| 14 Views
Fenomena Inses: Cermin Buram dari Sistem Sekuler Kapitalistik

Oleh : Wanti Ummu Nazba
Dikutip dari Republika.co.id, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mendesak aparat penegak hukum untuk menyelidiki grup Facebook bernama "fantasi sedarah" karena memuat konten yang mengarah pada eksploitasi seksual dan telah menimbulkan keresahan di masyarakat.
Menurut Sekretaris Kemen PPPA, Titi Eko Rahayu, jika ditemukan pelanggaran hukum, aparat wajib menindak tegas demi menimbulkan efek jera serta menjaga masyarakat dari pengaruh buruk. Grup semacam ini masuk dalam kategori pornografi yang menyimpang dan berpotensi merusak tatanan sosial.
Fenomena inses yang mengemuka belakangan ini sungguh memprihatinkan. Di Medan, Sumatera Utara, seorang pria berinisial R (24) bersama adiknya NH (21) ditangkap karena diduga mengirimkan bayi hasil hubungan sedarah mereka melalui jasa ojek online. Tragisnya, bayi tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa saat diterima di Masjid Jamik, Kecamatan Medan Timur. (Sumber: detikSumut, Jumat, 9 Mei 2025).
Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan penuh kasih kini kehilangan peran fundamentalnya. Kejadian ini mencerminkan dampak destruktif dari sistem sekuler kapitalistik yang memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Dalam sistem seperti ini, relasi antaranggota keluarga kehilangan nilai sakralnya. Orang tua bisa menjadi ancaman bagi anak, begitu pula sebaliknya.
Kapitalisme menjauhkan manusia dari nilai spiritual. Ketika materi menjadi tolok ukur utama, dorongan nafsu lebih dominan daripada akhlak. Segala sesuatu diukur dari untung dan rugi, bukan dari benar dan salah menurut syariat. Maka tak heran jika bangunan keluarga menjadi rapuh.
Umat Islam harus menyadari bahwa pengaruh budaya Barat yang mengusung gaya hidup hedonistik, konsumtif, serta paham kesetaraan gender yang keliru telah menggerus nilai-nilai Islami dalam keluarga. Hasilnya, keluarga Muslim makin terpecah dan tak lagi berfungsi sebagai benteng moral.
Sudah waktunya sistem sekuler ditinggalkan dan digantikan oleh sistem Islam. Dalam tatanan Islam, agama menjadi pondasi utama kehidupan. Masyarakat akan diarahkan untuk memahami tujuan hidupnya: beribadah kepada Allah. Keimanan dan ketakwaan menjadi dasar perilaku, termasuk dalam mempererat kasih sayang dalam keluarga sesuai aturan syariah.
Pendidikan Islam akan membentuk masyarakat yang sadar agama dan taat aturan syariat. Anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berbakti dan memberi manfaat bagi keluarga dan umat.
Ekonomi dalam Islam menjamin kesejahteraan rakyat. Peran ayah sebagai pencari nafkah akan dimudahkan, sementara ibu dapat fokus mengelola rumah tangga. Tidak seperti dalam sistem kapitalis, di mana beban ekonomi membuat peran ibu bergeser menjadi tulang punggung keluarga, yang berdampak pada keharmonisan rumah tangga.
Sanksi dalam Islam diterapkan secara tegas sebagai pencegah maksiat dan penebus kesalahan. Sistem hukum Islam memastikan pelaku kejahatan mendapat hukuman yang adil dan menimbulkan efek jera.
Dalam sistem politik Islam, negara dijalankan sepenuhnya berdasarkan syariah. Pemerintah akan memastikan masyarakat hidup dalam ketaatan dan kesejahteraan. Tayangan media yang merusak moral akan dicegah, dan sekularisasi tidak akan diberi ruang.
Kerusakan keluarga yang kita saksikan hari ini tidak terlepas dari pengaruh sistem kapitalis sekuler. Hanya dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh di bawah naungan Khilafah, tujuan syariat dapat terwujud: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. InsyaAllah, dengan izin Allah, peradaban Islam akan kembali jaya.
Wallahu a’lam bish-shawab.