| 294 Views

Beras Terus Melejit, Hidup Rakyat Makin Sulit

Oleh : Yeni Purnama Sari
Ibu Rumah Tangga

Beras merupakan salah satu makanan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. dengan kenaikan harga beras membuat masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya. Dengan Naiknya harga beras apakah petani akan sejahtera atau menderita?

Sebelumnya, bapanas memperpanjang HET relaksasi beras hingga 31 Mei 2024. Untuk setiap wilayah, HET beras premium dan medium naik Rp1.000/kg dari HET sebelumnya. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan diberlakukan relaksasi HET beras premium Rp14.900/kg dari HET sebelumnya Rp13.900/kg.

Dilansir oleh CNN Indonesia, (25.5.2024) wilayah, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, relaksasi HET beras premium diberlakukan Rp15.400/kg dari HET sebelumnya Rp14.400/kg. Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara, relaksasi HET beras premium di Rp15.400/kg dari HET sebelumnya Rp14.400/kg. Ini juga berlaku sama di wilayah NTT dengan relaksasi HET beras premium Rp15.400/kg dari HET sebelumnya Rp14.400/kg

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa Badan Pangan Nasional telah menyampaikan kepada Presiden Jokowi agar relaksasi harga beras premium diperpanjang. Hasilnya, usulan relaksasi HET beras premium disetujui untuk diperpanjang selama satu bulan ke depan. Arif juga mengatakan perpanjangan HET harus menyesuaikan harga gabah sesuai hulu dan hilir  agak tidak mencekik masyarakat. 

Penyebab Naiknya Harga Beras

Kenaikan harga beras disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama di picu el Nino yang menyebabkan suhu permukaan air laut naik sehingga berdampak kekeringan ekstrem pada lahan pertanian. kedua, adanya penurunan pasokan beras dalam negeri akibat musim kemarau. Ketiga, adanya alih pungsi lahan pertanian yang dijadikan lahan industri secara besar-besaran membuat lahan pertanian makin sempit. Keempat, biaya produksi yang tinggi. Selain itu Kelangkaan pada pupuk dan naiknya ongkos tenaga kerja disinyalir berdampak pada naiknya harga beras.

Disamping itu, kenaikan harga berpangkal pada sistem politik pengelolaan pangan kapitalistik neoliberal, sistem ini begitu terasa bahwa tidak ada peran negara yang sesungguhnya. Tugas negara yaitu bertanggung jawab terhadap rakyatnya agar harga tetap stabil ditengah dampak dari gagal panen, bukan malah diserahkan kepada para penguasa untuk mengatur dan hanya mencari keuntungan semata. 

Berdampak pada Krisis Pangan 

Beras adalah makanan yang wajib ada di setiap rumah, baik orang kaya atau miskin. Dengan Naiknya HET masyarakat miskinlah yang merasakan dampaknya, apalagi di tengah impitan ekonomi yang kian mencekik yang memicu meningkatnya angka kemiskinan. Dampak terburuknya adalah kelaparan dan stunting

Kenaikan harga beras sangat berdampak negatif pada penduduk yang penghasilannya menengah ke bawah. Penduduk terpaksa mengirit untuk membeli beras dan bahan pokok lainnya, seperti minyak, gula, dll. Banyak warga yang biasanya membeli beras per karung, kali ini hanya membeli per liter, itupun membeli yang kualitas medium karena dianggap lebih murah dibanding kualitas premium.

Kapitalisme Sistem yang Menyengsarakan

Mahalnya harga beras menguntungkan para pemilik modal karena dalam sistem kapitalisme siapa pun yang memiliki banyak modal maka dialah yang berkuasa. Di tengah mahalnya harga pupuk dan mahalnya ongkos kerja para pemilik modal mampu mengeruk keuntungan besar. Lain halnya dengan petani di kalangan bawah, mereka membiarkan lahannya kosong tak terpakai.  ada juga yang hanya ditanami palawija untuk menyambung hidup

Tentu pemerintah juga tidak tinggal diam untuk mengatasi situasi ini, pemerintah telah mengimpor beras dari tahun 2023 untuk menyiapkan cadangan pangan. Pemerintah juga telah memberikan bantuan pangan sebesar 10 kg untuk Keluarga  Penerima Manfaat (KPM).

Pemerintah kerap menggantungkan kegiatan impor dengan alasan menambah cadangan beras, agar mendapatkan harga yang lebih murah di dalam negeri. Namun, cara ini justru mempersulit para petani untuk menjual hasil panen karena kualitas yang berbeda antara beras impor dan lokal.

Solusi Islam

Islam adalah agama paripurna yang mengatur seluruh urusan umat. Dalam Islam negaralah yang bertanggung jawab mengurus seluruh rakyatnya. Pengaturan Ilam tegak pada dua sistemnya, yaitu politik dan ekonomi. Islam berbeda dalam mengatur pangan sehingga mampu memenuhi kebutuhan  bagi rakyatnya.

Negara juga mampu mengendalikan harga yang ditentukan oleh penguasaannya terkait pasokan. Di samping itu, politik pangan Islam sangat memengaruhi untuk menstabilkan harga terkait penerapan pada aspek produksi. 

Dalam sistem Islam,pemerintah diharamkan mematok harga karena dapat monzalimi  rakyatnya. Sebab, hanya Allah-lah yang menentukannya. Adapun dalam mekanisme pasar, harga ditentukan sesuai keseimbangan antara permintaan dan penawaran serta keadilan ekonomi dengan mempertimbangkan keadilan kepada para pihak yang terlibat di pasar, yaitu penjual dan pembeli. Hal ini agar tak ada yang merasa dirugikan. 

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, dan saya sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorang pun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezaliman pun dalam darah dan harta." ( HR. Abu Daud [3451] dan Ibnu Majah [2200]).

wallahu a'lam bishawab


Share this article via

88 Shares

0 Comment