| 21 Views

Islam Miliki Solusi Strategi Mengusir Israel

Oleh : Gien Rizuka

Tepat di 18 Ramadhan, Isriwil kembali melakukan aksinyanya lagi. Di bulan penuh berkah ini lagi-lagi Gaza dibombardir oleh mereka. Genjatan senjata yang disepakati antar mereka dengan hamas di 19 januari lalu nyatanya telah dilanggar lagi.

Serangan Israel terhadap penduduk Gaza di kali ini bukan tanpa alasan. Kendati pun alasannya bisa dibilang sebagai bentuk kekesalan pemerintah israel pada hamas. Pemerintah Israel menuturkan bahwa Hamas berkali-kali menolak melepaskan sanderaannya.

Namun apapun alasannya, sejatinya tabiat bani israel sejak dahulu memiliki sejarah yang kelam dalam perjanjian. Contohnya ketika beberapa kalangan dari bani mereka melanggar perjanjian dengan Rasulullah. Alhasil, menumbuhkan kembali perseteruan sosial antar masyarakat.

Padahal di kala itu Rasulullah datang membawa agama yang sempurna mampu mempersatukan kabilah-kabilah yang saat itu bergejolak karena fanatik golongan.

Akan tetapi, karena keegoisan tinggi terhadap fanatik golongan keluarga Israel lebih kuat, akhirnya mereka senantiasa bersifat munafik. Hingga timbul rasa cemburuan mereka tentang posisi kaum muslimin yang memiliki kekuatan yang terpancar dari akidah, sehingga kaum muslimin mengetahui arti pengorbanan di jalan Islam. Walhasil, kaum muslimin mampu membawa diri mereka pada kewibawaan yang gemilang.

Kedongkolan kian bertambah tatkala mendengar kaum muslimin menang di perang badar. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika sikap israel sampai hari ini masih bersikap munafik. Sebab sebagian dari leluhurnya pun pernah melakukan hal yang serupa, melanggar perjanjian Madinah di masa Rasulullah. Sebagian dari mereka memfitnah dan  mengganggu kaum muslimin di Madinah.

Piagam madinah sendiri salah satunya mengatur sosial antar umat dengan umat lainnya, yang sesungguhnya menjadi kebutuhan manusia. Manusia butuh akan kedamaian, keharmonisan di tengah-tengah hubungan mereka yang sebelumnya belum mereka rasakan ketika Islam belum diturunkan. Kezaliman, kemaksiatan, kemunafikan, kemusyrikan sedang merajalela di Jazirah Arab kala itu.

Setelah Islam datang, Rasulullah mulai menyebarkan nasrullah hingga terbentuk perjanjian dengan orang-orang Yahudi yang bertetangga dengan Madinah. Piagam ini dibentuk agar umat tidak saling mengganggu, menzalimi, memberi rasa kenyamanan antar satu sama lain, terhindar dari kajahiliyahan.

Kaum muslimin, yahudi, nasrani dan kaum munafik sekali pun dipersatukan dalam daulah yang bersistemkan adil, sesuai kebutuhan fitrah manusia. Akan tetapi, penjanjian itu tetap dilanggar oleh entitas Yahudi karena dalamnya dendam mereka terhadap Rasulullah.

Namun demikian, Rasulullah pun sebagai pemimpin bisa mengamankan kekacauan akibat ulah Yahudi tersebut. Ia mengusir bani-bani Yahudi yang melanggar perjanjian untuk keluar dari daerah kekuasaannya.

Inilah salah satu sejarah pengkhianatan Yahudi terhadap perjanjian. Dapat menjadi gambaran yang tidak mengherankan untuk sikap Israel hari ini terhadap perjanjian yang disepakati dengan kaum muslimin. Apalagi saat ini kaum muslimin lemah, tidak berdaya, tidak miliki kekuatan yang sepadan, terpecah-belah seperti buih di lautan.

Dampaknya, kaum muslimin di Palestina begitu mudahnya dibumihanguskan, kemudian dipermainkan sesuka hati melalui perjanjian-perjanjian dan kembali berkali-kali dilanggar oleh Isriwil.

Karena ketika Rasulullah masih hidup pun dan Islam telah tegak di Madinah, sebagian golongan dari mereka masih berani berbuat munafik, terlebih untuk saat ini. Tentunya mereka akan lebih jumawa melihat kaum muslimin tidak memiliki kekuatan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat, menerapkan Islam kaffah yang menjadi sumber kekuatan kaum muslimin.

Mereka sorak-soraya melihat para pemimpin negeri-negeri muslim kaku dalam mengerahkan tentaranya guna membantu Palestina. Sejatinya keadaan ini tersebab kaum muslimin terjebak dengan fanatik kebangsaan (nasionalisme), kembali pada kejahiliyahan dengan bentuk modern.

Paham ini membuat para pemimpin di negeri muslim seakan tidak peduli dengan keadaan saudara sesama muslim yang berada di luar wilayahnya. Maka dari itu, menjadi kewajiban final menegakkan khilafah Islamiyyah.

Yahudi tidak akan terusir atau pun mundur selama sistem Islam belum tegak. Sebagaimana dikatakan dalam sejarah, begitu Yahudi munafik mengacau di daulah Islam, Rasulullah sebagai pemimpin negara memiliki wewenang penuh untuk mengusir mereka dari sana.

Tapi berbeda dengan saat ini, kaum muslimin tidak bisa berbuat apa-apa karena dibelenggu dengan sistem penjajahan, paham kebangsaan (nation state). Alhasil, dalam kurun 75 tahun ini Palestina masih dijajah karena belum terdapatnya pemimpin yang mampu mempersatukan kaum muslimin di seluruh dunia, sebagai kekuatan.


Share this article via

12 Shares

0 Comment