| 121 Views
Benarkah Kemiskinan Akan Musnah di Sistem Kapitalisme?

Oleh : Feni Rosfiani
Aktivis Dakwah
Dilansir dari Tirto.id (22/11/2024), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar mengungkapkan bahwa sektor pertanian adalah penyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia. Menurut data yang dirilis BPS, sebanyak 47,94 persen dari total rakyat miskin. Diantaranya sebanyak 24,49 persen adalah pekerja keluarga atau tidak dibayar dan sisanya 22,53 persennya bertani dengan dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar.
Fenomena kemiskinan yang semakin ekstrem naik ini cukup menarik perhatian pemerintah. Seperti pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang dilaksanakan di Brazil pada tanggal 18 November lalu, Presiden Prabowo Subianto menyerukan tentang pengentasan kemiskinan dan kelaparan di negeri ini.
Kemiskinan sudah menjadi masalah kompleks yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan oleh negara. Sudah diupayakan segala cara tapi nyatanya hasilnya tetap nihil. Terbukti dari semakin meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan dengan motif terhimpitnya kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi. kesenjangan semakin terlihat dari masa ke sama. Seperti istilah "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin" itu nyata adanya di sistem sekuler saat ini. Salah satu penyebabnya adalah karena sulitnya mengelola Sumber Daya Alam yang kini banyak dikuasai oleh Swasta dan pemilik modal. Kebijakan pemerintah yang menyatakan liberalisme ekonomi ini amat sangat berdampak pada kesejahteraan rakyat.
Seperti contohnya di sektor pertanian, para petani semakin tercekik akibat mahalnya pupuk, benih, juga alat-alat berat penunjang pertanian. Selain itu, petani juga kesusahan mendapat air untuk irigasi dikarenakan mata air pun sulit didapatkan ,sekalipun dapat terkadang air yang sudah tercemar oleh limbah pabrik yang akhirnya terjadilah paceklik yang berkepanjangan dan terjadilah kenaikan harga beras lokal. Akhirnya masuklah beras impor ke negara ini yang harganya jauh lebih murah. Alhasil petanilah yang pasti dirugikan. Pemerintah pun dalam KTT G20 seakan berharap pada negara lain untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ini, namun sepertinya sulit karena masih dalam sistem kapitalisme. Sungguh miris melihat fenomena kemiskinan yang seakan tidak pernah usai.
Solusi hakiki dalam pengentasan kemiskinan ini tiada lain adalah dengan diterapkannya sistem Islam. Terbukti dari keberhasilan nya selama 13 Abad penerapannya mampu memberikan jaminan kehidupan yang sangat baik. Di dalam sistem Islam, seluruh kebutuhan primer dan sekunder akan terpenuhi seluruhnya yang langsung ditangani oleh khalifah. Sebagaimana dalam hadis yang berbunyi :
"Imam (Khalifah) adalah Raa'in (pengurus) dan ia bertanggung atas rakyat (yang diurusnya)" (HR. Bukhari)
Pemimpin dalam kepemimpinan Islam pasti akan amanah dalam mengemban tugas-tugasnya, karena ia senantiasa takut kepada Allah SWT dan meyakini bahwa setiap amanah akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Jika seorang pemimpin memiliki sifat amanah, maka tidak akan terjadi penyelewengan dan penyimpangan dalam tugasnya. Alhasil seluruh rakyat mendapatkan hak nya untuk kehidupan yang sejahtera dengan disediakannya berbagai lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, pendidikan gratis, kesehatan gratis dan apapun yang menunjang kemaslahatan masyarakat akan diberi secara cuma-cuma tanpa terkecuali. Bukan dari pajak pendapatan negara, melainkan dari Baitul mal, jizyah dan kharaj. Tidak akan ada lagi orang yang kelaparan, buta pendidikan, homeless, pengangguran dan lainnya. Semua rakyat mendapatkan hak yang sama untuk kehidupan yang lebih baik. Mari kita bersama-sama berjuang agar sistem Islam kembali tegak di bumi ini.
Wallahualam bishowab.