| 130 Views
Bencana Berulang, Butuh Mitigasi Komprehensif

Oleh : Rifdatul Anam
Bencana kembali terjadi di negeri ini. Ada beberapa wilayah yang sedang mengalami bencana alam yang banyak memakan korban jiwa. Terus berulang bencana demi bencana terjadi, menyisakan pertanyaan pada kita, mengapa seakan menjadi rutinitas yang tak ada solusi?
Diketahui, pada Minggu 12 Mei 2024 telah terjadi banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat. Ada tiga wilayah yang terkena banjir, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang. Korban meninggal dunia yang tercatat mencapai 58 orang per selasa (14/5), sedikitnya 35 orang yang dilaporkan hilang akibat banjir bandang di Sumatra Barat.
Sementara itu, ada 193 rumah warga di Kabupaten Agam dan 84 rumah di kabupaten di Tanah Datar mengalami kerusakan ringan hingga berat. Sejumlah sarana dan prasarana, seperti jembatan dan rumah ibadah juga mengalami kerusakan. Dilaporkan, lalu lintas Kabupaten Tanah Datar menuju Padang dan Solok pun lumpuh total. (BBC Indonesia, 15-5-2024)
Dalam enam bulan terakhir, banjir bandang dan lahar telah terjadi berulang kali di sejumlah daerah di sekitar Gunung Marapi, Sumatra Barat. Dan yang terakhir ini adalah bencana terparah yang pernah terjadi dalam kurun waktu 150 tahun.
Selain di Sumatera Barat, banjir juga terjadi di Desa Sambandate, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Banjir ini terjadi setinggi dua meter, karena luapan sungai lalindu akibat curah hujan yang tinggi. Akibatnya jalan Trans Sulawesi lumpuh total, serta 17 desa terendam banjir.
Bencana alam yang terjadi di berbagai tempat dan terus berulang ini bisa disebabkan oleh faktor alam, tapi tidak menutup kemungkinan bencana terjadi akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Seperti banjir di beberapa wilayah, selain curah hujan yang tinggi menjadi penyebabnya, juga kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembangunan yang tak memiliki mitigasi bencana.
Apa yang terjadi hari ini, menurut Wengki Purwanto, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Barat, adalah bencana ekologis karena salah sistem pengurusan alam. Adanya petunjuk yang ditemukan Walhi Sumatra Barat, tentang pembukaan lahan untuk penebangan liar, hal ini
berdasarkan pemantauan dan analisis citra satelit pada periode Agustus-Oktober 2023.
Sebenarnya, bencana seperti ini bisa di minimalisir dengan menjaga kelestarian alam dan melakukan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat. Namun sayang, keserakahan penguasa menetapkan kebijakan yang eksploitatif memberikan dampak buruk, sehingga terjadi penebangan liar dan pembukaan lahan dengan dalih untuk pertambangan dan pembangunan walaupun tidak ada izin (ilegal).
Allah Swt berfirman :
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". ( QS. Ar rum : 41)
Negara yang menerapkan kapitalisme melihat pembangunan adalah cara untuk menaikkan angka perekonomian, tanpa melihat kerusakan yang ditimbulkan. Karena keuntunganlah yang menjadi tujuan utama dalam sistem ini. Padahal pembangunan yang serampangan akan lebih merugikan rakyat, akibat dari kerusakan lingkungan. Apalagi mitigasi di negara kita sangat minim dan ketika terjadi bencana, pemerintah pun tak bisa melakukan apa-apa.
Hal ini menunjukkan, dalam sistem kapitalisme tidak ada keseriusan negara dalam memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Kebijakan pembangunannya yang kapitalistik, sangat merugikan rakyat. Sangat berbanding terbalik dengan kebijakan pembangunan dalam Islam, yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan rakyat tanpa merusak alam. Karena menjaga kelestarian alam juga menjadi tanggung jawab negara.
Kebijakan pembangunan dalam Islam tidak eksploitatif dan destruktif. Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan, yang mana hal tersebut dapat menimbulkan kemaslahatan, dan jika menimbulkan kerugian maka akan ditinggalkan. Mitigasinya disiapkan dengan seksama, karena menyangkut nyawa manusia, mulai dari sebelumnya, saat, dan setelah bencana, sehingga dapat mengurangi resiko saat terjadi bencana.
Mitigasi sepenuhnya menjadi tanggungjawab negara karena menyangkut fungsinya sebagai ra'in dan junnah umat, yang nantinya akan di minta pertanggungjawaban nya di akhirat kelak. Negara juga telah menyediakan dana yang besar untuk mitigasi bencana yang diambil dari kas baitulmal. Mitigasi akan optimal jika negara menerapkan sistem Islam yang hukum-hukumnya berasal dari Allah SWT, yang pemimpinnya akan selalu amanah.
Wallahu'alam bishawab.