| 19 Views
Derita Gaza dan Ketakutan Barat Akan Tegaknya Khilafah

Oleh : Siti Rodiah
Kondisi Gaza yang makin destruktif akibat penjajahan zionis Israel telah memunculkan berbagai respon dari dunia internasional. Diantara respon itu, umat Islam semakin masif menyuarakan dan menyelenggarakan konferensi-konferensi dengan misi pembebasan Palestina. Salah satu konferensi tersebut diselenggarakan oleh Komisi Global Bela Al-Quds dan Palestina di Istanbul, Turki.
Diberitakan dari sabili.id (28/4/2025), bahwasanya Koalisi Global Bela Al-Quds dan Palestina telah resmi membuka Konferensi Al-Ruwad ke-14 di Istanbul, Turki, pada Sabtu, (27/4/2025). Konferensi Dunia untuk Palestina yang mengangkat tema "Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat” itu dihadiri oleh tokoh-tokoh dan pemimpin nasional, pemimpin media, budayawan, aktivis sosial, serikat pekerja, akademisi, pemuda, dan berbagai lembaga dari sekitar 60 negara di seluruh dunia. Turut hadir pula para tokoh pejuang, ulama, mantan tahanan, serta tokoh gerakan rakyat Palestina, di antaranya: Khaled Mashal, Abdul Nasser Isa, dan Usamah Hamdan.
Konferensi itu berlangsung di tengah berlanjutnya genosida terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Forum tersebut juga menjadi ajang strategis untuk merumuskan inisiatif, mengembangkan mekanisme dukungan, serta merancang program baru yang melibatkan seluruh elemen umat — baik individu maupun lembaga — dalam upaya memperkuat perjuangan Palestina.
Di dalam sesi pembukaan, Kepala Biro Luar Negeri Hamas, Khaled Mashal menyampaikan pesan kepada seluruh muslim internasional. "Siapa pun yang menganggap permasalahan Palestina adalah urusan bersama, Al-Aqsa sebagai kiblat umat Islam, dan penjajah Zionis adalah musuhnya, ketahuilah, rakyat Gaza saat ini sedang disembelih, tetapi dunia hanya menonton. Penduduk Gaza merasakan kelaparan dan kehausan. Jangan diam! Tidak layak bagi kita untuk berdiri diam menyaksikan jutaan saudara kita mati kelaparan dan kehausan," serunya.
Politikus Palestina itu juga memeringatkan tentang kondisi serius yang mengancam Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa. “Wilayah Al-Quds tengah menghadapi Yahudisasi, dan Masjid Al-Aqsa hampir saja dihancurkan. Begitu pula Tepi Barat, tanahnya dirampas dan batas-batas wilayahnya dilanggar. Saat ini kita berada di momen yang sangat krusial, sebab entitas Zionis berusaha untuk melakukan aksi premanisme, dominasi, dan penguasaan atas seluruh kawasan, serta berkonspirasi terhadap semua pihak,” tegasnya. Selain itu, Mashal menekankan perlunya menyuarakan kemarahan di hadapan para pemimpin negara masing-masing, menuntut penghentian perang, melakukan aksi lapangan, dan mengerahkan segala upaya untuk mematahkan blokade terhadap Gaza.
Konferensi Palestina ke-14 ini digelar pada 25–27 April 2025 di Istanbul, menghadirkan beragam sesi dialog, lokakarya, serta pameran seni dan budaya, yang menyoroti penderitaan anak-anak Gaza, para perempuan, serta para tahanan di penjara-penjara penjajah. Seluruh rangkaian acara ini bertujuan untuk memerkuat semangat perlawanan dan kesadaran umat terhadap perjuangan Palestina, sebagai perjuangan seluruh umat.
Sejatinya nya adanya aksi bela Palestina dan konferensi-konferensi soal Gaza yang semakin masif di berbagai tempat adalah bentuk tuntutan kepada seluruh dunia khususnya negeri-negeri muslim untuk segera mengirimkan tentara nya (jihad) dan persatuan umat menegakkan khilafah. Namun sayangnya semua itu tiada membuahkan hasil berupa diterjunkannya tentara untuk membela Palestina dari penjajahan zionis, karena pemimpin negeri-negeri muslim abai dan tidak menggubris seruan umat tersebut. Tak ayal masalah Palestina selama ini hanya dibahas di meja-meja perundingan saja. Inilah bukti betapa munafiknya pemimpin negeri-negeri muslim. Mereka hanya tunduk pada keinginan Barat.
Barat sadar betul bahwa krisis di Gaza justru membuka pintu yang lebih lebar bagi arus kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi khilafah. Maka tidak mengherankan Barat terus melancarkan aksinya dengan berbagai macam tipu daya untuk menjegal para aktivis dakwah dalam misi memahamkan umat untuk menegakkan kembali sistem khilafah. Namun berbagai tipu daya tersebut tidak berjalan mulus seperti apa yang Barat rencanakan, karena kesadaran umat untuk meraih kebangkitan nya sudah tidak bisa di bendung lagi.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. Al-Nisâ’ [4]: 141)
وَمَكَرُوۡا وَمَكَرَاللّٰهُ ؕ وَاللّٰهُ خَيۡرُ الۡمَاكِرِيۡنَ
"Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Ali-Imran : 54)
Ini juga menjadikan semua upaya yang sudah dilakukan Barat untuk menghadang tegaknya khilafah menjadi sia-sia. Artinya krisis gaza telah menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat sekaligus menandai terbitnya fajar khilafah. Lonceng kematian bagi Barat tersebut sudah menunggu untuk segera dibunyikan pertanda ajal barat sudah didepan mata. Umat harus berusa meraihnya dengan terus bersemangat dalam memperjuangkan tegaknya khilafah. Mencampakkan penghalang yang selama ini menjadi batu sandungan untuk mempersatukan umat dalam merealisasikan tegaknya khilafah yaitu sekat-sekat nasionalisme.
Meski tegaknya khilafah merupakan keniscayaan sejarah, tapi wajib bagi para pengemban dakwah untuk lebih masif menggencarkan dakwah penegakkan khilafah di semua kalangan hingga terwujud opini umum yang tegak di atas kesadaran umum tentang nya. Jadikan sejarah peradaban Islam yang dulu pernah eksis selama 13 abad sebagai motivasi kita untuk giat berdakwah dalam mewujudkan tegak nya khilafah. Namun yang paling penting bukan hanya berdasarkan sejarah tentang kegemilangan Islam pada masa dahulu saja sebagai alasan untuk kita menegakkan khilafah, tetapi merupakan kesadaran umat atas kewajibannya dalam menegakkan khilafah.
Dakwah ini wajib mengikuti metode dakwah Rasulullah yang target utamanya adalah melalui thariqah ummat, yakni dakwah penyadaran berbasis akidah hingga terbentuk dukungan kuat dari umat yang akan mendorong perubahan mendasar berupa dibaiatnya seorang khalifah bagi seluruh umat Islam. Umat memang harus disadarkan dengan mengajak nya berpikir terkait permasalahan yang menimpa umat dan menjelaskan solusinya berdasarkan akidah Islam. Begitu kesadaran sudah terbentuk umat akan bersatu dalam satu kesatuan, sehingga perubahan yang revolusioner dibawah naungan khilafah segera terwujud.
Wallahu a'lam bisshawab