| 49 Views

Indonesia Gelap Gulita Indonesia Butuh Cahaya Islam Sebagai Solusi Tuntas

Oleh : Dewi Yuliani 

Lagi - lagi Indonesia menjadi sorotan sebagai negara yang penuh harapan masa depan kini menjadi kegelapan dan kegagalan masa depan bagi masyarakatnya serta para mahasiswa. Baru - baru ini ribuan mahasiswa padati patung kuda Aksi demo Indonesia Gelap yang dimotori oleh kalangan mahasiswa di berbagai daerah memberikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Sayangnya tuntutan yang ditawarkan sejatinya tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya bahkan ada yang menawarkan untuk kembali pada demokrasi kerakyatan.

Berita Nara sumber dikutib dari Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan mahasiswa dari sejumlah universitas memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta, untuk menggelar demonstrasi lanjutan dalam aksi yang bertajuk "Indonesia Gelap" pada Kamis (20/2) hari ini. Pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, mulanya puluhan mahasiswa telah tiba terlebih dahulu sekitar pukul 14.53 WIB. Mereka kemudian melakukan orasi untuk menyampaikan aspirasi. Kemudian, sekitar pukul 16.17 WIB ribuan mahasiswa dari ragam universitas tiba untuk bergabung dengan sejumlah mahasiswa yang telah tiba terlebih dahulu. Mereka tiba dengan dipimpin oleh satu mobil komando sambil berjalan beriringan dengan membentuk barikade manusia.

Aksi Indonesia Gelap merupakan luapan kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah. Aksi ini mengingatkan kita pada ramainya aksi Peringatan Darurat dengan logo Garuda biru yang terjadi pada Agustus tahun lalu. Kedua aksi ini dipelopori oleh kalangan mahasiswa dari berbagai kampus di seantero negeri. Era digital memudahkan para mahasiswa dari berbagai kota, bahkan pulau, untuk mengoordinasikan aksi serentak se-Indonesia.

Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Adinda Tenriangke Muchtar menyebut aksi Indonesia Gelap sebagai contoh aktivisme mahasiswa dan anak muda yang kreatif. Menurutnya, hal ini didorong oleh makin banyaknya platform digital yang mempermudah aktivisme, termasuk media sosial. Apalagi kini jaringan mahasiswa yang kritis telah tersebar di berbagai penjuru negeri, tidak hanya terpusat di Jakarta atau Jawa.

Dalam aksi Indonesia Gelap, mahasiswa mengaplikasikan konsep netizenship, yaitu peran aktif netizen dalam aktivitas politik dengan memanfaatkan internet, utamanya media sosial. Hal ini mengingatkan kita pada fenomena Arab Spring pada 2010 yang digerakkan melalui medsos hingga mampu mendorong rakyat turun ke jalan dengan dipimpin para pemuda.

Arab Spring mampu menggulingkan lima penguasa Arab, yaitu Zine El Abidine Ben Ali (Tunisia) , Hosni Mubarak (Mesir), Muammar Khadafi (Libya), Ali Abdullah Saleh (Yaman), dan Mohammed Morsi (Mesir). Sayang, Arab Spring kandas di tengah jalan. Meski terjadi pergantian penguasa, kesejahteraan yang rakyat cita-citakan masih jauh dari kenyataan. Diktator lama hanya diganti dengan diktator baru. Dominasi asing (AS dkk.) juga masih kukuh di negeri-negeri muslim.

Kondisi ini mirip dengan fenomena gerakan Reformasi di Indonesia pada 1998. Aksi mahasiswa saat itu berhasil menggulingkan rezim Orde Baru. Namun, ternyata rezim baru yang memerintah pada orde Reformasi tidak lebih baik dari Orde Baru. Setelah Reformasi, kesejahteraan yang diimpikan tidak kunjung terwujud, bahkan korupsi makin merajalela. Degradasi kondisi negara ini terus berlanjut hingga sekarang.

Kini, baru 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran berkuasa, kebijakannya sudah luar biasa zalim. Rakyat tidak henti-hentinya dikejutkan dengan kebijakan yang menyakiti mereka. Mulai dari rencana kenaikan PPN, kelangkaan LPG melon, polemik MBG, efisiensi anggaran yang banyak mengebiri layanan publik, kabinet gemoy, putusan ringan kasus korupsi timah, gurita korupsi Jiwasraya, pendirian Danantara, ormas dan kampus tarik tambang, kasus lagu “Bayar bayar bayar”, dan masih banyak lagi kebijakan yang membuat miris.

Perlu kita ketahui bersama bahwasannya penerapan sistem demokrasilah yang menjadi akar permasalahannya, sehingga khawatir nasib rakyat Indonesia di masa mendatang (Indonesia Gelap) Mahasiswa sudah seharusnya melek politik dan kritis namun juga harus bisa memberikan solusi yang benar. Dan solusi yang benar hanyalah solusi dari Islam.

Mahasiswa seharusnya menjadi agen perubahan untuk mengemban risalah Islam dengan mengoreksi penguasa atas spirit amar makruf nahi mungkar dan menyuarakan solusi Islam karena hanya dengan penerapan sistem Islam meniscayakan masa depan masyarakat gemilang bukan gelap atau suram.
Untuk itu, pemuda seharusnya bergabung bersama kelompok dakwah ideologis agar dapat mengawal perubahan sesuai contoh Rasulullah.

Sesungguhnya berbagai persoalan yang mendera umat bukan hanya sebuah kezaliman, tetapi merupakan sebuah kemungkaran. Kemungkaran adalah apa saja yang dinyatakan buruk dan haram oleh syariat Islam, seperti meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram. Kemungkaran harus diubah oleh umat Islam.

Dalam menghadapi kemungkaran tersebut, Rasulullah saw. telah memerintahkan untuk melakukan perubahan. Ini sebagaimana sabda beliau, “Siapa saja yang melihat kemungkaran, ia wajib mengubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka wajib dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka wajib dengan hatinya. Itu merupakan selemah-lemah iman.” (HR Muslim).

Arah perubahan tersebut telah digariskan oleh Allah Taala dalam QS Ali Imran ayat 104, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Wallahu'alam bishawab


Share this article via

27 Shares

0 Comment