| 130 Views

Gaza Terancam Kehilangan Generasi

Oleh : Arni Suwarni
Aktivis Dakwah

Di tengah langit yang kelam dan bintang-bintang yang berkilauan, terhampar kisah tragis tentang generasi yang hilang di Palestina. Konflik berkepanjangan telah merenggut masa depan anak-anak, mengubur harapan di bawah reruntuhan dan ketidakpastian. Dengan lebih dari 600.000 anak terpaksa putus sekolah dan banyak yang tak terselamatkan, ancaman kehilangan generasi ini semakin nyata. Di balik setiap angka, terdapat cerita pilu dari anak-anak yang mendambakan kedamaian dan masa depan yang lebih baik. Inilah saatnya untuk mendengarkan suara mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka yang terabaikan.

Sebuah video menunjukkan puluhan anak belajar di tenda pengungsian yang sempit. Mereka duduk berdesakan di atas tikar tipis, menggunakan perlengkapan sederhana untuk mempelajari bahasa Arab, Matematika, dan Sains di Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah. Sedangkan anak-anak lainnya belajar di luar tenda karena ruang terbatas. Beberapa duduk di kursi sederhana, sementara yang lain di tanah. Guru mengajar dengan papan tulis dan semangat mereka untuk belajar terlihat sangat luar biasa. Video tersebut telah menggambarkan situasi di Gaza, di mana anak-anak terancam kehilangan generasi karena penghancuran sekolah oleh Israel.

Pada 11 Januari 2025, serangan Israel menghancurkan Sekolah Halwa di Jabalia, menewaskan delapan orang, termasuk dua anak. Sekolah tersebut juga menjadi tempat penampungan bagi ribuan pengungsi. Israel mengeklaim serangan ditujukan untuk Hamas.

Kemudian pada 11 September 2024, Israel melancarkan serangan terhadap Sekolah Al-Jawni yang dikelola PBB di Gaza, hingga mengakibatkan 18 orang tewas, termasuk enam staf UNRWA. Serangan ini memicu kecaman Internasional karena menargetkan fasilitas yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi pengungsi. Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan militan Hamas, tetapi banyak korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. 

Kelas darurat di pengungsian adalah upaya masyarakat Muslim Palestina untuk mendidik generasi muda. PBB melaporkan bahwa setengah dari anak-anak usia sekolah di Gaza telah kehilangan dua tahun pendidikan formal. UNRWA memperingatkan bahwa konflik dapat mengakibatkan kemunduran pendidikan hingga lima tahun, dan menimbulkan kekhawatiran tentang "generasi yang hilang" akibat trauma dan keterbatasan.

Serangan Zionis terhadap Gaza telah menghalangi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan, yang esensial untuk membangun masa depan mereka. Ironisnya, dunia dan Organisasi Internasional seperti PBB, OKI, dan Liga Arab tampak acuh meski menyaksikan banyaknya korban dan kerusakan pada fasilitas pendidikan di Palestina. Tidak ada tindakan militer dari negara atau Lembaga Internasional untuk menghentikan penghancuran sekolah-sekolah oleh Israel.

Ketika sekolah yang dikelola PBB dibombardir oleh Israel, juru bicara PBB Stephane Dujarric, hanya mengeluarkan kecaman terhadap serangan yang menargetkan warga sipil dan fasilitas PBB. Dan dalam beberapa hari setelahnya, Israel kembali menyerang sekolah-sekolah, menunjukkan ketidakpedulian dunia terhadap masa depan peradaban Palestina dan Islam. 

Sekitar 46.537 Muslim Palestina tewas akibat genosida yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Kematian ini dianggap hanya angka oleh dunia yang dikuasai ideologi sekular kapitalisme. Barat terus membela Zionis dengan narasi menyesatkan, seperti klaim bahwa mereka hanya membela diri dari serangan Hamas, serta mitos tentang tanah yang dijanjikan untuk bangsa Yahudi. Dengan menggunakan narasi yang tidak benar dan klaim yang penuh kebohongan, Barat mengusulkan solusi dua negara yang membagi wilayah Palestina. Satu bagian yang luas diberikan kepada Zionis Yahudi, sementara bagian yang kecil disisakan untuk pemilik asli, yaitu Muslim Palestina. Barat kemudian mendorong dunia untuk mengakui solusi tersebut sebagai jalan keluar atas masalah Palestina. Sementara itu, mereka mengabaikan banyaknya korban di pihak Palestina, terutama di kalangan anak-anak.

Inilah keadaan umat Islam yang tidak memiliki Junnah (Perisai). Muslim Palestina terisolasi tanpa perlindungan, sementara umat Islam lainnya tidak mampu berjihad untuk mendukung saudara-saudara mereka di Palestina. Hal ini disebabkan oleh nasionalisme yang telah membelenggu negara-negara Muslim, sehingga mereka melihat masalah Palestina sebagai persoalan internal yang harus diselesaikan oleh umat Muslim di sana sendiri.

Akar masalah di Palestina terletak pada pendudukan oleh Zionis Yahudi. Masa depan anak-anak Palestina hanya dapat terjamin jika Zionis Yahudi diusir dari wilayah tersebut. Namun, tantangan ini kompleks karena dukungan yang diterima Zionis dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat.

Oleh karena itu, diperlukan jihad yang diorganisir oleh seorang Khalifah yang melindungi seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya” (HR. Muttafaqun ’Alaih).

Saat ini tentara Muslim di seluruh dunia menunggu perintah jihad dari seorang Khalifah. Di mana perintah jihad hanya bisa kita dapatkan dari penerapan syariat Islam oleh suatu negara, yakni Daulah Khilafah. Mengingat jumlah tentara Muslim di seluruh dunia sangat besar, ditambah dengan persenjataan yang signifikan. Bahkan gabungan tentara Muslim di Timur Tengah saja lebih dari cukup untuk mengalahkan Zionis Yahudi, terlebih jika ditambah dengan pasukan Muslim dari wilayah lain.

Khilafah membela jiwa umat Muslim termasuk perempuan dan anak-anak. Karena jiwa seorang Muslim berharga dalam pandangan Islam.

Rasulullah SAW bersabda : “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455).

Khilafah akan menjadikan pembebasan Palestina sebagai salah satu agenda utamanya. Dengan mengirimkan tentara lengkap, Khilafah berkomitmen untuk mengalahkan Zionis Yahudi dan menolak solusi dua negara yang ditawarkan oleh AS. Sebagai pengganti, Khilafah akan mengerahkan kekuatan untuk jihad demi membebaskan Palestina sesuai dengan perintah Allah dalam Qur'an surah Al-Anfal ayat 60 :

"Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi"

Khilafah akan mengembalikan hak tanah milik Muslim Palestina dan membangun negeri tersebut agar warganya dapat hidup aman dan nyaman. Selain itu, Khilafah juga akan menyediakan pendidikan berkualitas dan gratis untuk mencetak generasi berkepribadian Islam. Karena suatu kewajiban bagi Negara untuk memastikan setiap warga negaranya mendapatkan akses pendidikan secara gratis dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melanjutkan pendidikan tinggi dengan menyediakan fasilitas yang optimal. Seperti mendirikan sekolah lengkap dengan laboratorium, perpustakaan, dan asrama untuk mendukung pendidikan. Selain itu, Khilafah juga akan menyediakan guru dan staf untuk memastikan setiap anak mendapatkan haknya dalam menuntut ilmu.

sebagaimana amanat Rasulullah SAW : “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR Ibnu Majah no.224).

Dengan perlindungan dari negara Khilafah, anak-anak Palestina akan bisa belajar dengan aman dan bahagia setelah penjajahan berakhir. Dan pastinya mereka akan mempunyai masa depan yang cemerlang sebagai generasi muslim yang membangun peradaban Islam nantinya.

Wallahu A'lam Bishawab


Share this article via

148 Shares

0 Comment