| 224 Views
Bencana Alam Terjadi karena Ketiadaan Kepemimpinan Islam

Oleh : Ummu Alvin
Aktivis Muslimah
Indonesia sedang tidak baik-baik saja, bencana alam melanda berbagai wilayah menjelang akhir tahun 2024, Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, hingga Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.
Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, dengan tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah menjadi bencana utama yang merusak.
Di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, tanah longsor dan pergerakan tanah berdampak pada rumah-rumah warga rusak dan sebagian tanah persawahan terkikis, membuat beberapa warga terpaksa mengungsi.
Di Desa/Kecamatan Ciemas tanah longsor membuat beberapa titik jalan utama terputus akibat longsor besar, menghambat akses transportasi. Lalu di Kecamatan Tegalbuleud banjir dan angin kencang berdampak di Desa Rambay dan Desa Bangbayan. Banjir merendam permukiman warga, sementara angin kencang merusak atap rumah dan fasilitas umum.
Lalu di Kecamatan Gegerbitung, Desa Karangjaya, beberapa rumah rusak akibat pergeseran tanah yang mempengaruhi pondasi bangunan. Di Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran banjir besar yang terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi, ditambah longsor yang menutup akses jalan menuju desa.
Sementara itu,bencana pergerakan tanah di Cianjur, Jawa Barat, semakin meluas di 15 kecamatan dan kemungkinan masih bertambah.
Anggota BPBD Kabupaten Pandeglang bersama relawan dan Babinsa menggunakan perahu untuk membantu warga melewati banjir di Pagelaran, Pandeglang, Banten, Kamis (5/12/2024).Banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12) tersebut merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter.Akibatnya, akses jalan warga menjadi terbatas dan sebanyak 202 warga harus mengungsi di posko darurat.
Sampai saat ini, masalah banjir memang masih menjadi PR besar, tidak hanya bagi pemerintah daerah, tetapi juga pemerintah pusat. Nyaris tiap memasuki musim hujan, banjir dan longsor selalu mengancam berbagai daerah di Indonesia. Penyebabnya pun sangat klasik, yaitu karena curah hujan yang tinggi atau karena iklim yang tidak bersahabat.Namun, tentu kita tidak boleh lupa, semuanya tidak lepas dari faktor manusia. Bukan hanya budaya membuang sampah sembarangan, tetapi banyak aktivitas manusia yang mengakibatkan terjadinya degradasi daya dukung lingkungan, baik di daerah dataran tinggi, dataran rendah, maupun di daerah pantai. Semua ini akhirnya berdampak pada bencana ekologis yang berulang dan terus meluas.Diakui atau tidak, arus deforestasi dan alih fungsi lahan juga termasuk yang menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bencana.
Penyebab bencana bukan sekadar faktor alam tapi karena ulah tangan-tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam). Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan.
Paradigma pembangunan kapitalis sekuler yang gencar dilakukan benar-benar tidak membantu terhadap daya dukung lingkungan. Bahkan, tampak kebijakan pembangunan yang dilakukan hanya mengutamakan kepentingan para pemilik modal yang berorientasi bisnis. Hal ini diperkuat dengan keluarnya berbagai kebijakan dan aturan yang alih-alih menjaga dan mengukuhkan fungsi keamanan wilayah dan kelestarian lingkungan, aturan-aturan dan kebijakan itu justru membuka ruang bagi para kapitalis merusak daya dukung lingkungan secara legal.
Dalam hal ini, kebijakan penguasa terkait pemanfaatan lahan dan perencanaan pembangunan sangat dipengaruhi oleh ideologi yang digunakan. Selama paradigma yang melatari berbagai kebijakan disetir oleh paham atau ideologi kapitalis sekuler , maka akan sulit menyelesaikan permasalahan ini hingga ke akar. Hal ini dikarenakan semua kebijakan itu hanya memiliki dimensi duniawi saja, yakni semata berorientasi manfaat belaka. Hal seperti ini tentu sangat bertentangan dengan Islam.
Dalam Islam, alam, manusia, dan kehidupan dipandang sebagai satu kesatuan. Satu sama lain saling terikat, tidak bisa dipisahkan. Karenanya wajar jika Islam memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengelola alam dengan sebaik-baiknya. Bahkan Islam menjadikan penjagaan dan pengelolaan alam ini sebagai salah satu tujuan penciptaan. Artinya melekatkan tugas menjaga alam ini dengan tugasnya sebagai hamba Allah SWT yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Allah SWT berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41)
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS al-A’raaf: 56)
Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur manusia sebagai individu, sebagai masyarakat, bahkan dalam konteks negara. Sebagai individu, Islam mengajarkan hukum syarak soal adab kepada alam dan lingkungan.Begitu pula sebagai masyarakat, diberi peran penting dengan kewajiban menjaga tradisi amar makruf nahi mungkar. Sementara kepada penguasa atau negara, Islam memberi porsi besar dalam penjagaan alam semesta. Dimulai ketika Islam menetapkan fungsi negara sebagai pengatur dan penjaga, dengan mewajibkan penguasanya menegakkan aturan Islam secara sempurna. Penerapan Islam inilah yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam, termasuk menjaga lingkungan.
Saatnya kita muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di muka bumi ini, sebelum datang isyarat langit yang lebih dahsyat dari bencana banjir, longsor dan lain sebagainya. Yaitu dengan segera menerapkan syariat Islam kafah dalam naungan Khilafah yang akan menjauhkan manusia dari bencana di dunia dan di akhirat.
Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara berperan sebagai raa'in dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah.
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ٩٦
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.(QS.Al-A'raf:96)
Wallahu a'lam bish showwab.