| 15 Views
Generasi Dihantui Pengangguran Massal, Hanya Islam Satu Satunya Solusi Tuntas

Oleh : Dewi yuliani
IMF melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara peringkat 1 dengan tingkat pengagguran tertinggi se-ASEAN pada tahun 2024. Makin banyak lulusan universitas (sarjana dan diploma) di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran.
Jakarta, CNBC Indonesia - Gelar sarjana dulu dipuja, dianggap sebagai pintu menuju masa depan cerah. Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Makin banyak lulusan universitas di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran, menunggu tanpa kepastian, di tengah pasar kerja yang kian selektif dan jenuh.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren yang mencemaskan. Pada 2014, jumlah penganggur bergelar sarjana tercatat sebanyak 495.143 orang. Angka ini melonjak drastis menjadi 981.203 orang pada 2020, dan meski sempat turun menjadi 842.378 orang di 2024, jumlah tersebut tetap tergolong tinggi. Ditambah lagi lonjakan terbesar terjadi saat pandemi Covid-19 menerjang. Dunia kerja nyaris lumpuh, rekrutmen dibekukan, dan ribuan lulusan baru terpaksa memulai karier mereka di tengah krisis global. Namun masalahnya jauh lebih dalam dari sekadar pandemi.
Apalagi angka PHK yang dilaporkan resmi mungkin tidak mencakup seluruh kasus yang terjadi, terutama di sektor informal. Tambahan lagi dengan budaya asal bapak senang (ABS) yang masih menjangkiti negeri kita. Demi mengambil hati atasan, apapun bisa dimanipulasi, termasuk data pengangguran.
Wajar jika akhirnya berbagai klaim lain ikut bermunculan, mulai dari Bank Emas yang katanya akan membuka lapangan pekerjaan tetapi sama sekali tidak terbukti, hingga program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang katanya mampu menyerap banyak tenaga kerja tetapi jauh panggang dari api. Termasuk juga Danantara yang diklaim bakal mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi nyatanya hanya mendorong efisiensi tanpa kendali. Sungguh selama kondisi ini terus berlanjut, angka pengangguran akan melonjak tanpa ada solusi yang tepat.
Namun bisa kita lihat di lapangan banyaknya sarjana yang akhirnya terpaksa bekerja di sektor informal sebagai supir, pramukantor, pengasuh bayi hingga pembantu rumah tangga cukup menjadi bukti bahwa masalah utamanya bukan soal skill dan rendahnya daya juang. Melainkan karena lapangan pekerjaannya memang tidak ada. Kalaupun pekerjaan itu ada, jumlahnya sangat tidak berimbang dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Tidak bisa dimungkiri skill pencari kerja memang menjadi faktor penyebab terjadinya pengangguran, tetapi jelas itu hanya masalah di permukaan yang sifatnya personal. Buktinya, meski pemerintah ramai menggelar pelatihan vokasi, angka pengangguran terus saja meningkat. Belum lagi angka pengangguran di kalangan lulusan SMK yang katanya siap kerja. Faktanya, angka pengangguran dari kalangan lulusan SMK justru lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMA.
Penerapan sistem ekonomi kapitalisme itulah akar masalah sejati maraknya pengangguran. Kapitalisme tidak mampu menyediakan kesempatan kerja yang layak dan merata bagi seluruh rakyat.Penerapan Kapitalisme adalah penyebab masalah pengangguran. Negara kapitalistik hanya bertindak sebagai regulator yang mementingkan korporat, tidak menjamin kesejahteraan rakyatnya, serta tidak menjamin terbukanya lapangan pekerjaan. Alhasil terjadi kesenjangan antara lapangan pekerjaan dan pencari kerja. Negara malah menyerahkan tanggung jawab membuka lapangan kerja pada pihak swasta/korporasi melalui dengan membuka investasi sebesar-besarnya dan pengelolaan SDA pada swasta.
Berbeda halnya didalam sistem Islam, negara adalah raa'in (pengurus rakyat). Sehingga, dalam penerapan sistem Islam, negara tidak berlepas tangan, dia akan menjamin kesejahteraan rakyatnya dan membuka lapangan kerja. Negara Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu membuka lapangan kerja bagi rakyat secara memadai. Khilafah akan melakukan pengelolaan SDA secara mandiri dan haram diserahkan kepada swasta apalagi asing. Sehingga, negara akan mampu membuka lapangan pekerjaan dari sektor industri dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Wallahu'alam bishawab