| 347 Views

Idul Fitri bukan Garis Finish

Oleh :  Ummu Fikri

Pegiat Literasi

Idul Fitri 1445 H baru saja kita rayakan. Puncak arus mudik dan balik pun baru saja dilalui. Para pemudik saat ini mayoritas sudah kembali untuk melakukan aktivitas serti biasa. Beragam kisah dari keseruan, kebahagiaan dan kesumringahan merayakan Idul Fitri sudah terlewati pula. Momen yang setiap tahun terjadi setelah puasa dalam merayakan Idul Fitri pun menjadi cerita masing-masing.

Sebelum hari raya Idul Fitri atau biasa kita menyebutnya dengan lebaran, umat Islam diwajibkan  untuk berpuasa selama sebulan dengan tujuan agar menjadi pribadi yang bertakwa sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT, dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Pribadi la’allakum tattaquun yang dimaksud di akhir ayat tersebut adalah pribadi yang bertaqwa. Taqwa adalah pribadi yang takut kepada Allah, sehingga orang bertaqwa akan dengan keikhlasannya menjalankan perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. 

Ramadhan adalah bulan latihan, sebulan berpuasa menahan dari lapar dan haus, dan aktivitas yang dapat membatalkan puasa. Di bulan Ramadhan pun aktivitas tarawih, tadarus dan bersedekah menjadi pemandangan yang terlihat mewarnai. Masjid-masjid dihiasi dengan berbagai kegiatan keislaman yang kadang sengaja dibuat dan dilakukan di saat bulan Ramadhan. 

Allah memberikan pahala berlipat di bulan Ramadhan, tak tanggung-tanggung 700 kali lipat. Beli satu gratis satu saja banyak diburu, apalagi ini jika 700 kali. Sebagaimana Sabda Rosulullah SAW, dari Abi Hurairah RA bersabda: “ Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah Azza wa jalla berfirman: “Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan syahwatnya dan makannya karena-Ku.” (HR Muslim).  Hadist ini  dapat menjadi motivasi bagi semua orang beriman yang sangat tergiur oleh kebaikan Allah di bulan Ramadhan. 

Aktivitas terbaik yang banyak dilakukan banyak orang saat Ramadhan selain berpuasa diantaranya bersedekah dengan memberikan makanan bagi yang berbuka puasa, melakukan tarawih dan qiyamullail di malam hari,  beri’tikaf terutama di sepuluh terakhir bulan Ramadhan dan masih banyak aktivitas yang bernilai ibadah lainnya. aktivitas terbaik inilah yang seharusnya menjadi hal yang dapat kita teruskan saat bulan Ramadhan sudah berlalu. Jangan sampai  semua berakhir saat Idul Fitri tiba. Semua akan berlalu begitu saja, sehingga predikat menjadi orang bertaqwa malah jauh dari kita. 

Menjadi orang bertaqwa saat sekarang tidaklah mudah. Hidup mengharap ridho Allah sepertinya butuh perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Semisal untuk menghindari dosa riba yang jelas-jelas Allah telah melarang saja sungguh sulit. Aktivitas ekonomi di negara yang menerapkan sistem sekularisme tak lepas dari riba sehingga untuk menghindari dari debunya saja menjadi sulit. Belum lagi adanya kontradiktif antara aturan Allah dengan aturan yang dibuat manusia. Khamr dalam Islam jelas diharamkan, namun saat ini aturan yang dibuat  di negeri yang mayoritas penduduknya muslim pun hanya membatasi kadar dari minuman beralkohol yang beredar. Itu artinya  aturan dari Al-Kholik dapat dirubah oleh aturan manusia, padahal sebaik-baik pembuat hukum adalah Allah. 

Artinya kita masih harus berjuang dengan sekuat tenaga, agar hidup dalam keridhoan dan keberkahan Allah SWT. Ramadhan harusnya menjadi bulan latihan untuk sebelas bulan ke depan, dan idul fitri bukanlah finish dari pahala yang sudah kita lakukan. Semoga kebaikan dan keagungan Ramadhan akan menghiasi bulan-bulan selanjutnya. Wallahua’lam


Share this article via

90 Shares

0 Comment