| 103 Views

Indonesia Gelap, Membutuhkan Cahaya Islam

Oleh : Paramita, A.Md.Kes

Genap 100 hari memimpin, pasangan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, mendapatkan kritikan dari masyarakat. Aksi demontrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia tersebut merupakan wujud kemarahan dan kekecewaan masyarakat atas kebijakan yang ditetapkan. Kebijakan yang ditetapkan tidak jauh-jauh dari kebijakan pada masa pemerintahan sebelumnya dan bahkan makin bertambah blunder. Semakin ke sini semakin tampak jelas pula wajah penguasa yang otoriter dan diktator.

Aksi Demonstrasi Dipadati Mahasiswa 

Jalanan di depan Istana Negara dipadati oleh demonstran dari massa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dan sejumlah elemen masyarakat, yang mana di dalamnya massa aksi menyuarakan kebijakan yang dibuat oleh pemimpin yang tidak menandakan keberpihakannya terhadap rakyat. Belum genap satu tahun laman media sosial X (Twitter) dihebohkan dengan tagar #IndonesiaDarurat, kini berubah menjadi #IndonesiaGelap. Perubahan tagar ini menunjukkan bahwa Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja dan kekhawatiran publik terhadap tanah air semakin membuncah. 

Beberapa isu yang diangkat lewat tagar ini termasuk soal kisruh LPG 3 kg, reformasi Polri, program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemangkasan anggaran untuk program sosial dan kesejahteraan rakyat, masalah pendidikan, kesehatan serta lapangan pekerjaan. (Tirto.id, 18/2/2025).

Aksi ini merupakan respon mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap semakin merugikan masyarakat dan nasib generasi muda ke depannya. Salah satu persoalan yang diangkat adalah pemotongan anggaran atau efisiensi di sektor pendidikan, ketika jamak diketahui bahwa anggaran pendidikan yang sudah-sudah pun masih jauh dari kata ideal. Selain itu, hari ini kita bisa lihat sendiri bahwa telah terjadi kerusakan di berbagai sektor, baik sektor pendidikan, ekonomi, sosial, politik, kesehatan dan lain sebagainya. 

Sekularisme Kapitalisme Penyebab #IndonesiaGelap

Dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini, rakyat dianggap seperti kelinci percobaan. _Test the water_, yakni pemberlakuan kebijakan untuk melihat respon masyarakat. Jika terjadi penolakan dari masyarakat, kebijakan tersebut akan dicabut, seolah pemerintah menjadi pahlawan kesiangan yang sangat memperhatikan rakyat. Rakyat terus menjadi korban dari kebijakan yang serampangan yang dibuat oleh manusia, yakni mereka para penguasa. 

Adapun terkait aksi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah menunjukkan keberpihakannya terhadap nasib masyarakat dan mulai kritis terhadap kebijakan dan memberikan tuntutan kepada pemerintah. Sayangnya tuntutan ini tidak mampu menyelesaikan permasalahan hingga ke akarnya, bahkan ada yang menawarkan kembali kepada demokrasi kerakyatan. 

Sementara, akar permasalahan yang sesungguhnya adalah karena diterapkannya demokrasi. Demokrasi adalah sistem yang dibuat oleh manusia, yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi manusia untuk menentukan benar salah ketika merancang kebijakan. Padahal, manusia penuh dengan keterbatasan dan kecenderungan personal terhadap banyak hal. Hal ini disebabkan manusia memiliki gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri). Maka tidak mengherankan para penguasa dalam sistem demokrasi cenderung menjadi otoriter dan hanya mesra dengan pihak-pihak yang ia cenderung serta berkepentingan padanya.

Jika kita masih berharap pada demokrasi, tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Justru yang ada, rakyat terus ditindas dan nasib generasi akan suram (Indonesia gelap). 

Lebih dari itu, #IndonesiaGelap karena manusia tidak mengambil Islam sebagai standar dalam membuat hukum dan tidak menjadikan Rasulullah Muhammad Saw sebagai teladan di segala aspek kehidupan, termasuk dalam mengurusi rakyat. 

وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

"Barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim". (QS. Al-Ma’idah: 45).

Pemuda adalah _Agent of Change_ 

Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis. Namun, kritisnya harus memberikan solusi yang menyentuh akar permasalahan. Bahwa akar permasalahannya adalah ketiadaan Islam dalam mengatur kehidupan manusia. Islam hanya diambil ketika ibadah saja, sedangkan untuk mengatur kehidupan manusia, justru mengambil hukum yang dibuat oleh segelintir orang yang ada di kursi kekuasaan. 

Sangat wajar kerusakan terus terjadi dan semakin beragam permasalahannya. Oleh karena itu, saatnya generasi muda atau mahasiswa melirik pada perubahan yang revolusioner dan komprehensif yang ditawarkan oleh sistem yang datang dari Pencipta kita yaitu Allah SWT. Sistem kehidupan inilah yang dikenal sebagai _hayaatul Islam_. 

Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan bahwa dengan sistem Islam lah kehidupan manusia akan sejahtera dan meniscayakan masa depan yang gemilang bukan suram dan gelap. 

Selain itu, mahasiswa harus bergabung dalam jamaah atau kelompok ideologis seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika pertama kali menyampaikan Islam di tengah masyarakat Quraisy pada saat itu. Berjuang sendirian takkan mampu dilakukan, justru lama-lama perjuangannya gembos akibat bebannya terlalu besar.

Adapun perjuangan Rasulullah ketika mengubah sistem kehidupan yang rusak (jahiliyah) menuju sistem Islam yang menerangi 1/3 dunia selama 1.400 tahun lamanya telah terungkap jelas dalam banyak kitab sirah. Inilah yang harus dicontoh oleh pemuda saat ini :

Pertama, awal perjuangan Rasulullah adalah dengan mendakwahkan Islam ke orang-orang terdekatnya. Kedua, segera setelah jumlah pengikutnya bertambah, Rasulullah melakukan pembinaan dan penguatan aqidah para shahabat sebagai satu kutlah/kelompok di Darul Arqam.
Ketiga, setelah tatsqif/pembinaan tersebut dijalankan selama 3 tahun, kualitas akidah dan syakhsiyyah (kepribadian) para sahabat begitu luar biasa, barulah dakwah dilakukan terang-terangan. Keempat, puncak kemenangan dakwah adalah berpindah/hijrahnya kaum muslimin dari peradaban gelap di Mekkah ke peradaban terang benderang oleh cahaya Islam di Madinah.

Jika kita mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-nya, maka wajib kita mengambil semua yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Sebab jika kita hanya mengaku cinta lewat lisan saja tanpa ada usaha untuk meraih cintanya, maka sia-sia kecintaan kita, sebab cinta membutuhkan pembuktian. Hal ini harus sejalan dengan cita-cita masuk surga dan mendapatkan syafaat Rasulullah. Dengan demikian, konsekuensi keimanan yang sesungguhnya adalah tunduk dan wajib terikat dengan syariat Islam secara keseluruhan, yang mana ia akan menjadi _nur_ (cahaya) kehidupan bagi semua orang.

Wallahu a'lam.


Share this article via

24 Shares

0 Comment