| 216 Views

Gencatan Senjata Bukan Solusi Hakiki Masalah Palestina

Oleh : Mila Ummu Azzam

Kegembiraan dan kebahagiaan sedang meliputi umat muslim di Palestina. Pasalnya gencatan senjata atas konflik dan genosida yang selama ini terjadi resmi disahkan. Kesepakatan yang dimediasi Qatar ini bertujuan untuk melunakkan konflik di Gaza yang telah berlangsung selama 15 bulan. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang, Israel telah melakukan aksi genosida besar-besaran yang merenggut lebih dari 46.700 nyawa warga Palestina.

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah resmi dilakukan pada Minggu (19-01-2025). Perjanjian gencatan senjata sendiri akan berlangsung dalam tiga tahap. Secara rinci, fase gencatan senjata pertama  selama 42 hari, pertukaran dan pembebasan  sandera antara kedua belah pihak. Termasuk perempuan sipil dan rekrutan perempuan, serta anak-anak, orang tua, serta warga sipil yang sakit dan terluka.

Pada tahap pertama ini, pasukan Israel akan mundur dari Gaza namun tetap ditempatkan di perbatasannya untuk memungkinkan pertukaran tahanan. Termasuk pula pertukaran jenazah dan pemulangan orang-orang terlantar ke tempat tinggal mereka. Mediator bersama Qatar, AS, dan Mesir akan memantau kesepakatan gencatan senjata melalui badan yang berpusat di Kairo.

Tahap kedua berlangsung 42 hari, dengan beberapa rencana seperti deklarasi "gencatan senjata berkelanjutan". Lalu Hamas membebaskan sandera laki-laki yang tersisa (tentara dan warga sipil) dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza. Dan tahap tiga, Israel dan Hamas akan saling bertukar jenazah sandera yang menjadi korban. Tahap 3 juga termasuk pelaksanaan rencana rekonstruksi di Gaza, serta membuka kembali penyeberangan perbatasan untuk pergerakan masuk dan keluar Gaza.

Di sisi lain, Netanyahu mengaku mendapat jaminan dari Presiden terpilih AS Donald Trump dan Presiden AS Joe Biden yang mendukung serangan lanjutan Israel jika perundingan gencatan senjata tahap kedua gagal, menurut laporan surat kabar Yediot Ahronot. "Kami telah menerima jaminan tegas dari kedua presiden, Biden dan Trump, bahwa jika negosiasi pada perjanjian tahap kedua gagal dan Hamas tidak menerima tuntutan keamanan kami, kami akan kembali melakukan pertempuran sengit dengan dukungan AS," kata Netanyahu.

Memang untuk semetara waktu rakyat Gaza dapat bernafas lega, tapi juga tetap harus waspada mengingat zion*s yahudi adalah kaum yang selalu ingkar janji. Nyatanya, selang satu hari setelah kesepakatan gencatan senjata, zion*s yahudi melanggar perjanjian tersebut. Kantor berita Anadolu mengabarkan, setelah pembebasan 90 tahanan Palestina, tentara zion*s menyerbu pemukiman warga dan menangkap puluhan warga di Tepi Barat termasuk anak-anak. Hingga menimbulkan bentrokan baru di wilayah Azzun.

Bukan hanya itu, tentara zion*s juga melanggar zona penyangga di sepanjang perbatasan Rafah melebihi batas yang ditetapkan dalam perjanjian, yaitu 700 meter dari wilayah perbatasan.

Sejatinya gencatan senjata bukanlah solusi atas penderitaan yang telah dialami rakyat Gaza. Gencatan senjata tak akan mengubah apapun. Masih banyak warga yang menderita kelaparan dan masih ada warga yang dibunuh. Bertahannya rakyat Gaza dikarenakan keteguhan dan keimanan mereka yang memang patut di acungi jempol yang hingga saat ini mampu bertahan dari penyiksaan. Palestina tidak butuh hanya sekedar gencatan senjata, tetapi pembebasan total dari penjajahan zion*s yahudi yang terus merampas tanah dan hak-hak rakyatnya.

Gencatan senjata merupakan solusi sementara yang ditawarkan, hal ini bisa dijadikan jeda bagi musuh untuk memperkuat posisinya. Seharusnya kita sebagai umat muslim sadar bahwa masalah Palestina bukanlah masalah bangsa mereka dan masalah bangsa Arab saja, tapi ini adalah masalah seluruh umat muslim seluruh dunia yang telah di pecah belah menjadi nation state. Kita semua punya kewajiban bersama membebaskan Palestina sekaligus melawan penjajah zion*s yahudi dan antek-anteknya. Mengusir dan mengeluarkan mereka dari negeri muslim.

Solusi hakiki hanya jihad dan khilafah. Untuk menjalankan jihad diperlukan seruan dari seorang khalifah yang mampu menggerakkan seluruh tentara kaum muslim untuk melawan musuh. Umat harus menyakini kemenangan adalah milik umat Islam dan pujian hanya milik Allah. Kemenangan akan datang atas pertolongan Allah. Oleh karena itu jalan perjuangan wajib sesuai tuntunan Allah, tidak menyerahkan urusan pada musuh-musuh Allah.

Dengan adanya khilafah akan menjadi perisai bagi umat islam. Khilafah yang dulu pernah membebaskan Palestina dari zalimnya pemerintahan Imperium Romawi. Saat itu, khalifah Umar bin Khatthab memerintahkan pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid, Amru bin Ash dan Abu Ubaidah ra. untuk membebaskan Palestina dan mengesahkan perjanjian Umariyah. Untuk itu, umat islam harus bersatu dan berjuang mewujudkan solusi hakiki, yaitu jihad dan khilafah.

Wallahu'alam bishawab.


Share this article via

80 Shares

0 Comment