| 88 Views
Himpitan Ekonomi Mematikan Peran Ibu

Oleh : Wakini
Aktivis Muslimah
Peran seorang ibu sangat mendorong tumbuh dan berkembangnya seorang anak, banyak orang-orang sukses terbentuk karena peran seorang ibu. Namun, Kesulitan ekonomi yang mendalam sering kali mengakibatkan hilangnya akal sehat dan naluri keibuan yang seharusnya mendasari keputusan dan tindakan seorang ibu. Dalam kondisi ekstrem, seperti ketika kebutuhan dasar tidak dapat terpenuhi, naluri keibuan yang seharusnya melindungi dan merawat anak bisa menjadi terabaikan. Ini terlihat dalam kasus di Medan, di mana seorang ibu terpaksa menjual bayi yang baru dilahirkannya untuk mendapatkan uang sebesar Rp 20 juta. Kasus ini mencerminkan dampak dari himpitan ekonomi yang sangat berat yang dapat mengarah pada keputusan ekstrem. (Metro Tempo, 2024).
Sementara itu, pemerintah terus mengeluarkan peraturan yang membuat kehidupan rakyat makin Tercekik. Setiap saat harus siap dengan naik turunnya harga BBM, harus antri di pom bensin, harus pusing dengan gas murah yang terus saja menghilang. Dan akibatnya, ibu pun menjadi ikut pontang-panting. Ini masih satu masalah saja, masalah ekonomi. Belum masalah sosial kemasyarakatan, Kesehatan, pendidikan,dinamika politik dan sebagainya. Semuanya membuat hidup semakin rumit bagi rakyat kecil. Parahnya, di saat suasana keimanan semakin tergerus karena sistem sekular liberal, rakyat terus digempur dengan permasalahan, masyarakat semakin materialistis, negara semakin abai, lagi-lagi rakyat kecil harus berpikir seribu kali untuk bisa sekadar bertahan hidup. Konsep rezeki dijamin Allah, iman kepada qadha dan qadar, yang baik dan buruk semua atas kehendak Allah, kewajiban memaksimalkan usaha dengan diiringi tawakal kepada Allah ta’ala sama sekali tak tergambar dalam benak rakyat dan tidak dijaga oleh penguasa negara. Negara sama sekali tak peduli nasib rakyatnya di akhiran kelak, menjadi urusan pribadi adalah dalihnya. Yang ada hanyalah rakyat sekuat tenaga bertahan hidup, tak heran bagi orang yang tidak punya kekuatan iman dan kejernihan akal, bunuh diri atau membunuh orang yang dalam tanggungan seolah menjadi peringan beban.
Sungguh peran utama dan mulia ibu tergerus arus kapitalisme liberal. Alangkah banyak persoalan hidup dipicu oleh persoalan ekonomi yang memang diciptakan oleh sistem bathil ini. Himpitan persoalan ekonomi begitu dalam hingga memicu stres berkepanjangan. Manusia pun berperilaku tak lazim. Sedikit masalah saja bisa menimbulkan pertengkaran bahkan pembunuhan. Alangkah banyak persolan manusia berujung pada pembunuhan. Sungguh krisis multidimensi berbuah krisis identitas. Manusia tak lagi berfikir normal, tindakan kriminal bermunculan akibat hilang kendali. Hawa nafsu akhirnya sebagai pemutus semua persoalan. Memang sistem sekuler kapitalisme telah merusak manusia. Karena solusi setiap perkara kembali pada hawa nafsu manusia.
sistem sekulerisme kapitalisme telah terbukti gagal memanusiakan manusia. Manusia sebagai makhluk mulia, karena dikaruniai akal nyatanya lebih hina daripada hewan, ketika dalam penerapan sekulerisme, kapitalisme. Hewan tak berakal saja sangat melindungi keturunannya. Bahkan mempertaruhkan nyawa demi menjaga nyawa anak-anaknya.
Memang benar sistem rusak memproduksi kerusakan. Manusia telah dirusak oleh sistem hidup yang melingkupinya. Ideologi sekuler kapitalisme terbukti mematikan rasa dan naluri seorang ibu.
Islam menempatkan ibu dengan posisi mulia dan bergengsi. Sebagai istri, ibu, dan pengemban dakwah.Sungguh Islam agama yang sempurna. Penerapan dalam satu aspek akan menguatkan semua sisi kehidupan lainnya. Seorang ibu memiliki amanah mulia. Sebagai istri, pengatur rumah tangga, pendidik bagi buah hati dan generasi. Juga peranan istimewa sebagai bagian masyarakat yang menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Hingga Allah sangat menjaga para ibu dengan sekumpulan hukum-hukumNya. Perempuan dalam bingkai penerapan Islam kaffah dalam khilafah secara fokus dapat menunaikan peran-perannya yang mulia. Perempuanpun hidup tenang bahagia sesuai fitrahnya.
Para ibu di dalam rumahnya saja sangat dilindungi oleh suaminya. Selain itu masyarakat dan negara berperan sangat menjaga dari segala marabahaya. Sehingga para ibu senantiasa terpelihara naluri keibuannya. Mereka sangat fokus menunaikan amanahnya yang mulia sebagai istri, ibu generasi, pengemban dakwah. Hanya dalam naungan Islam permasalahan multidimensi bisa terselesaikan.
Wallahu a'lam bishowwab