| 78 Views
Hari Guru Bertema : “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Benarkah?

Oleh : Azma Masroya
Aktivitas dakwah dan Pemerhati Kebijakan Publik
Semua sepakat bahwa sang pahlawan tanpa jasa saat ini tidak lain adalah seorang guru yang perlu digugu dan ditiru, karena dari merekalah terlahir anak bangsa yang tercerahkan dalam asuhannya.
Memperingati Hari Guru Nasional (HGN) tahun ini yang ke 30 mengangkat tema : "Guru Hebat, Indonesia Kuat". Sebuah harapan bahwa pendidikan di Indonesia akan lebih baik. Karena pada dasarnya gurulah yang menjadi titik kuat dalam dunia pendidikan walaupun berat karena dihadapkan dengan berbagai kebijakan dari berbagai bagian yang justru mempengaruhi dunia pendidikan.
Salah satunya sebuah kasus yang dilakukan oleh oknum guru K (54) yang melakukan tindakan cabul kepada anak didiknya kelas 2 SMP. (detikJabar. Selasa, 15 Okt 2024)
Semua terjadi tak lepas dari pengaruh pornografi yang masih terus beredar. Atau persoalan guru yang terlibat pinjol karena minimnya pendapatan, bagaimana mereka bisa fokus melakukan pendidikan jika masih dihadapkan dengan beban hidup mereka.
Guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Namun hari ini ada banyak persoalan yang terjadi pada guru. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya mendidik generasi anak muda sekarang.
Islam menghormati ilmu dan pembawanya, diantaranya adalah guru dan memberikan jaminan perlindungan terhadapnya serta peningkatan kualitas ilmunya, karena
Islam memandang generasi sebagai penerus bagi bangsa dan negara. Mereka adalah calon pemimpin masa depan untuk peradaban. Dalam hal ini. Islam memiliki konsep khusus untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam.
Dalam sistem Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai dasarnya. Karena dari penerapannya adalah untuk memuliakan manusia agar memiliki pola pikir dan sikap Islam. Bahkan membuat kurikulum sesuai dengan pandangan Islam, bukan dilihat dari sisi seberapa membutuhkannya atau dinilai dari akal pikiran untuk mengambil keputusan.
Contohnya, pada tingkat dasar anak-anak akan ditanamkan tentang akidah Islam agar paham mana yang benar dan salah. Pada tingkat tinggi, baru diberikan soal pendidikan yang mengandung hadharah. Ini agar pemahaman generasi dari hadharah yang bertentangan dengan Islam, dapat terjaga.
Konsep pembelajaran dalam Islam adalah lebih untuk diamalkan. Apa pun yang dipelajari, nantinya untuk diamalkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dari sini generasi akan selalu berpikir membuat karya untuk umat, bukan untuk kepuasan akal pribadi.
Begitu pula dengan para pendidiknya, penghargaan untuk mereka tidak sekadar dengan mengadakan Hari Guru memberikan hadiah. Bahkan bukan hanya membiarkan gelar ‘pahlawan tanpa tanda jasa’, melainkan akan memuliakan dan memberikan gaji yang senilai dengan kerjanya. Pada masa Umar bin Khaththab misalnya, gaji guru mencapai 15 dinar (1 dinar setara 4,25 gram emas).
Jadi, guru pun akan berupaya sebaik mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan menjalankan amanahnya dengan baik. Begitupun Islam juga mengajarkan murid untuk menghormati guru mereka.
Pada intinya, sistem pendidikan Islam merupakan bagian dari kesatuan sistem Islam yang wajib diterapkan. Dengan dukungan semua sistem Islam, generasi penerus akan terjaga dari segala kerusakan. Nyatanya generasi yang hebat dan kuat serta berkualitas ini dapat kita saksikan pada masa Kekhalifahan Islam yang pernah tegak selama berabad-abad silam.
Wallahu a'lam bishawab