| 13 Views

Fenomena Inses, Buah Sistem Sekuler Kapitalisme

Oleh: Neng Saripah S.Ag
Pengiat literasi

Bak petir di siang bolong, baru-baru ini jagat maya dihebohkan dengan berbagai fenomena inses yang terjadi di masyarakat. Mulai dari kasus Kakak beradik di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), berinisial R (24) dan NH (21)  yang ditangkap usai menjadi pengirim mayat bayi hasil inses atau hubungan sedarah, kemudian mayat bayi tersebut dikirim menggunakan ojek online (ojol). (Detik.com/10/mei/2025)

Lebih mengejutkan lagi datang dari Kabupaten Kampar. Diberitakan pada situs KLIKMX.COM(22/Mei/2025) Seorang ibu kandung di Kecamatan Kampar Kiri,tega memaksa putri kandungnya untuk melayani nafsu bejat ayah tirinya, dan hal bejat tersebut sudah berlangsung selama 10 tahun.

Tak cukup hanya disitu, Dilansir detikNews.com (22/mei/2025) beberapa pekan kebelakang, media ramai oleh keberadaan grup 'Fantasi Sedarah' yang merupakan grup jejaring sosial Facebook yang kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial X hingga Instagram. Postingan dalam grup tersebut berisikan cerita terkait perbuatan asusila yang mengarah ke inses atau seks sedarah.

Sungguh miris, dan memilukan. Kasus inses ini bagai fenomena gunung es, fakta yang tidak di beritakan jumlahnya pasti jauh lebih banyak lagi. Indonesia yang katanya negeri dengan mayoritas muslim, namun nyatanya jauh dari nilai religius.

Realita keji ini menunjukkan adanya pengabaian terhadap aturan agama maupun norma-norma masyarakat. Kini masyarakat hidup bebas tanpa aturan, demi kepuasan individu semata, dan hal tersebut bahkan membuat manusia berprilaku lebih hina dari Binatang.

Keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman, ternyaman, tempat berlindung, dan penuh bahagia, kini telah rusak, bahkan sistem keluarga muslim sudah runtuh.

Ini merupakan buah penerapan sistem sekuler kapitalisme. Terbukti jelas tanpa agama dalam sendi-sendi kehidupan, maka yang berkuasa adalah hawa nafsu dan akal manusia yang lemah dan menyesatkan, begitu rusak dan merusak.

Bahkan sistem kapitalisme dengan liberalisasi nya menjadikan rusaknya nilai-nilai kemuliaan manusia. Mirisnya, Negara kadang justru menjadi corong pembantu yang meruntuhkan dan merusak keluarga melalui kebijakan yang dibuatnya. Negara lalai dalam menjaga sendi kehidupan keluarga islam.

Padahal Islam adalah jalan hidup shahih, yang mampu mengatur semua urusan manusia serta mampu menjadikan rakyat sebagai pelaksana hukum syara.

Hanya keterikatan terhadap hukum syara-lah yang memuliakan manusia, dan memanusiakan manusia. Sebab itu, Islam mewajibkan negara untuk mengurus rakyat dalam semua aspek kehidupan, termasuk menjaga keutuhan keluarga dan norma-norma keluarga dalam sistem sosial sesuai dengan islam.

Islam menetapkan inses sebagai satu keharaman yang wajib dijauhi serta wajib ditindak secara cepat, dan tegas. Dalam segi preventif, Negara  menyiapkan berbagai langkah pencegahan termasuk membangun kekuatan iman dan takwa, dan menutup semua celah terjadinya kemaksiatan ini.  Mengukuhkan berjalanya amar makruf nahi munkar antar masyarakat menjadi lapisan kedua dalam menjaga kemuliaan manusia. Dan terakhir adalah menerapkan Sistem sanksi yang tegas yang mampu memberi efek jera pada pelaku, maupun yang on proses menjadi calon pelaku,selain itu sistem sanksi tersebut juga harus mampu menjadi penebus dosa bagi pelakunya.

Maka dari itu, kesucian keluarga akan terjaga jika sistem islam diterapkan,  Juga kebijakan media yang akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat jauh dari pelanggaran hukum syara.

Wallahu alam bishawab.


Share this article via

8 Shares

0 Comment