| 44 Views

Fenomena Hubungan Sedarah sebagai Alarm Kegagalan Sistem Keluarga di Bawah Sekuler-Kapitalisme

Oleh : Suntusia Hafiza
 
Sangat mengerikan fenomena inses di tengah masyarakat kita. Sangat jauh dari klaim sebagai negara religious. Gambaran keji ini menunjukkan adanya pengabaian terhadap aturan agama maupun masyarakat. Masyarakat hidup bebas tanpa aturan, demi kepuasan individu, bahkan laksana Binatang. Keluarga telah rusak, bahkan sistem keluarga muslim sudah runtuh. 

Maraknya hubungan sedarah (incest), yang secara universal dianggap tabu, kini menjadi sorotan tajam di berbagai negara, termasuk Indonesia. Fenomena ini bukan lagi sekadar kasus terisolasi, melainkan indikator serius bahwa ada kerusakan sistemik pada fondasi masyarakat. 

Dibuktikan dengan Kepolisian didesak untuk menindak tegas pelaku di balik grup Facebook "Fantasi Sedarah" yang meresahkan, meskipun grup tersebut telah dibubarkan. Komnas Perempuan melalui Yuni Asriyanti menekankan pentingnya proses hukum agar komunitas menyimpang serupa tidak muncul kembali, mengingat penutupan tanpa konsekuensi hukum hanya akan membuat pelaku merasa aman mengulang perbuatan. Ancaman ini sangat serius bagi anak-anak dan perempuan, yang kerap menjadi korban kekerasan seksual bahkan di lingkungan keluarga sendiri—tempat yang seharusnya menjadi pelindung. Oleh karena itu, Komnas Perempuan juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan perlindungan perempuan dan anak dalam keluarga. Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah mengusut grup tersebut sebelum akhirnya dihapus oleh Meta karena melanggar ketentuan platform.

Dalam konteks modern, akar masalah ini dapat ditelusuri pada pengaruh dominan sistem sekuler dan kapitalisme. Sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan publik, telah meminggirkan nilai-nilai spiritual dan etika transenden, menggantinya dengan relativisme moral yang mengaburkan batas benar dan salah. Bersamaan dengan itu, kapitalisme dengan penekanannya pada individualisme, materialisme, dan persaingan, mengikis ikatan emosional dan spiritual keluarga, terutama di tengah tekanan ekonomi, sehingga menciptakan kerapuhan yang membuka celah bagi penyimpangan moral. Lingkungan yang tercipta oleh sekularisme dan kapitalisme secara kolektif meruntuhkan keluarga sebagai institusi fundamental, mengubahnya dari tempat aman menjadi rentan terhadap praktik abnormal. Dengan demikian, merebaknya hubungan sedarah adalah alarm merah yang menandakan kegagalan serius tatanan sosial yang dibangun di atas pilar sekuler-kapitalisme, menuntut kita untuk meninjau ulang secara kritis fondasi peradaban ini.

Inilah buah penerapan sistem sekuler kapitalisme. Tanpa agama, maka yang berkuasa adalah hawa nafsu dan akal manusia yang lemah dan menyesatkan, rudak dan merusak. Bahkan sistem kapitalisme dengan liberalisasinya menjadikan rusaknya sendi-sendi kemuliaan manusia.  Negara kadang justru meruntuhkan dan merusak keluarga melalui kebijakan yang dibuatnya. Negara lalai dalam menjaga sendi kehidupan keluarga.

Islam adalah jalan hidup shahih, yang mengatur semua urusan  manusia dan menjadikan rakyat sebagai pelaksana hukum syara. Islam mewajibkan negara untuk mengurus rakyat dalam semua aspek termasuk menjaga keutuhan keluarga dan norma-norma keluarga dalam sistem sosial sesuai dnegan islam.
Islam menetapkan inses sebagai satu keharaman yang wajib dijauhi. Negara menyiapkan berbagai langkah pencegahan termasuk membangun kekuatan iman dan takwa, dan menutup semua celah terjadinya keburukan ini. Adanya amar makruf nahi munkar menjadi lapisan kedua dalam menjaga kemuliaan manusia.

Sistem sanksi yang tegas akan membuat jera yang lain dan menjadi penebus bagi pelakunya kesucian keluarga akan terjaga jika sistem islam diterapkan, Juga kebijakan media yang akan melarang dan memberantas bibit-bibit perilaku buruk agar umat jauh dari pelanggaran hukum syara.
 


Share this article via

22 Shares

0 Comment