| 309 Views

DBD Mewabah, Hingga Kini Tak Ada Solusi

Oleh : Rifdatul Anam 

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Reaksi dari setiap orang berbeda-beda setelah mendapat gigitan nyamuk ini, ada yang tidak berpengaruh, ada juga yang berpengaruh bahkan menyebabkan kematian jika memiliki daya tahan tubuh lemah.
DBD bukanlah kasus baru di negara kita, turun naiknya kasus ini selalu terjadi. Belakangan ini kasus DBD semakin meningkat pesat. Mengapa penyakit DBD bisa kembali mewabah? Sebenarnya, penanganan seperti apa yang mampu menyelesaikan kasus DBD? 

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta meningkat pesat dalam satu bulan terakhir. Ada 1.729 kasus DBD di Jakarta hingga 18 Maret 2024. Jumlah itu naik 1.102 orang yang terjangkit DBD, dari sebelumnya 627 orang pada 19 Februari 2024. Meski saat ini masih terkendali, kasus DBD di Jakarta diprediksi akan terus meningkat hingga dua bulan ke depan atau Mei 2024. Hal ini disampaikan oleh Kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati. (Kompas, 22-3-2024)

Tren kasus DBD meningkat karena cuaca di Jakarta yang telah memasuki musim hujan. Ani mengimbau masyarakat untuk melakukan langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sekitar rumah atau lingkungan tempat tinggal masing-masing. "Lakukan 3M yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang. Serta melakukan kegiatan lain yang mencegah perkembangbiakan dan gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Terus berulangnya wabah DBD menunjukkan tidak maksimalnya upaya yang dilakukan. Bayangkan, dalam satu bulan bertambah 1.102 orang yang terjangkit DBD,  bahkan sampai menyebabkan kematian. Mewabahnya DBD harusnya segera dihentikan, karena bisa berakibat fatal. Penanganannya tidak cukup  hanya sekedar mengimbau masyarakat, tapi juga secara langsung melibatkan berbagai pihak (individu, masyarakat dan negara).

Tak dipungkiri, pemicu naiknya DBD ini karena masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Sedangkan, kebiasaan hidup yang sehat dan lingkungan yang bersih adalah cara pencegahannya, dan kesadaran akan hal itu harus dilakukan secara bersama-sama oleh individu, masyarakat dan negara. Tapi, begitu sulit mewujudkannya dalam sistem hari ini, yang semua hal serba dikapitalisasi.

Juga, mewabahnya DBD tak lepas dari kebijakan negara yang kapitalistik, dimana negara disetiap kebijakannya lebih memihak ke swasta. Sementara, dalam orientasinya swasta memiliki tujuan yaitu hanya mencari keuntungan, bukan mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Kapitalisasi kesehatan seperti ini adalah hal yang biasa terjadi dalam sistem kapitalisme, jaminan kesehatan tidak mumpuni sehingga layanan kurang layak, vaksin bayar, dan lainnya.

Lalu bagaimana bisa penanganan DBD dapat maksimal, sementara fasilitas-fasilitas yang mendukung tidak disediakan dengan baik, seperti rumah layak huni dengan lingkungan yang bersih dan sehat, karena sebagian masyarakat kita tidak mempunyai tempat tinggal dan terpaksa menggelandang, kebutuhan gizi yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh, tapi sayangnya, kemiskinan yang melanda menjadikan masyarakat kesulitan, jangankan memenuhi gizi, untuk makan saja kadang masih susah, apalagi untuk mengakses kesehatan yang juga butuh biaya.

Solusi komfrehensif  yang ada di dalam Islam, dapat menyelesaikan semua persoalan. Islam selalu memaksimalkan upaya preventif dan kuratif dalam menangani penyakit DBD. Menjamin kesehatan rakyat adalah tanggung jawab negara. Bahkan bukan hanya kesehatan, semua kebutuhan seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan keamanan juga dijamin oleh negara. Persediaan dana baitulmal yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dikelola negara, akan memenuhi semuanya. 

Dalam Islam, masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan dengan mudah, walau pun berada di daerah pelosok, tanpa lagi memikirikan biaya yang mahal. Tenaga kesehatan yang berkualitas akan siap sedia menangani masyarakat yang sakit dengan baik.   Begitu pun dengan kebutuhan papan, negara akan memerhatikan tempat tinggal rakyat yang layak huni dengan lingkungan yang bersih dan sehat. Dan pastinya, untuk asupan gizi yang baik akan terpenuhi, karena harga bahan pangan dijual dengan murah bahkan gratis.

Sejatinya, pemimpin adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya. Jadi, setiap kebijakan ditentukan berdasarkan kemaslahatan umat, bukan kepentingan segelintir orang saja. Negara bersama rakyat bekerja sama dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih, sehingga tercipta kehidupan yang sehat. Ketaatan penuh yang ada pada pemimpin Islam, yang menerapkan hukum islam akan selalu membawa keberkahan.
Wallahu'alam bishawab.


Share this article via

80 Shares

0 Comment