| 382 Views

Intoleransi Alat untuk Menyerang Umat Islam?

Oleh : Sherly Agustina, M.Ag.
Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik

Isu intoleransi mencuat kembali, anehnya umat Islam yang selalu menjadi pihak inferior dalam kasus intoleransi. Umat Islam pun ada yang terbawa framing bahwa pelaku intoleransi ialah muslim. Padahal faktanya, umat Islam yang sering diserang baik oleh oknum dari umat Islam atau pun umat di luar Islam  dengan dalih toleransi. Misalnya, pelarangan kerudung di Bali, seorang dokter harus melepas hijab, dan pengrusakan masjid di Papua. Lantas, siapa sebenarnya pelaku intoleransi? Apakah intoleransi dijadikan alat untuk menyerang umat Islam?

Penolakan pendirian Sekolah Kristen Gamaliel di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, oleh sekelompok masyarakat di Parepare, Sulawesi Selatan, dinilai mencederai semangat toleransi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini disampaikan oleh Pelaksana harian (Plh) Direktur Eksekutif Wahid Foundation Siti Kholisoh. Menurutnya, setiap warga negara Indonesia seharusnya bebas mendirikan lembaga pendidikan berbasis agama yang telah diakui, selama memenuhi persyaratan administratif.

Siti Kholisoh menjelaskan, peristiwa ini merupakan tindakan intoleransi yang merusak hak umat beragama lain hanya karena berbeda keyakinan dengan mayoritas orang Indonesia. Dalam regulasi sistem pendidikan nasional telah ditegaskan bahwa sekolah keagamaan sebagai bagian dari sekolah swasta, juga berhak untuk didirikan jika telah memenuhi izin yang disyaratkan. Terkait dengan izin mendirikan sekolah keagamaan, Pemerintah Indonesia memiliki banyak regulasi dalam sistem pendidikan nasional, yang juga meliputi lembaga pendidikan berbasis keagamaan. (Beritasatu.com, 29-09-2024)

Intoleransi Alat?

Peristiwa seperti ini akan terus berulang jika tak menemukan benang merah atau akar permasalahannya. Karena selama ini banyak agama dan keberagaman di Indonesia tak pernah menjadi masalah. Namun, saat ini keberagaman seakan terus dibenturkan pada umat Islam, dan umat Islam yang selalu menjadi pihak tertuduh. Dengan dalih intoleransi, baik sesama umat Islam dan umat di luar Islam menjadikan muslim sebagai kambing hitam perpecahan.

Benarkah Islam tak mengajarkan toleransi? Atau ada upaya oknum tertentu yang ingin memframing Islam dan umat Islam sebagai pihak yang intoleran? Faktanya, ada oknum tertentu yang melarang wanita muslim berhijab misalnya. Kasus terbaru, ada pelarangan hijab bagi dokter yang kemudian diralat oleh lembaga tersebut. Ketika ada ajaran atau keyakinan umat Islam lalu ada pelarangan apakah umat Islam semangat membela ajarannya seperti membela umat lain atau diam saja?

Nyatanya, ketika ada ajaran Islam yang dilarang di negeri ini umat Islam tak semua menyuarakan dengan lantang untuk tetap membela ajaran agamanya. Mengapa umat Islam ada yang lebih semangat membela agama lain dibanding agamanya sendiri? Ini fenomena yang tak bisa dihindari saat ini. Kebebasan yang digaungkan oleh para pengusungnya, nyatanya hanya berlaku untuk kepentingan mereka bukan umat Islam. 

Jika diamati istilah 'intoleransi' mengacu pada definisi global yang berusaha menyerang umat Islam. Istilah intoleransi terus digaungkan di negeri ini, seolah-olah negeri dengan penduduk mayoritas muslim ini sedang diancam oleh penyakit intoleransi.  Parahnya, sering kali label intoleran ini disematkan pada umat Islam. Sementara di sisi lain, perilaku intoleran yang nyata-nyata menghalangi umat Islam melaksanakan ajaran agamanya, para pelakunya tidak disebut intoleran. 

Toleransi dalam Islam

Padahal, dalam Islam jelas ada definisi sendiri yang sudah dipraktikkan dengan baik ketika Daulah Islamiyyah tegak berdiri, dan dilanjutkan pada kekhilafahan berikutnya. Islam memiliki definisi toleransi sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Islam jelas mengajarkan toleransi, sejarah telah mencatat tentang toleransi yang luar biasa. Misalnya ketika Islam berkuasa di Spanyol 700 tahun, saat itu Spanyol dalam 3 agama. Karen Amstrong menyebut, 'Yahudi enjoy their golden age under Islam in Andalusia'

Di Indonesia, gereja, vihara, pura, candi dan tempat ibadah lainnya tetap berdiri kokoh berabad lamanya. Ustaz Ismail Yusanto menjelaskan, ketika memahami makna toleransi harus berdiri kokoh di atas akidah Islam:

Pertama, tidak boleh mengatakan semua agama sama. Karena sebagai muslim harus yakin seyakin yakinnya bahwa hanya Islam agama yang diridai oleh Allah (QS. 3: 19).

Kedua, toleransi bukanlah partisipasi. Toleransi itu membiarkan mereka yang di luar Islam marayakan dan beribadah sesuai dengan keyakinan mereka. Bagi muslim tidak boleh berpartisipasi dengan dalih toleransi.

Ketiga, toleransi tidak boleh kebablasan. Sikap seorang muslim tetap harus memuliakan yang Allah muliakan dan menghinakan apa yang dihinakan Allah (QS. 3: 26). Jangan sampai terbalik, memuliakan yang dihinakan oleh Allah, menghinakan yang semestinya dimuliakan oleh Allah.

Khatimah

Kondisi saat ini tidak ada negara yang menerapkan syariat Islam sebagai junnah (penjaga) menjadikan umat Islam menjadi sasaran musuh-musuh Islam. Mirisnya, umat Islam pun banyak yang tidak memahami tuntunan Islam. Oleh karena itu, urgent menyadarkan umat akan kebutuhan tegaknya Khilafah sebagai junnah. Untuk memahamkan umat dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan terus mengawal umat dan berjuang bersama menegakkan Khilafah. Allahua'lam bishawab.


Share this article via

108 Shares

0 Comment