. Sebab dalam Islam pemimpin negara, bertanggng jawab terhadap kebutuhan rakyatnya dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tanggung jawabnya. Tertarik? Makanya, yuk kita bersama memperjuangkan tegaknya kembali sistem Islam. Demi hidup sejahtera di bawah naungan Islam. Takbir! Allahu a’lam bi ash-showwab.