| 664 Views
Gen Z di Tangan Kapitalisme, Akankah Terwujud Generasi Sahih?

Oleh : Yuliana, S.E.
Angka pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) di Indonesia telah mencapai titik kritikal, yaitu sebanyak 9,9 juta orang (22/10/2024). Ini berarti sekitar 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun masih belum memiliki pekerjaan stabil.
Fenomena ini menimbulkan perdebatan apakah mereka adalah korban ekonomi atau beban bagi negara.
Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z meliputi:
- Kesenjangan Keterampilan
Kurikulum sekolah-sekolah masih fokus pada teori, sehingga lulusan SMA/SMK seringkali tidak memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh industri saat ini.
- Biaya Pendidikan Tinggi
Biaya pendidikan tinggi menjadi penghalang bagi banyak generasi muda untuk melanjutkan studi lebih lanjut, sehingga mereka harus memilih antara mencari kerja atau melanjutkan kuliah.
- Perubahan Ekonomi dan Teknologi
Perubahan ekonomi dan teknologi yang cepat menuntut keterampilan baru yang belum sepenuhnya terintegrasi dalam kurikulum pendidikan tradisional.
- Dampak Pandemi Covid-19
Pandemi telah mengurangi kesempatan kerja dan membuat banyak perusahaan melakukan pemecatan atau penghentian perekrutan, sehingga para pelamar masih sulit mendapatkan pekerjaan.
Dampak Pengangguran Struktural
Angka pengangguran struktural ini memiliki dampak signifikan baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Beberapa konsekuensi utama termasuk:
- Masalah Kesehatan Mental
Ketidakaktifan sosial dan profesional dapat menyebabkan stres dan masalah kesehatan mental lainnya di kalangan anak muda. Potensi Hilangnya Generasi Produktif.
Jika tidak ditangani, Indonesia bisa kehilangan potensi dari generasi muda yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi di masa depan.
Solusi Strategis
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang komprehensif, seperti:
- Meningkatkan kualitas pendidikan dengan fokus pada keterampilan praktis yang relevan dengan industri kontemporer.
- Menyediakan akses pendidikan yang lebih terjangkau melalui beasiswa dan program bantuan.
- Mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja yang dinamis.
- Meningkatkan kesadaran tentang peluang kerja dan pendidikan di kalangan generasi muda melalui kampanye informasi yang efektif.
Dengan pendekatan yang tepat, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Generasi Z dan Indonesia secara keseluruhan.
Negara harus bersiap untuk memberikan dukungan yang lebih kuat kepada lapisan muda agar mereka dapat berkembang sebagai sumber daya manusia yang produktif dan tangguh dalam era digital saat ini. RADAR JOGJA, 23 Oktober 2024
Jejak sekulerisme pada Gen Z
Sekularisme menjauhkan gen Z dari perubahan hakiki dengan Islam kaffah, padahal hanya dengan sistem Islam generasi dan umat manusia akan selamat. Untuk itu, gen Z membutuhkan adanya partai yang akan membina Gen Z secara shahih yang mendorong terbentuknya gen Z berkepribadian Islam, yang akan membela Islam dan membangun peradaban islam
Ada banyak persoalan yang dihadapi Gen Z (UKT mahal, pengangguran, Gangguan mental dll). sebagai dampak dari sistem kapitalisme yang banyak melahirkan aturan rusak. Di sisi lain hari ini Gen Z terjebak dalam gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, konsumerisme, hedonism. Sebenarnya Gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan, termasuk membangun sistem kehidupan yang shahih.
Namun, sayang seribu kali sayang, bukan membangun kehidupan yang shahih yang mereka bina akan tetapi kehidupan yang salahlah yang mereka jalani.Remaja masa kini tergila-gila pada artis kafir, tapi tak kenal dengan Nabi mereka. Hidup penuh dengan hura-hura, style pakaian ikut gaya Korea.
Gen Z digiring oleh kapitalis dengan pemahaman bahwa kehidupan itu adalah materi. Jadi apapun yang bisa menghasilkan uang itu sah-sah saja. Remaja disajikan dengan berbagai aplikasi media sosial. Tanpa benteng dan ilmu dan hukum syari'at, mereka menggunakan dengan mengikuti naluri dan nafsu belaka.
Banyak Gen Z menggunakan media sebagai menyalurkan kesenangan semata. Berselancar di dunia maya, menggunggah foto video tanpa menutup aurat sesuai syari'at. Berjoget-joget di tik tok, memamerkan aurat tanpa rasa berdosa tapi dengan rasa bangga. Namun tahukah mereka itu dosa? Dosa jariyah yang akan terus mengalir kepada mereka sampai mereka mati? Na'uzubillah.
Hal ini tentu tidak bisa lepas dari tanggung jawab pemimpin. Karena pemimpin seharusnya membimbing dan membina anak-anak dengan syari'at bukan malah membiarkan mereka berkembang dengan ketidaktahuan mereka akan hukum-hukum dalam agamanya sendiri.
Di sistem kapitalisme ini, pacaran itu hukumnya boleh dan sah-sah saja asal pandai jaga diri. Karena minimnya pengetahuan para orangtua tentang hukum Islam, mereka merasa khawatir kalau anak mereka tidak memiliki pacar. Orangtua seharusnya sebagai madratsah utama bagi anak, tapi justru mereka pula yang menjerumuskan anak-anak mereka ke lubang kemaksiatan.
Dalam hal ini, tidak bisa lepas dari peran pemimpin. Tugas pemimpin adalah menjadi ra'in bagi rakyatnya, membimbing rakyatnya dengan hukum-hukum Allah. Bukan justru Allah disembah, aturannya dibuang macam sampah.
Banyaknya remaja yang putus sekolah karena biaya pendidikan mahal. Siswa putus sekolah karena tidak mampu bayar SPP, seperti kasus yang viral baru-baru ini siswa dikembalikan pihak sekolah karena belum bayar SPP selama tiga bulan, di mana pemimpin negeri ini sebagai junnah bagi rakyatnya.
Banyak siswa yang harus menelan pahitnya kehidupan, karena orangtua tak mampu melanjutkan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi karena UKT terlalu tinggi. Banyak juga generasi yang jadi pengngguran karena sulitnya mencari kerja di negeri tercinta ini.
Dari fakta yang dipaparkan ada sektar 9,9 juta orang yang mengnggur di nergeri yang kaya akan sumber daya alam ini. Kalau kita pikir kenapa negeri yang kaya masih banyak generasinya jadi pengnggur. Ini tak lain disebebkan oleh tatanan kekuasaan negeri ini dikuasai oleh oligarki dan pemilik modal.
Tak heran hal ini terjadi di negeri yang menganut sistem kapitalisme, karena kapitalisme itu sendiri berasal dari kata kapital yakni bermakna modal. Jadi jelas sekali kalau negeri ini dikuasai oleh pemilik modal. Rakyat hanya sebagai penonton dengan pemikiran yang telah difahamkan oleh sistem itu sendiri bahwa kehidupan rakyat merupakan tanggung jawab diri mereka sendiri. Mau kerja cari sendiri, mau makan, pendidikan dan kebutuhan lainnya bukan tanggung jawab mereka. Kapan mereka mencari rakyat, ketika mereka butuh suara saat pemilihan.
Banyak remaja yang sakit mentalnya. Suka membuli sesama mereka, melawan pada orangtua, melawan guru, main game online, judi online, narkoba, memperkosa, membunuh, memperkosa ibu kandung, membunuh orangtua kandung, dll. Inilah bukti bahwa gagalnya kapitalisme meriayah rakyat.
Dengan mental yang sakit, sudah tentu menutup peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dalam kehidupan. Hal ini disebabkan ketika melakukan kejahatan mereka sudah mendapat gelar baru yakni narapidana. Sehinggamasa depan lenyap ditelan bumi.
Mari kita berfikir, ajak yang lain juga mikir, apakah ada sistem yang lebih baik dari sistem Islam dalam meriayah rakyat?
Islam itu sistem yang sempurna untuk menyempurnakan hidup dan kehidupan.
Dalam Islam, pendidikan rakyat merupakan tanggungjawab pemerintah. Berat tanggung jawab pemimpin di akhirat kelak, jika tidak menjalankan amanahnya sebagai pemimpin sesuai dengan perintah Allah. Setiap inci kebijakan, keputusan, keadilan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah di yaumil akhir nantik.
Dalam Islam pemimpin dan kekuasaan memanglah sangat penting untuk kemaslahatan rakyat dan sebagai penolong agama Allah. Bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Seperti yang tertcamtum dalam Al Qura surah Al Isro’ ayat 80 yang berarti:
“dan katakanlah Muhammad, ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Mu kekuasaan yang dapat menolongku.”
Dalam Islam amanah sebagai pemimpin sangatlah berat, selain bertanggungjawab terhadap rakyat di dunia juga mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di akhirat kelak. Jika selama kepemimpinannya rakyat banyak menderita, tidak mendapat keadilan dalam hukum, hukum yang dijalankan bukan bersumber dari hukum Islam, maka bersiaplah kelak akan berurusan dengan Allah azza wajalla.
Dalam sistem Islam negara akan menjamin lapangan kerja bagi rakyatnya. Negara akan menyediakan lapangan kerja bagi kepala keluarga, tidak boleh ada kesenjangan sosial dalam rakyat, tidaka akan ada namanya kasta yang kaya semakin kaya yang miskin semakin melarat. Dalam Islam setiap rakyat akan medapat perlakuan yang sama, kesejahtraan yang sama pula.
Generasi muda akan dibina menjadi generasi yang sahih, cerdas, tangguh dan bermental baja. Anak-anak muda akan ditanamkan jiwa yang kokoh tidak rapuh apa lagi cengeng, mereka akan dididik dengan ilmu dunia dan akhirat. Pemuda yang menguasai ilmu yang Allah kirimkan di dalam Alquran, menjalankan kewajiban berpolitik politik Islam yang dipelopori oleh Rasulullah, menguasai hukum-hukum ekonomi dan menerapkan sistem ekonomi Islam. Menerapkan semua aspek kehidupan yang sesuai dengan tatanan Islam.
Wahai penguasa, kembalikan generasi muslim kepada Islam!
Wallaahu a’lam