| 147 Views
Bahaya Moderasi Agama dalam keikutsertaan Arab Saudi di Miss Universe

Oleh : Naely Lutfiyati Margia, Amd.Keb.
Rumy Al-Qahtani menjadi perempuan pertama asal Arab Saudi yang akan mengikuti ajang kompetisi ratu sejagad atau Miss Universe. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Rumy Al-Qahtani mengaku senang sekaligus merasa terhormat bisa mewakili negaranya dalam kontes kecantikan dunia tersebut. Bukan hanya dirinya yang menjadi wanita pertama di kompetisi tersebut yang berasal dari Arab Saudi. Hal ini juga ternyata jadi sejarah, pertama kalinya Arab Saudi mengirimkan kontestan di ajang kontes kecantikan sejagat itu. Selama ini, negara yang menerapkan hukum syariat Islam ini tak pernah berpartisipasi dalam ajang Miss Universe. (CNN Indonesia, 30/3/24)
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, Arab Saudi termasuk negara yang cukup ketat dalam menerapkan kode etik dan moral sesuai aturan Islam. Seperti pelarangan penayangan film di bioskop, memisahkan tempat umum berdasarkan gender, sampai ke aturan perempuan dalam berbusana. Namun belakangan ini sejak Mohammed bin Salman (MbS) naik tahta menjadi Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri, Arab Saudi terus berupaya memodernisasi dan mendiversifikasi ekonominya. Mengurangi ketergantungan mereka pada satu sektor ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang beragam dan mulai mengembangkan investasi bisnis hingga pariwisata Arab Saudi.
Alasan utamanya adalah demi menarik turis hingga investasi asing. Arab Saudi mencabut beberapa aturan yang bersifat konservatif, seperti larangan mengemudi bagi perempuan dan larangan bepergian tanpa izin wali. Selain itu juga mengubah beberapa aturan konservatif lainnya seperti mengizinkan turis asing non-muhrim menginap sekamar, mengizinkan penggunaan bikini di pantai tertentu, sampai membolehkan penjualan alkohol di beberapa tempat. Inilah alasan yang mendasari keikutsertaan Arab Saudi dalam ajang Miss Universe. Arab Saudi sepertinya ingin memanfaatkan gelaran internasional ini untuk memberi kesan pada dunia bahwa negaranya sudah "terbuka" dan moderat.
Pada hakikatnya Arab Saudi saat ini tidaklah menjadikan syariat Islam sebagai sistem negara, melainkan sistem sekulerisme kapitalisme. Sistem yang bertumpu pada manfaat semata tanpa melihat halal haram dan menjadikan standar keuntungan sebagai rujukannya. Maka tidak aneh apabila Arab Saudi kini terus mencitrakan diri sebagai negeri muslim yang moderat.
Islam moderat sering disebut sebagai jalan tengah dan sikap kompromistis terhadap ajaran Islam. Karakter moderat ini pun selalu dinarasikan sebagai Islam damai, tidak radikal, tidak ekstrem dan liberal. Ini amatlah bahaya bagi kaum muslim, sebab akan menjauhkan dari ajaran Islam dan menolak Islam kaffah. Toleran terhadap penyimpangan aqidah, tidak mendiskriminasi pelaku maksiat dan menganggap Islam tak ada beda dengan aturan lain.
Padahal Islam turun sebagai petunjuk sistem kehidupan, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah yang bukan hanya mengatur masalah ibadah dan akhlak saja, namun terdapat hukum-hukum terkait ekonomi, politik, sosial dan sistem sanksi. Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (Muslim).” (TQS. An-Nahl: 89)
Maha Baik Allah menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan beserta dengan seperangkat aturan. Maka seorang muslim tidak bisa lepas dari aturan agama dan sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menerapkan aturan Islam dalam setiap lini kehidupan, aturan yang turun langsung dari Sang Pencipta. Bukan hanya dalam kehidupan individu ataupun masyarakat, tapi sampai pada level negara. Dalam ayat lain Allah berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” - (TQS. Al-Baqarah: 208)
Maka seharusnya sebagai kiblat umat muslim dan tanahnya para Nabi, Arab Saudi bisa menjadi contoh bagi negeri muslim lainnya untuk bisa menjadikan aturan Islam sebagai sistem kehidupan yang menyeluruh.
Wallahu a’lam bish shawwab.