| 393 Views

Hari Anak Nasional, Harapan Perubahan Yang Irasional

Oleh : Reni Susanti, S.AP
Pemerhati Kebijakan Publik

Tanggal 23 Juli 2024 ini ada peringatan Hari Anak Nasional. Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang ke-40. Setiap tahunnya ada tema yang berbeda-beda. Tema dipilih agar peringatan ini bisa difokuskan ke sejumlah tujuan dan persoalan.  Tema Hari Anak Nasional 2024 Melansir dari situs resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA), tema Hari Anak Nasional 2024 ini sama dengan tahun lalu yakni "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".(KOMPAS.com, 18/7/2024)

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengungkapkan, puncak perayaan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 akan digelar di Jayapura, Papua. Papua dipilih sebagai lokasi pelaksanaan agar kemeriahan perayaan HAN juga dapat dirasakan oleh anak-anak di daerah terpencil dan terluar. “Untuk Papua ini bagaimanapun juga, perhatian khusus harus kita berikan kepada anak-anak kita yang terluar. Papua itu adalah arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) dan Ibu Negara (Iriana Joko Widodo) untuk kami lakukan puncaknya di sana,” ujar Bintang kepada wartawan di Ancol, Jakarta Utara.(KOMPAS.com 18/7/2024)

Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dari tahun ke tahun sebenarnya tidaklah memberikan perubahan yang bermakna.Meskipun dengan tema yang menjanjikan tiap tahunnya. Hanyalah seremonial. Terbukti problem anak makin bertambah dan makin bervariasi. Seperti, banyak anak yang menjadi pelaku judol, pelecehan seksual, pembullyian, korban kekerasan, stunting, bahkan putus sekolah. Solusi yang diberikan pemerintah tidak menyentuh akar masalah. Tidaklah cukup hanya diperingati tiap tahun, namun butuh tindakan yang benar dan bijak.

Ada banyak faktor yang menyebabkan ‘nasib’ anak saat ini mengenaskan, akar permasalahan sebenarnya adalah sistem kehidupan sekuler kapitalis. Setidaknya ada 3 faktor yang disebabkan oleh sistem sekuler kapitalis terhadap rusaknya generasi :

Pertama, lemahnya peran keluarga dalam mendidik anak,akibat kurang ilmu membuat anak tidak memiliki akidah yang kuat sehingga mudah melakukan perbuatan-perbuatan amoral. Tak jarang orangtua menyerahkan sepenuhnya anak kepada sekolah karena sibuk mencari nafkah demi memenuhi kehidupan yang layak.

Kedua, sistem pendidikan yang membentuk generasi sekuler. Mulai dari kurikulum sekolah sampai pada program-program sekolah yang makin mejauhkan anak dari islam. Anak tidak diajarkan bagaimana benar salah sesuai standar syariat, seperti cara berpakaian yang benar, aturan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, berbicara yang baik / sopan santun. Maka tidak heran bila kejahatan anak banyak terjadi di sekolah.

Ketiga, sistem ekonomi yang gagal membuat rakyat sejahtera. Negara tidak menyediakan lapangan pekerjaan bagi orangtua. Negara juga tidak bertanggungjawab terhadap pendidikan rakyatnya. Untuk mendapatkan sekolah yang berkualitas sangatlah mahal. Sehingga memaksa kedua orangtua harus bekerja banting tulang yang membuat lupa peran mereka mendidik anak dirumah.

Jaminan Islam terhadap Hak Anak

Islam memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban. Dalam Islam, pendidikan adalah kebutuhan dasar bagi anak, dan itu menjadi tanggungjawab negara. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan anak dalam berbagai aspek.

Negara akan mengembalikan fungsi dan peran keluarga, peran ibu menjadi ummun warabatul bait. Ayah sebagai pencari nafkah dengan pekerjaan layak yang dijamin negara. Negara memberikan fasilitas sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang layak dan grastis. Keluarga tidak perlu lagi pusing memikirkan beban kehidupan. Sehingga peran dalam mendidik anak dirumah maksimal, tentu saja sesuai dengan syariat islam.

Selain itu, negara juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang membentuk generasi berkepribadian Islam. Islam pernah mencetak ilmuan-ilmuan hebat yang ilmunya bermanfaat hingga kini. Mereka lahir dari sistem pendidikan dalam negara Islam. Ilmu yang diberikan bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk kepentingan umat.

Oleh karena itu, tidak ada harapan untuk generasi pembangun peradaban dalam sistem sekuler kapitalis. Satu-satu harapan hanya kepada Islam. Dengan menegakkan kembali daulah islamiyah.

Allahu a’lam.


Share this article via

108 Shares

0 Comment