| 376 Views

Harga Tiket Pesawat Naik, Membuat Panik

Oleh : Yayan Ummu Nizam

Sebanyak 7 Maskapai Republik Indonesia (RI) mendapatkan imbauan untuk tidak membuat harga tiket pesawat 'meledak' pada periode mudik Lebaran tahun 2024. Maskapai tersebut antara lain PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia, PT Sriwijaya Air, PT Nam Air, PT Batik Air, PT Lion Mentari, dan PT Wings Abadi. 

Maskapai diminta untuk melapor terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menaikkan harga tiket kepada konsumen. Maskapai diminta untuk tidak membuat harga tiket pesawat mahal tanpa alasan rasional. Adapun, hal tersebut mengacu pada Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 1811 K/Pdt.Sus-KPPU/2022 pada 2023. Hal itu disampaikan oleh Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Franshurullah Asa. Dalam siaran pers. (16/3/2024). Dikutip dari cnbc.Indonesia.com.

Sudah mafhum bahwa sistem yang menguasai saat ini adalah sistem kapitalisme. Dalam sistem kapitalisme, pertumbuhan ekonomi dan keuntungan materi menjadi tujuan utama. Bisnis bertujuan untuk mencapai laba yang maksimal bagi pemiliknya, tanpa memperhatikan dampaknya secara agama dan sosial.

Salah satu karakteristik utama kapitalisme adalah fokus pada keuntungan materi. Setiap bisnis berupaya untuk memaksimalkan pendapatan dan meraih laba yang setinggi-tingginya. Dalam prosesnya, para pemilik bisnis seringkali terjerat dalam pola pikir materialistik. Dimana hal-hal yang berkenaan dengan keuangan/materi dianggap sebagai ukuran kesuksesan utama dan pemenuhan materi menjadi tujuan utama. 

Dengan fokusnya kepada keuntungan materi, dalam kapitalisme sangat memungkinkan menghasilkan praktik bisnis yang tidak syar'i. Persaingan yang ketat dalam berbisnis mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak adil. Seperti menaikkan harga tiba-tiba, manipulasi harga, penipuan konsumen dan sebagainya. 

Berbeda dengan sistem islam, islam mengajarkan pentingnya keterikatan terhadap hukum syara dalam berbisnis. Konsep keadilan islam mewajibkan pemilik bisnis untuk memperlakukan semua dengan adil. Diantaranya karyawanya, konsumenya, dan mitra bisnis lainya.

Islam mendorong pengusaha muslim untuk mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari keputusan bisnis mereka. Serta bertanggung jawab atas tindakan-tindakan tersebut yang merupakan nilai-nilai insaniah (kemanusiaan). Nilai-nilai ini sendiri sebenarnya adalah dampak sertaan dari penerapan syariat islam yang sebagaimana diketahui penerapan syariat islam pasti menghasilkan maslahat. 

Rasulullah Sallahu'alaihi Wasallam bersabda:
"Surga diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan dan neraka diliputi syahwat".
(HR Tirmidzi). 

Hadis diatas menunjukkan bahwa untuk taat kepada syariat perlu perjuangan, kesungguhan serta pengorbanan. Karena menggapai jalan takwa bukan jalan yang mudah penuh dengan godaan, rintangan, dan hambatan. 

Oleh karena itu, dalam islam keuntungan materi bukan satu-satunya motivasi dalam berbisnis. Bisnis bukanlah sekedar urusan pemenuhan kebutuhan dunia tetapi juga akhirat. Urusan bisnis bisa membuat tercebur keneraka tetapi bisa juga menjadi sebab dimasukan kedalam surga. 

Wallahu'alam bishahwwab.


Share this article via

105 Shares

0 Comment