| 154 Views
Childfree, Propaganda Barat, Dampak dari Kapitalisme

Oleh : Kiki Puspita
Anak adalah anugerah yang berfungsi sebagai perekat keharmonisan sebuah keluarga, yang kehadirannya senantiasa dinanti-nantikan oleh pasangan yang sudah menikah.
Namun sejatinya pada saat ini akibat dari sistem kapitalis, sistem yang memisahkan Agama dalam kehidupan membuat manusia jauh dari akidah Islam. kehadiran seorang anak yang harusnya di sikapi dengan bahagia justru mala ditakuti oleh para pasangan suami isteri.
Childfree menjadi sebuah pilihan yang diambil oleh banyaknya masyarakat khususnya pasangan muda yang bersepakat untuk tidak memiliki anak selama masa pernikahannya.
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis laporan periode 2023 terkait kasus childfree. BPS melakukan survei kepada kelompok perempuan dan ditemukan 71 ribu perempuan berusia 15 hingga 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak. "Perempuan yang menjalani hidup secara childfree terindikasi memiliki pendidikan tinggi atau mengalami kesulitan ekonomi. Akan tetapi gaya hidup homoseksual kemungkinan juga menjadi alasan tersembunyi," demikian laporan BPS, dikutip detikcom Selasa (12/11/2024).
Maraknya kasus childfree ini disebabkan oleh banyaknya faktor,diantaranya adalah ketakutan akan masa depan.Beban kehidupan yang amat berat dalam sistem saat ini menjadikan banyak pasangan suami istri enggan untuk tidak memiliki anak, karena bagi individu yang berasaskan kapitalis hidup tanpa memiliki anak saja sudah sangat sulit apalagi ditambah jika memiliki anak. Sistem kapitalis saat ini membuat masyarakat sangat kesulitan ekonominya untuk memenuhi kebutuhan, ditambah sulitnya lapangan pekerjaan menjadikan mereka memahami konsep childfree sebagai solusi agar tidak bertambah kesusahannya dalam menjalani hidup.
Perlu kita ketahui bersama childfree adalah salah satu propaganda yang dilakukan negara-negara barat. Mereka berusaha mengurangi populasi dunia, Dengan teori Malthus-nya.Salah satunya adalah LGBT, Waithood, not married dll. Propanganda ini terus di deraskan, khususnya di negara Muslim.
Dalam sistem kapitalis para perempuan yang tidak paham akan syariat dalam Islam, merasa memiliki hak reproduksi yakni merasa bebas memilih apakah mau melahirkan atau tidak. mereka merasa ketika memiliki seorang anak akan terenggut kebebasannya.
Berbeda ketika Sistem Islam yang di terapkan.Dalam sistem Islam masyarakat yang tinggal di dalamnya akan dikuatkan Akidahnya, sehingga dalam menghadapi fenomena childfree ini mereka menyikapinya dikembalikan kepada Islam.
Akidah yang kukuh akan memunculkan ketakwaan yang tinggi sehingga perilaku kaum muslim akan senantiasa sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt. Kaum muslim juga disunahkan untuk menikah karena salah satu tujuan pernikahan adalah melestarikan keturunan.
Allah Taala berfirman, “Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik.” (QS An-Nahl [16]: 72).
Dengan demikian, seorang perempuan akan senang hati mengandung, melahirkan, dan mengasuh anaknya. Hal itu adalah amanah besar yang mengandung pahala berlimpah.
Para muslimah akan taat kepada syariat, mereka akan menganggap peran seorang ibu adalah yang utama. Mereka tidak akan berambisi menjadi wanita karir yang bisa menghasilkan banyak materi. Jika mereka keluar rumah, jelas bukan untuk mencari nafkah sebab itu adalah kewajiban suaminya. Bukan pula untuk mencari eksistensi, sebab ia tidak butuh penilaian manusia, yang ia butuhkan semata adalah keridaan Sang Pencipta.
Namun jika lantas seorang perempuan keluar rumah untuk bekerja, semata semua itu sebagai kontribusinya bagi kemaslahatan umat. Aktivitasnya di luar rumah tidak melalaikan tugas utamanya sebagai ummun wa rabbatul baiti (ibu dan pengatur rumah tangga).
Jika sistem ekonomi kapitalisme menjadikan para perempuan takut memiliki anak, sebaliknya dengan Islam para perempuan akan dengan tenang menjadi seorang ibu sebab seluruh kebutuhannya telah tercukupi. Para perempuan tidak dibebani peran ganda, mengasuh sekaligus membantu ekonomi keluarga. Para suami akan menafkahinya dengan sebaik-baik nafkah suami pada istrinya.
Jika suaminya tidak ada, kewajiban nafkah akan jatuh pada walinya. Jika seluruh walinya tidak bisa menafkahi, negara akan langsung menyantuninya. Santunannya berupa seluruh kebutuhan pokok, sandang, pangan, papan juga jaminan kesehatan, keamanan, dan pendidikan, sehingga ia tidak perlu risau dengan masalah ekonomi.
Negara tidak akan lepas tangan terhadap apa yang menjadi kebutuhan umat. Fungsi negara di dalam Islam adalah mengurusi seluruh urusan umatnya. Negara akan mempermudah rakyatnya dalam mencari nafkah, membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan melindunginya dari segala macam bahaya termasuk pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Sebagaimana childfree, ide ini tidak akan dibiarkan masuk untuk menjadi propaganda di tengah-tengah umat. Dengan begitu umat terutama generasi mudanya fokus pada amal yang sesuai dengan perintah Allah SWT.
Sistem ekonomi Islam yang kuat tidak bisa dilepaskan dari sistem keuangannya yang kuat. Pemasukan baitulmal yang melimpah menjadikan negara mampu mengurus umat dengan kualitas terbaiknya. Distribusi kekayaan pun akan terus diupayakan agar harta tidak hanya berputar pada orang kaya saja.
Sungguh, fenomena childfree lahir dari sistem kehidupan yang sekuler kapitalisme. Kaum muslim harus menyadari hal ini. Satu-satunya langkah solutif dan tuntas untuk menghilangkan fenomena sekuler ini adalah dengan menyadarkan umat akan pentingnya penerapan syariat Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah Islamiah. Dengan demikian, berbagai propaganda yang bertentangan dengan Islam sebagaimana childfree tidak akan dibiarkan beredar luas.
Wallahualam bissawab