| 165 Views

Demi Nafsu dan Matinya Naluri Ibu

Oleh : Wahyuni M
Aliansi Penulis Rindu Islam

Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E.

Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi pada 26 Agustus lalu. Kasus ini terungkap saat ayah korban mendapat informasi bahwa anaknya diantarkan ibunya ke rumah kepala sekolah. Di sana korban dicabuli kepala sekolah. Tak dijelaskan ritual apa yang mereka jalani, ibu korban menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri.

Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polres Sumenep AKP Widiarti mengatakan E tega menyerahkan anaknya kepada J karena dijanjikan sejumlah uang serta dijanjikan satu unit sepeda motor jenis Vespa Matic.

T disuruh melakukan hubungan badan dengan J oleh ibu kandungnya sendiri. Awalnya korban dijemput oleh ibu kandungnya inisial E, selanjutnya korban diantar ke rumah terlapor di Perum BSA Sumenep, dengan alasan akan melaksanakan ritual. Pencabulan itu bukan hanya sekali. Ibunya kerap mengantarkan korban ke kepala sekolah. Bahkan, korban juga pernah diperkosa dan dicabuli di salah satu hotel. J mengakui bahwa telah melakukan pencabulan terhadap korban sebanyak 5 kali.

Dibutakan oleh Nafsu
Ketika pandangan seseorang sudah tidak lagi distandarkan pada keimanan dan nilai luhur kemanusiaan, maka fitrah seorang ibu bisa jadi menyimpang. Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya, dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.

Penyimpangan fitrah ini adalah keniscayaan dalam negara dan masyarakat sekuler yang aturan kemasyarakatannya tidak berpijak pada Islam. Dalam masyarakat sekuler, pemahaman tentang penjagaan kehormatan dan kemuliaan diri seorang wanita dihilangkan. Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan, khususnya sistem pendidikan juga sistem sanksi. Islam menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Islam juga menyediakan adanya supporting sistem di tempat kerja.

Bukan Aturan yang Semu
Kesempurnaan sistem Islam tampak dari sistem pendidikan yang membentuk kepribadian islam, sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebailkan, ketaatan dan keberkahan Allah. Sebegitu jelasnya Islam mengharamkan zina, bahkan mendekatinya saja dilarang dan disebut sebagai fasaa-a sabiila (jalan yang buruk), dan pelaku zina dihukum berat bahkan sampai hukuman mati, tetapi karena negara sekuler tidak punya konsep dan hukum yang menjauhkan rakyatnya dari zina, maka tak aneh jika kejahatan seksual marak dan merebak.

Islam juga menetapkan dengan jelas hukum yang mewajibkan orang tua untuk menjaga kehormatan anaknya, kebutuhan ekonomi wajib dipenuhi oleh kepala keluarga sehingga istri tidak akan selingkuh karena nafkah lahir-batin dipenuhi suaminya. Ibu tidak akan menjual anaknya demi uang, dan masalah sejenisnya.

Negara dalam Islam tidak akan membiarkan kemiskinan keluarga menjadi pemicu kejahatan lainnya. Negara menegakkan aturan tidak campur baurnya laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum, kecuali saat ada keperluan, seperti layanan kesehatan, pendidikan, jual beli, saksi peradilan, dan sebagainya. Maka nampak jelas  butuhnya agar kaum muslim menyadari bahwa pangkal keburukan apa pun adalah tidak diterapkannya syariat Allah dalam segala persoalan.


Share this article via

88 Shares

0 Comment