| 101 Views
Infrastruktur Transportasi Belum Merata, Rakyat Hidup Merana

Oleh : Rosi Kuriyah
Muslimah Peduli Umat
Awal bulan November, mulai memasuki musim hujan sehingga kondisi jalan licin dan berlumpur. Situasi ini dialami oleh warga kampung Bergang, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah dikutip dari TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON -
Kondisi ini membuat warga mengalami kesulitan ketika perlu akses keluar kita untuk beraktivitas seperti bekerja atau berdagang.
Para pejalan kaki maupun kendaraan sulit untuk melaluinya karena adanya lumpur setiap kali diguyur hujan, sedangkan jalan tersebut akses utama desa itu.
Ada ungkapan dari seorang warga, Amri namanya ia mengatakan bahwa kondisi jalan seperti itu sangat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari, seperti kegiatan berbelanja. Bila mau keluar rumah jadi sulit, sehingga ketika berbelanja langsung untuk keperluan selama seminggu karena susah kalau harus bolak-balik, apalagi ketika keadaan turun hujan.
Kondisi jalan yang tidak memadai juga membuat Sehingga banyak warga lebih memilih memakai jalur Kabupaten Bener Meriah jika ingin menuju pusat kota. Walaupun jaraknya jauh tapi dianggap lebih aman jalur tersebut.
Begitu pula, akses menuju fasilitas publik, seperti Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ketol, menjadi kendala bagi masyarakat.
Jalanan yang sulit itu harus ditempuh belasan menit ketika musim hujan. Hal ini terjadi sudah lama terjadi bertahun-tahun dimana saat hujan jalanan sangat licin dan kendaraan pun terjebak lumpur sering terjadi.
Melihat kondisi insfratruktur transportasi saat ini, sudah pasti akan membahayakan bagi kendaraan bermotor karena banyak jalan yang rusak, ketika dilalui oleh kendaraan.
Sungguh miris melihat kondisi negeri ini yang diatur oleh sistem sekuler saat ini, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.
Pembangunan infrastruktur transportasi belum merata di berbagai pelosok daerah, padahal transportasi merupakan elemen penting penghubung antar wilayah yang mendukung pengembangan ekonomi dan pembangunan, atau merupakan urat nadi ekonomi rakyat.
Karakteristik geografis dan topografi Indonesia yang beragam dan keterbatasan anggaran pembiayaan sering disebut-sebut sebagai kendala utama.
Problem sebenarnya adalah gagalnya negara atau kepemimpinan sekuler dalam mengurus dan menjaga umat/rakyat. Selama ini penguasa menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator kepentingan pemodal sekaligus sebagai pebisnis yang menghitung pemenuhan hak rakyat dengan hitungan untung rugi. Infrastruktur transportasi akan dibangun jika ada keuntungan ekonomi dengan skema investasi.
Tak ditanggapinya usulan perbaikan jalan oleh rakyat yang berulang bahkan diajukan setiap tahun menjadi bukti abainya penguasa atas kebutuhan rakyat.
Dalam Islam, infrastruktur jalan adalah salah satu hak rakyat yang wajib dipenuhi negara dengan kualitas dan kuantitas yg memadai dan mempermudah kehidupan mereka. Penerapan syariat Islam secara kaffah di semua aspek akan memungkinkan negara memenuhi hak tersebut tanpa memperhitungkan keuntungan dan tanpa bergantung kepada swasta.
Negara dalam Islam memiliki banyak sumber pemasukan anggaran yang memungkinkan negara membangun sarana transportasi secara mandiri.
Wallahu 'alam